PRIORITAS, 24/7/25 (Manila): Sepasang suami istri warga Filipina, Jade Rick Verdillo dan Jamaica Aguilar, tidak membiarkan topan dan banjir menghalangi mereka melangsungkan pernikahan.
Meskipun gereja mereka terendam banjir setinggi lutut, pasangan ini memutuskan untuk tetap tegar melanjutkan prosesi pernikahan mereka yang telah lama dijadwalkan.
“Kami memutuskan hari ini, karena ini merupakan pengorbanan tersendiri. Namun, akan ada lebih banyak pengorbanan lagi jika kami tidak melanjutkannya hari ini”, ujar Verdillo, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Kamis (24/7/25).
Pasangan ini dengan mantap mengucapkan janji pernikahan pada hari Selasa di hadapan pastor, dalam misa kudus di Gereja Katolik Paroki Our Lady of Mt. Carmel, Barasoain di Malolos, di Provinsi Bulacan, Filipina.
Pengantin wanita Jamaika Agular tetap berusaha berjalan anggun saat memasuki gereja, meski bagian bawah gaunnya basah dan mulai terlihat coklat karena air banjir.
Pasangannya, Jade Rick Verdillo, juga tetap tegar mendampinginya walaupun celana panjangnya digulung selutut dan tanpa alas kaki menuju depan altar.
Gereja tersebut dilanda banjir setelah hujan lebat yang tiada henti, akibat Topan Wipha yang melanda sebagian besar wilayah Filipina.
Sudah siap
Pasangan itu mengakui telah siap mengantisipasi risiko banjir tersebut karena beberapa hari curah hujan sangat lebat, tetapi mereka menolak membiarkan cuaca buruk menggagalkan rencana pernikahan mereka.
“Kami baru saja mengumpulkan cukup keberanian,” kata Verdillo kepada Associated Press.
Mereka telah berpacaran selama sepuluh tahun.
“Tidak ada yang dapat menghentikan ini. Kami telah menantikannya sejak lama, jadi kami akan terus maju”,
kata Aguilar kepada ABS-CBN News
Aguilar melangkah menuju lorong gereja dengan gaun putih yang berkibar, ekornya membentang di atas air. Sementara Verdillo berdiri menunggu di altar dengan khidmat dan bangga dalam balutan pakaian tradisional Barong Tagalog, pakaian resmi tradisional pria Filipina.
“Saya merasa tantangan belum berakhir. Ini hanyalah ujian. Ini hanyalah salah satu perjuangan yang telah kami atasi”, kata pengantin pria.
Tetap khidmat ikut ibadah
Foto-foto dari acara pernikahan itu menunjukkan para undangan dengan celana digulung, juga berjalan melewati air setinggi lutut.
Di dalam Gereja Barasoain yang banjir, bangku-bangku gereja sebagian terendam, namun teman-teman dan sanak keluarga tetap duduk tenang dan khidmat mengikuti ibadah, dengan air menggenangi pergelangan kaki mereka.
Foto-foto itu juga menangkap kereta pengantin yang mengapung di atas air.
Seorang anak turut mempersembahkan bunga tanpa alas kaki, dan para tamu yang tersenyum di tengah banjir.
Meskipun terjadi badai dan banjir, keluarga dan teman-teman tetap menerobos datang ke gereja untuk menghadiri upacara pernikahan tersebut.
“Anda akan melihat cinta menang karena meskipun cuaca, badai, hujan, banjir, pernikahan tetap berjalan,” kata seorang tamu undangan pernikahan, Jiggo Santos. “Ini adalah pernikahan yang luar biasa”, tambahnya.
Pada tanggal 30 Juli 2023 lalu, pasangan Filipina lainnya, Dianne Victoriano dan Paulo Padilla, juga telah menikah di Gereja Barasoain yang dilanda banjir, dengan berjalan melalui air setinggi mata kaki untuk mengucapkan janji pernikahan.
Tuhan membaptis mereka
Menurut media setempat, ABS-CBN, lebih dari 80.000 orang di Filipina masih mengungsi di tempat penampungan darurat, setelah banjir dan tanah longsor mulai terjadi akhir pekan lalu dengan menewaskan sedikitnya tiga orang.
Hujan yang terus-menerus turun di Luzon Tengah, mengakibatkan gereja bersejarah tempat Verdillo dan Aguilar menikah itu, terendam air setinggi sekitar satu kaki.
Ketika ditanya apakah mereka menghadiri acara pernikahan atau pembaptisan, sebuah sakramen gereja yang lebih berorientasi pada air, Aguilar tertawa.
“Dua-duanya! Tuhan membaptis hubungan kita. Akan lebih menyenangkan kalau kering, tapi kalau ini yang Tuhan berikan kepada kita, maka kita akan menerimanya”, kata Aguilar.
Keduanya akan mengenang hari pernikahan mereka bukan sebagai gangguan atau pertanda buruk, tetapi sebagai awal yang baik untuk babak baru dalam hidup mereka.
“Baha lang po’to, mas marami po kaming pagsasamahan”, ujar Aguilar dalam bahasa Tagalog, yang artinya “
Ini hanya banjir. Masih banyak ‘badai’ yang harus kita hadapi bersama”.(P-Jeffry W)