26.7 C
Jakarta
Saturday, November 9, 2024

    Serius !!! Waspadai hepatitis misterius yang akut, simak cara mencegah penularannya

    Terkait

    Jakarta, 4/5/22 (SOLUSSInews.com) – Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah nengeluarkan peringatan tentang kejadian luar biasa penyakit hepatitis misterius yang rentan menyerang anak-anak hingga remaja dan telah ditemukan di sejumlah negara di Eropa, AS juga Asia.

    Pihak Kementeria Kesehatan RI pun langsung mengantisipasinya dengan mengatakan, untuk mencegah penularan hepatitis akut yang masih misterius ini, masyarakat harus melakukan berbagai hal.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menambahkan, pencegahan itu, ialah dengan mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan.

    Nadia menuturkan, jika anak-anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah, diare mendadak, buang air kecil berwarna tua (hitam), buang air besar berwarna pucat, kejang, dan penurunan kesadaran, agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

    Gejala tersebut ditemukan pada ketiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta. Mereka meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda, dengan rentang dua minggu, terakhir hingga 30 April 2022.

    “Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran,” kata Nadia dalam keterangan tertulis, Selasa (3/5/22).

    Kemenkes meningkatkan kewaspadaan

    Nadia mengatakan, Kemenkes telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kejadian luar biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia, serta belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.

    Apalagi telah ada tiga pasien anak meninggal di Indonesia dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia.

    Dikatakan Nadia, penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.

    ‘Adenovirus’ ini terdeteksi pada 74 kasus di luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

    Edaran kepada Pemda

    Sementara itu, Kemenkes melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

    Surat Edaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah (Pemda), fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)m sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.

    Kemenkes meminta Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, dan rumah sakit untuk antara lain memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut di sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR), dengan gejala yang ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak dan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat serta upaya pencegahannya melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.

    Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk segera mengunjungi fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning, dan membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor.

    “Tentunya kami lakukan penguatan surveilans melalui lintas program dan lintas sektor, agar dapat segera dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus sindrom jaundice akut maupun yang memiliki ciri-ciri seperti gejala hepatitis,” ujar Nadia.

    Bagi Dinas Kesehatan, KKP, dan rumah sakit juga diminta segera memberikan notifikasi/laporan apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telp./ WhatsApp 0877-7759-1097 atau e-mail: poskoklb@yahoo.com. (S-BS/jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -

    Terkini