PRIORITAS, 20/4/25 (Islamabad): Pakistan mengusir pulang 80.000 warga Afghanistan dalam dua minggu terakhir ini, di tengah tindakan keras terhadap migran tak berdokumen. Banyak keluarga tidak ingin kembali, karena khawatir dengan berbagai larangan dan tekanan dari Taliban.
Pengusiran paksa terhadap warga Afghanistan ini, mulai digelar sejak akhir bulan Maret tahun ini. Namun pemerintah Pakistan masih memberi perpanjangan waktu bagi warga Afghanistan hingga April 2025.
Wakil Menteri Dalam Negeri Pakistan mengatakan tidak akan ada keringanan hukuman atas perpanjangan batas waktu.
“Batas waktu ini bersifat final,” kata penasihat Kementerian Dalam Negeri Pakistan, Talal Chaudhry, dalam konferensi pers di Islamabad, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari ABC News, hari Minggu (20/4/25).
Diperkirakan jutaan warga Afghanistan telah melarikan diri dan telah tinggal di Pakistan selama puluhan tahun, sejak pecah perang tahun 90-an ketika masuknya militer Uni Soviet ke negara mereka.
Umumnya warga Afghanistan di Pakistan mengaku sangat takut kembali ke tanah air mereka, karena tidak aman, lumpuh secara ekonomi, dan represif secara sosial di bawah kekuasaan Taliban.
“Saya kembali tanpa rencana — hanya ketakutan,” kata Shahbaz Khan, yang baru-baru ini telah meninggalkan Peshawar setelah lima tahun dan sekarang kembali ke Afghanistan.
Takut pada Taliban
Banyak warga yang menyebutkan ketakutan atas prospek pekerjaan yang terbatas, ketidakamanan, dan pembatasan Taliban yang terus berlanjut terhadap perempuan, khususnya larangan pendidikan bagi anak perempuan.
“Di mana saya akan bekerja? Bagaimana anak-anak saya akan belajar? Bahkan kedokteran pun langka,” kata Khan.
Khan awalnya melarikan diri ke Pakistan untuk mencari keselamatan dan peluang kerja. “Kurangnya pekerjaan, kemiskinan, dan ketidakamanan membuat kami tidak punya pilihan lain. Kami menjadi pengungsi di Pakistan untuk bertahan hidup,” ungkapnya.
Tanpa jaminan tempat tinggal dan pekerjaan di Afghanistan, Khan khawatir akan kelangsungan hidup keluarganya.
Perwakilan badan pengungsi PBB, UNHCR, di Pakistan, Philippa Candler, mencatat banyak penduduk Afghanistan yang sudah lama tinggal di sana telah sepenuhnya tertanam dalam komunitas lokal mereka.
“Imbauan untuk tidak kembali telah diberlakukan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, yang menyerukan penangguhan pemulangan paksa terlepas dari statusnya,” ungkapnya.
Badan pengungsi PBB telah menyatakan keprihatinan khusus terhadap para pengungsi yang rentan, termasuk perempuan, kelompok minoritas agama, jurnalis, seniman, dan pembela hak asasi manusia.
“Kami mendesak Pakistan untuk terus menyediakan keamanan bagi warga Afghanistan yang terancam,” tambah Candler. (P-Jeffry W)