Jakarta, 11/3/21 (SOLUSSInews.com) – Kenapa ada orang yang sudah divaksinasi Covid–19 ternyata masih tertular virus corona?
Dari informasi yang masuk ke redaksi, infeksi Covid-19 terjadi di beberapa daerah, antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur (Nusa Tenggara Timur).
Salah satunya menimpa Robby DKR Rawis, 60 tahun, Sekretaris PHRI NTT, yang bersama para pekerja publik (khususmya di sektor pariwisata), melakukan vaksinasi di Kupang, Jumat (5/3/21) lalu. Namun, Sabtu (6/3/21) sore besoknya, tubuhnya lemas, persendiannya nyeri, sakit kepala, lalu ada dorongan untuk terus tidur, tapi uniknya ada peningkatan untuk makan. Dia kemudian dites, dan hasilnya reaktif.
“Saya memang tidak panik, tapi terasa benar sakitnya. Saya sudah diminta Satgas Covid-19 dan petugas kesehatan untuk melakukam isolasi, juga diberi obat serta vitamin. Mudah-mudahan penanganannya baik,” hatapnya.
Penjelasan Kemenkes
Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi, menegaskan, vaksin Covid-19 baru bisa optimal untuk membentuk antibodi setelah 28 hari penyuntikan dosis kedua. Itu artinya, vaksin membutuhkan waktu cukup panjang untuk bekerja dengan baik di dalam tubuh penerima vaksin.
“Kita tahu vaksin akan optimal, ada antibodi, kalau sesudah 28 hari penyuntikan dosis kedua,” kata dr Siti Nadia atau biasa disapa sebagai dr. Nadia saat dihubungi Beritasatu, Kamis (11/3/21).
Nadia mengatakan, seseorang yang sudah menerima vaksin masih sangat dimungkinkan untuk tertular Covid-19, karena vaksin memang tidak bisa mencegah penularan.
“Vaksin tidak mencegah kita tertular tetapi dia mencegah kita menjadi sakit, karena pada saat kita terpapar atau tertular virus Covid-19 sudah ada antibodi atau kekebalan terhadap virus tersebut yang akan melawan,” kata Nadia.
Peringatan masa penularan
Nadia lalu mengingatkan, masa penularan virus corona berlangsung 1-14 hari. Gejala rata-rata dirasakan 5-6 hari setelah seseorang tertular virus. Oleh karena itu, dia mengatakan, seseorang yang sudah divaksin masih sangat mungkin tertular jika penularan terjadi saat seseorang belum mencapai 28 hari setelah menerima suntikan kedua.
“Maka sangat mungkin dia tertular atau belum 28 hari setelah pemberian dosis kedua, sangat memungkinkan orang akan sakit apalagi jika setelah vaksin tidak disiplin untuk protokol kesehatan 3M,” kata Nadia, merujuk kepada slogan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Nadia menambahkan, efikasi vaksin CoronaVac buatan Sinovac masih sekitar 65 persen, artinya masih ada kemungkinan 35 persen orang yang divaksin berisiko kembali tertular virus corona. Dia mendorong agar masyarakat yang sudah menerima vaksin tetap disiplin dalam menerapkan standar protokol kesehatan, termasuk sebisa mungkin menghindari kerumunan.
Sebelumnya, anggota Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), RA Adaninggar juga menyatakan hal sama, dimana seseorang yang telah divaksinasi Covid-19 masih bisa kembali terinfeksi karena vaksin terbukti hanya 65 persen mampu mencegah penularan.
“Vaksin Sinovac belum terbukti mencegah penularan, tapi tujuannya untuk mengurangi risiko Covid-19 bergejala berat dan kematian,” kata Adaninggar kepada BeritaSatu.com, Rabu (10/3/21) kemarin. (S-BS/jr)