Pejabat FBI menyatakan pelaku melempar dua alat peledak ke arah sekelompok demonstran pro-Israel. (BBC)
PRIORITAS, 2/6/25 (Amerika Serikat/Colorado): Seorang pria dituduh melempar bom molotov ke arah demonstran dalam aksi dukungan untuk sandera Israel di Colorado pada hari Minggu. Penyelidik menyatakan serangan ini telah direncanakan selama setahun.
Mohammed Sabry Soliman, 45 tahun, warga negara Mesir, menghadapi dakwaan kejahatan kebencian tingkat federal, percobaan pembunuhan, penyerangan, dan penggunaan bahan peledak. Ia hadir singkat di pengadilan pada Senin waktu setempat
Soliman menyerang kelompok pro-Israel di pusat perbelanjaan terbuka di Boulder sambil berteriak “Free Palestine” saat melempar alat peledak yang menyebabkan delapan orang terluka.
Sebanyak 16 bom molotov yang belum dinyalakan ditemukan di sekitar lokasi. Ia menemukan targetnya melalui internet. Serangan ini menambah daftar panjang kekerasan terhadap komunitas Yahudi di AS.
Aksi mingguan itu digelar oleh Run for Their Lives untuk menyuarakan dukungan pada sandera Israel yang masih ditahan di Gaza.
Dua bom molotov dilempar ke arah massa, delapan korban mengalami luka bakar. Total 12 orang dirawat di rumah sakit, termasuk pria dan wanita berusia antara 52 hingga 88 tahun. Empat korban tambahan melaporkan luka ringan pada hari Senin.
Korban tertua adalah penyintas Holocaust, Rabbi Israel Wilhelm, seperti diungkapkan Direktur Chabad Universitas Colorado Boulder kepada CBS News. Serangan ini terjadi saat dimulainya hari raya Yahudi, Shavuot.
Soliman tampil secara virtual dari penjara selama kurang dari lima menit dan hanya menjawab pertanyaan prosedural dari hakim. Penetapan dakwaan resmi dijadwalkan Kamis.
Pihak berwenang meyakini pelaku bertindak sendiri. Dalam wawancara usai ditangkap, Soliman mengaku merencanakan serangan usai kelulusan putrinya. Ia menyatakan ingin membunuh semua Zionis dan siap mengulang aksinya, menurut dokumen FBI.
Bom molotov tak menyala dan alat penyemprot berisi bensin oktan ditemukan di lokasi. Ia menyamar sebagai tukang kebun dengan rompi oranye untuk mendekati kerumunan.
Pelaku belajar membuat bom dari YouTube dan mengakui mempelajari cara menembak meski tak bisa membeli senjata karena status imigrasinya.
Soliman berkendara dari Colorado Springs ke Boulder dan tiba lima menit sebelum aksi dimulai. Ia juga membeli bensin dalam perjalanan.
Membenci Israel
FBI menyebut Soliman mengaku membenci Zionis karena menganggap mereka merebut “tanah kami”, merujuk pada wilayah Palestina. Ia meninggalkan iPhone berisi pesan untuk keluarga yang kemudian diserahkan istrinya kepada pihak berwenang.
Sebelumnya, tidak ada indikasi Soliman berbahaya, menurut aparat penegak hukum. Jaksa federal menegaskan akan menindak Soliman atas perbuatannya.
Ia telah tinggal di Colorado sejak tiga tahun lalu, sebelumnya 17 tahun menetap di Kuwait. Soliman masuk AS pada 2022 dengan visa non-imigran yang kedaluwarsa Februari 2023. Ia mengajukan suaka sebulan setelah tiba, namun rincian kasus imigrasinya tidak diungkap.
Stephen Miller, mantan pejabat pemerintahan Trump, mengatakan Soliman mendapat izin kerja dari pemerintahan Biden setelah melewati masa berlaku visa. Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan bahwa pemerintahan Trump akan mencabut visa dan mendeportasi pelaku dan simpatisan terorisme.
Soliman bekerja sebagai pengantar makanan untuk Uber sejak 2023. Pihak Uber menyatakan ia telah memenuhi semua persyaratan, termasuk lolos pemeriksaan latar belakang seperti dilansir oleh BBC.
Trump mengomentari insiden ini di media sosial, menyebut serangan seperti ini tidak akan ditoleransi dan menegaskan pentingnya menjaga keamanan perbatasan.
Komunitas Yahudi di AS menghadapi serangkaian serangan sejak pecahnya perang Israel-Gaza pada 7 Oktober 2023. Bulan lalu, dua staf kedutaan Israel ditembak mati di dekat Museum Yahudi di Washington DC, pelaku berteriak “Free Palestine”. Pada April, rumah Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro dilempar bom api dan penyelidik mempertimbangkan dakwaan kejahatan kebencian. (P-Gio R)