33.6 C
Jakarta
Thursday, March 13, 2025

    Rodrigo Duterte dibawa ke penjara Pengadilan Kriminal Internasional dengan ambulans

    Terkait

    PRIORITAS, 13/3/25 (Den Haag): Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte akhirnya diserahkan ke tahanan International Criminal Court (ICC) atau Pengadilan Kriminal Internasional, setibanya di Den Haag, Belanda, Rabu sore sekitar pukul 05.00 waktu setempat atau hari Kamis (13/3/25) dinihari waktu Indonesia.

    Menurut laporan Sky News seperti dikutip Beritaprioritas.com hari Kamis pagi (13/3/25), pesawat jet yang membawa Duterte terlihat meluncur ke hanggar di bandara Rotterdam, tempat dua bus menunggu. Sebuah ambulans juga melaju mendekati hanggar, dan petugas medis mendorong brankar ke dalam.

    Tim dari Pengadilan Kriminal Internasional dan petugas keamanan setempat bergegas menaiki sejumlah mobil dan langsung membawa Duterte ke tahanan ICC di Scheveningen, Den Haag.

    Duterte akan bergabung bersama 5 tahanan lain dari beberapa negara, yang juga ditangkap ICC terkait perbuatan tindak pidana (kriminal) kemanusiaan.

    Pesawat Jet Gulfstream G550 yang membawa Duterte memang terlambat tiba di Belanda, karena singgah di Dubai, Uni Emirat Arab, Rabu pagi (12/3/25), hanya beberapa jam setelah meninggalkan Pangkalan Udara Villamor di Manila.

    Menurut informasi, pesawat itu semula dijadwalkan mendarat sekitar pukul 6 pagi, tetapi ditunda setelah singgah lama di Dubai, karena Duterte harus kembali menerima pemeriksaan medis di sana.

    Sebuah helikopter polisi terbang dekat bandara Rotterdam saat pesawat yang membawa Duterte itu tetap berada di hanggar, sebagian besar tertutup oleh bus dan dua truk tangki bahan bakar.

    Pihak ICC mengatakan dalam sebuah pernyataan “sebagai tindakan pencegahan” bantuan medis disediakan di bandara untuk Duterte, sesuai dengan prosedur standar saat seorang tersangka tiba.

    Terancam hukuman seumur hidup

    Mantan presiden berusia 79 tahun itu tiba di Den Haag dengan penerbangan dari Manila, setelah ia ditangkap kepolisian Filipina berdasarkan Red Notice Interpol yang diajukan ICC pada hari Selasa.

    Presiden Filipina saat ini Ferdinand Marcos jr mengatakan penangkapan Duterte adalah “tepat dan benar” dan bukan tindakan penganiayaan politik. Kelompok hak asasi manusia dan keluarga korban juga memuji penangkapan Duterte ini.

    Dalam beberapa hari, Duterte akan menghadapi sidang perdana di mana pengadilan akan mengonfirmasi identitasnya, memeriksa apakah ia memahami tuduhan terhadapnya. Pengadilan juga akan menetapkan tanggal untuk sidang lanjutan guna menilai apakah jaksa memiliki cukup bukti untuk mengirimnya ke pengadilan penuh.

    Duterte akan menghadapi tuntutan ribuan pembunuhan yang ia arahkan dalam memberantas narkoba, sejak tahun 2011 ketika menjadi walikota Davao, hingga akhir masa jabatan kepresidenannya pada tahun 2022.

    Polisi Filipina mengatakan lebih dari 6.200 orang tewas saat Duterte menjabat presiden dari tahun 2016 hingga 2022. Namun kelompok hak asasi manusia dan jaksa ICC mengatakan terdapat sekitar 30.000 orang mungkin tewas  oleh ‘Death Squad’  pasukan pembunuh Duterte.

    Jika kasusnya disidangkan dan ia dinyatakan bersalah, Duterte bisa menghadapi hukuman maksimal penjara seumur hidup.

    Ingin pejabat lain diadili

    “Ini adalah langkah monumental dan sudah lama ditunggu-tunggu untuk keadilan bagi ribuan korban dan keluarga mereka,” kata Jerrie Abella dari Amnesty International.”

    Abella meilai penangkapan Duterte merupakan tanda harapan bagi para keluarga korban di Filipina dan sekitarnya. “Karena ini menunjukkan bahwa para tersangka pelaku kejahatan terburuk, termasuk para pemimpin pemerintah, akan diadili di mana pun mereka berada di dunia,” tambah Abella.

    Emily Soriano, ibu dari salahsatu korban yang dieksekusi regu pembunuh Duterte, mengatakan ingin lebih banyak pejabat diadili. “Duterte beruntung karena ia memiliki proses hukum yang semestinya, tetapi anak-anak kita yang terbunuh tidak memiliki proses hukum yang semestinya,” katanya.

    Pada masa Duterte berkuasa, ada banyak pejabat lain yang terlibat mendukung operasi ‘Double Barrel’ (dua moncong senjata) yang mengakibatkan puluhan ribu warga tewas dibunuh secara sadis.

    Para pendukung Duterte sempat melakukan unjukrasa di depan ICC Den Haag sebelum Duterte tiba. Mereka mengkritik penangkapannya sebagai tindakan ilegal dan berusaha agar ia dipulangkan.

    Putri Rodrigo Duterte, Sara Duterte, terbang dari Filipina ke Den Haag pada hari Rabu, untuk mengatur pertemuan ayahnya yang ditahan dengan pengacaranya.(P-Jeffry W)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini