27.4 C
Jakarta
Tuesday, June 17, 2025

    Takut konflik Israel-Hizbullah, Libanon pindah bandara

    Terkait

    PRIORITAS, 7/4/25 (Beirut): Pemerintah Libanon terpaksa akan memindahkan penerbangan komersil lokal maupun internasional di Beirut ke bandara baru di Kleiate Lebanon utara, kerena takut konflik Israel dan militan Hizbullah berdampak buruk.

    Militan Hizbullah yang dikenal sebagai kaki tangan Iran, sejak dulu masih bercokol di Libanon, ketika pecah perang saudara di negara tersebut. Pemerintah Libanon sulit berkembang karena sering diancam dan diganggu Hizbullah.

    Bandara Internasional Rafic al-Hariri di Beirut, satu-satunya pintu gerbang negara itu ke dunia luar, sedang mengalami tekanan dan rentan terhadap gangguan.

    Ketika pesawat jet tempur Israel membom posisi Hizbullah di dekat bandara, aktivitas penerbangan terhenti.  Bahkan insiden keamanan kecil seperti pendukung Hizbullah memblokir jalan akses, ikut berpengaruh terhadap aktivitas di bandara.

    “Lebanon akan mengoperasikan bandara baru untuk lepas dari cengkeraman Hizbullah”, kata Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Senin (7/4/25).

    Pemerintah Libanono mengatakan Bandara Kleiate di Lebanon utara dapat dibuka untuk penerbangan komersial dalam waktu satu tahun, dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian dan melepaskan diri dari kendali Hizbullah atas pusat utama ibu kota tersebut.

    Membangun bandara internasional baru jauh dari benteng Syiah di Beirut dan di luar kendali kelompok teror yang didukung Iran tersebut, memang sudah lama menjadi gagasan pemerintah Libanon.

    Pemerintah Libanon secara tidak langsung bersyukur atas serangan Israel terhadap Hizbullah, termasuk membunuh pemimpin utamanya Hassan Nasralah serta membombardir markas-markasnya.

    Hal ini menyebabkan menurunnya kekuatan politik Hizbullah telah menjadi nyata di Lebanon dan memungkinkan pemerintah untuk meninjau kembali rencana membangun bandara baru.

    Bekas bandara militer

    Kini, pemerintah baru tengah mempertimbangkan untuk mengubah fungsi bandara militer di Lebanon utara, untuk digunakan sebagai penerbangan komersial. Hizbullah, yang dulunya merupakan penentang keras rencana tersebut, kini terlalu lemah secara politik untuk menghalanginya.

    Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam mengatakan bandara tersebut akan kembali beroperasi secara komersial dalam waktu satu tahun. Ia mengumumkan kesepakatan untuk mempelajari kelayakan pemindahan tersebut dan mengatakan rencana operasional awal akan diserahkan dalam waktu tiga bulan.

    Tidak semua politisi Lebanon setuju dengan perlunya bandara kedua. Sebagian berpendapat bandara kedua akan membantu mengembangkan ekonomi Lebanon utara, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai proyek yang sia-sia, lebih didorong oleh motif politik daripada kebutuhan praktis.

    Selama perang antara Hizbullah dan Israel, opsi penggunaan Bandara Kleiate muncul beberapa kali. Seruan untuk mengaktifkannya semakin gencar setelah laporan The Telegraph pada Juni 2023, yang menuduh Hizbullah menyimpan senjata, rudal, dan bahan peledak Iran di bandara Beirut.

    Pada bulan Agustus, Sky News Arabia melaporkan meningkatnya permintaan publik untuk mengembangkan bandara militer tersebut guna menghindari isolasi Lebanon jika terjadi perang lagi.

    Bandara militer Kleiate terletak hanya enam kilometer (kurang dari empat mil) dari perbatasan Suriah. Bandara ini dilaporkan menjadi sasaran Israel pada tahun 2006, tetapi telah diperbaiki tentara Lebanon.

    Pemerintah Lebanon juga berupaya memulihkan citra Bandara Internasional Rafic al-Hariri, yang telah lama dikaitkan dengan pengaruh Hizbullah.

    Menurut laporan minggu lalu di harian Saudi Asharq Al-Awsat, keamanan bandara mencabut izin kerja bagi sejumlah karyawan yang terkait dengan Hizbullah.(P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini