PRIORITAS, 17/11/24 (Jakarta): Berdasarkan survei terbaru lembaga riset Populix yang melibatkan 962 responden dari berbagai kalangan dan sebagian besar milenial dan generasi Z, profil pasangan calon lebih penting daripada partai pengusungnya.
Secara keseluruhan, hanya 21 persen responden menganggap pilihan partai cenderung memengaruhi pilihan calon kepala daerah. Sementara hampir setengahnya atau 46 persen menyatakan pilihan calon tidak berkaitan dengan partai pengusung. Hal yang lebih menarik adalah 33 persen responden justru berpikiran calon kepala daerah yang diusung akan memengaruhi pilihan terhadap partai di masa mendatang.
Dilansir dari Antara, Manajer Riset Sosial Populix, Nazmi Tamara, mengatakan, temuan tersebut menunjukkan calon yang diusung partai dalam kontestasi pilkada merupakan faktor terbesar penentu kemenangan.
Rekam jejak kinerja yang baik
Masih menurut survei Populix, partai besar bukan lagi jadi yang paling menentukan. Fenomena ini diperkirakan masih menjadi tren dalam politik Indonesia di masa mendatang. Sementara untuk kriteria sosok pemimpin daerah yang disukai para pemilih muda berdasarkan survei tersebut adalah memiliki rekam jejak kinerja yang baik, menawarkan visi-misi dan program kerja yang jelas, memahami isu di daerah yang akan dipimpin dan memiliki karakter personal yang baik.
Ada pun kriteria berpendidikan tinggi, berpenampilan fisik menarik serta memiliki hubungan kekerabatan dengan pejabat lain yang disukai tidak terlalu berpengaruh terhadap keputusan memilih calon kepala daerah.
Hasil survei yang dilakukan secara daring tersebut menunjukkan pemilih muda cenderung memilih secara rasional dengan mempertimbangkan program-program yang ditawarkan para calon kepala daerah. Apalagi kedekatan pemilih muda dengan teknologi, memudahkan mereka mengakses informasi mengenai rekam jejak para calon dan program yang disampaikan melalui media sosial dan media massa.
Antusiasme tinggi yang harus dijaga
Masih berdasarkan survei Populix yang melibatkan 506 responden generasi Z, 400 milenial serta 56 generasi X dan boomers itu, antusiasme pemilih untuk berpartisipasi menyalurkan suara dalam Pilkada 2024 termasuk tinggi, baik untuk pemilihan gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati, maupun wali kota-wakil wali kota.
Untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, 92 persen responden menyatakan akan menyalurkan suaranya pada 27 November 2024, sementara dua persen tidak akan memilih dan enam persen belum pasti akan memilih.
Tidak berbeda jauh, untuk pemilihan kepala daerah di tingkat kabupaten/kota, sebanyak 91 persen menyatakan akan menyalurkan suara, dua persen tidak akan memilih dan tujuh persen belum pasti.
Nazmi Tamara mengatakan antusiasme pemilih muda terhadap Pilkada 2024 dapat dipengaruhi oleh kemeriahan Pemilu 2024 yang belum lama berlalu. Menurut dia, tingginya antusiasme itu diharapkan akan terkonversi menjadi tingkat partisipasi pemilih Pilkada 2024 yang juga tinggi. Setidaknya lebih dari 80 persen, seperti saat Pemilu 2024.
Namun, tantangan lain seperti apatisme akibat janji politik yang tidak ditepati, penyebaran hoaks, dan polarisasi di media sosial perlu menjadi perhatian. Apabila dibiarkan, kata Tamara, faktor-faktor tersebut dapat menurunkan kepercayaan pemilih muda terhadap proses politik.
Mengubah antusiasme menjadi aksi nyata
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyadari pentingnya mengubah antusias pemilih muda agar terwujud menjadi partisipasi nyata saat hari pemilihan. Berbagai acara kreatif digelar, seperti lomba fotografi, kirab pilkada dan lain-lain, untuk mengedukasi soal tahapan pilkada dan memperkenalkan para calon.
Sosialisasi juga dilakukan melalui berbagai platform media sosial, mengingat berdasarkan survei The Indonesian Institute pada 2022, 76 persen anak muda mengetahui adanya penyelenggaraan Pilkada 2024 dari media sosial, 13 persen dari berita daring, tujuh persen dari TV, dan empat persen dari keluarga-teman.
Sementara untuk para pemilih pemula yang baru pertama kali akan menyalurkan suaranya, KPU melakukan sosialisasi secara langsung ke sekolah dan pesantren di berbagai daerah. KPU juga menggelar debat dalam beberapa sesi dengan tema yang berbeda-beda untuk memperdalam pengetahuan masyarakat terkait program-program yang dimiliki para calon kepala daerah.
Dengan kedekatan terhadap teknologi, anak-anak muda diminta KPU mengambil peran aktif dalam menyebarkan informasi mengenai pilkada serta menyebarkan pesan perdamaian agar pilkada berjalan dengan sejuk. Namun, KPU juga perlu memastikan aksesibilitas informasi pilkada tidak hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan tetapi juga menjangkau daerah terpencil. (P-ht)