PRIORITAS, 7/8/25 (New York): Legionnaires, penyakit dari bakteri yang menyebar melalui perangkat pendingin udara, Air Conditioner (AC), telah menyebabkan beberapa kematian di Amerika Serikat.
Menurut pakar kesehatan, pendingin udara telah menjadi penyelamat dalam beberapa minggu terakhir bagi sebagian besar warga Amerika yang dilanda suhu panas. Namun, di beberapa wilayah di Manhattan bagian atas, keinginan untuk mendapatkan udara sejuk justru menyebabkan penyakit dan kematian.
Jauh di dalam perangkat pendingin di hampir selusin gedung apartemen di New York, AS, bakteri berbahaya telah berkembang biak.
Ketika mesin pendingin itu meniupkan udara dingin ke dalam ruangan atau apartemen, bakteri tersebut ikut menumpang.
Penghuni rumah atau apartemen tak menyadari, langsung ikut menghirup udara dingin termasuk bakteri mematikan itu ke dalam paru-parunya.
“Sejak 25 Juli 2025 lalu, setidaknya 67 orang di lima wilayah kode pos di New York, Amerika Serikat, telah menghirup bakteri tersebut. 24 orang dirawat di rumah sakit dan tiga orang meninggal dunia”, lapor pejabat kesehatan New York, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari USA Today, hari Kamis (7/8/25)..
Ini sudah merupakan wabah terbesar di Kota New York dalam satu dekade, dan pejabat kesehatan memperkirakan jumlah orang yang terinfeksi akan meningkat.
Bakteri Legionella
Menurut seorang profesor madya di Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat, City University of New York, Jean Grassman, bakteri penyebab penyakit ini adalah Legionella. Bakteri itu tumbuh subur di suhu air antara 23 dan 39 derajat Celcius.
“Jika gedung-gedung atau rumah tidak merawat perangkat pendinginnya dengan baik, air dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri tersebut”, ujar Grassman.
Wilayah Timur Laut AS mengalami beberapa hari cuaca sangat panas dan banjir pada akhir Juli, memicu penggunaan AC berlebihan yang tampaknya memperparah wabah tersebut.
“Pekerja kota telah mengambil sampel semua menara pendingin di lima kode pos yang terkena dampak dan menangani yang terkontaminasi”, kata Wali Kota, Eric Adams.
Penyakit Legionnaires dulunya langka. Penyakit ini dinamai berdasarkan organisasi veteran, yang anggotanya jatuh sakit di sebuah hotel di Philadelphia tahun 1976. Waktu itu lebih dari 180 orang terjangkit penyakit ini dan 29 orang meninggal dunia.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, penyakit ini terus meningkat secara nasional, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Terjadi peningkatan sembilan kali lipat sejak tahun 2000, dan penelitian menunjukkan suhu lebih panas dan lembap di iklim yang menghangat, telah berkontribusi pada peningkatan jumlah Legionnaires.
“Ketika lingkungan sangat panas, infrastruktur tidak mampu mengimbanginya,” kata Profesor, Jean Grassman.
Sebabkan pneumonia serius
Penyakit Legionnaires menyebabkan pneumonia serius. Penyakit ini tidak menular antarmanusia, tetapi karena bakteri menyebar di udara atau sistem pendinginan udara, sehingga banyak orang dapat terinfeksi.
Dengan diagnosis yang tepat, penyakit bakteri ini mudah diobati dengan antibiotik, tetapi gejalanya yang mirip flu sering diabaikan hingga terlambat dan menyebabkan kematian.
Di Amerika Serikat, biasanya klaster terkonsentrasi di komunitas berpenghasilan rendah dan non-kulit putih.
Wabah saat ini terjadi di pusat kota Harlem, lingkungan yang secara historis dihuni warga kulit hitam.
Kota ini mengalami wabah terbesarnya baru-baru ini pada tahun 2015 , ketika 138 kasus dan 16 kematian terkait dengan satu menara pendingin di South Bronx.
Pada tahun 2022, lingkungan Highbridge di Bronx memiliki klaster yang terdiri dari 30 orang yang didiagnosis dengan penyakit tersebut, menurut laporan dinas kesehatan kota.
Mantan pejabat kesehatan Kota New York, Dr. Tyler Evans, mengatakan penyakit Legionnaires cenderung berfluktuasi antara Bronx dan Harlem.
“Seperti banyak wabah penyakit menular lainnya, ada semacam kecenderungan untuk komunitas yang secara historis terpinggirkan,” ujarnya. “Dalam kasus khusus ini, komunitas kulit hitam dan cokelatlah yang menjadi sasarannya”, tambahnya.
Masalah kesehatan kronis
Komunitas ini cenderung memiliki tingkat masalah kesehatan kronis yang lebih tinggi, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis, yang membuat orang berisiko terkena penyakit serius, jika mereka menghirup bakteri tersebut.
Pelaksana tugas komisioner kesehatan kota, Dr. Michelle Morse, mengatakan mereka yang berisiko lebih tinggi juga termasuk lansia, perokok, atau penderita penyakit paru kronis.
Ia memperingatkan warga di lima kode pos terdampak—10027, 10030, 10035, 10037, dan 10039—untuk mewaspadai gejala dan segera mencari pertolongan medis jika sudah terkena penyakit tersebut.
Seorang profesor madya epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Mailman Universitas Columbia, di Manhattan utara, Dr. Barun Mathema, menyarankan kota-kota di seluruh negeri, harus memelihara perangkat pendingin udara, untuk mencegah wabah di masa mendatang.
“Kita yang membangun sistem ini. Kita seharusnya bisa merawatnya”, katanya.(P-Jeffry W)