PRIORITAS, 23/4/25 (Manama): Negara-negara di Timur Tengah terutama di kawasan Teluk Persia, mengenang Paus Fransiskus, kepala Gereja Katolik, yang meninggal dunia pada usia 88 tahun, sebagai simbol toleransi dan dialog global antarperadaban.
“Karena kedudukan spiritual dan pengaruhnya di seluruh dunia, Dr Mohammad Al-Issa, Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia dan Ketua Asosiasi Cendekiawan Muslim, bertemu dengan Paus Fransiskus dua kali”, demikian tulis media Arab Asharq Al Awsat, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Rabu (23/4/25).
Pertemuan pertama mereka berlangsung pada 28 Mei 2023, di kediaman Paus di Santa Marta. Pertemuan ini penting karena mencerminkan peran Liga Muslim Dunia, dalam mempromosikan dialog efektif, pemahaman transparan, dan kerja sama yang positif di antara para pengikut agama serta budaya berbeda.
Pertemuan tersebut mencakup diskusi tentang nilai-nilai bersama dan membangun jembatan antarperadaban. Selain itu untuk mengatasi tantangan ekstremisme agama dan ideologis dalam segala bentuknya, termasuk kebencian, rasisme, marginalisasi, dan pengucilan.
Pertemuan kedua antara Al-Issa dan Paus Fransiskus terjadi pada 23 Desember 2024, dengan tujuan yang sama.
Peristiwa paling penting dalam hubungan negara Teluk Persia dengan Paus Fransiskus, adalah kunjungan bersejarahnya ke Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Paus pertama ke Arab
Pada tanggal 3 Februari 2019, Fransiskus menjadi Paus pertama yang mengunjungi Jazirah Arab, menyusul undangan dari Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, untuk berpartisipasi dalam konferensi dialog antaragama.
Selama kunjungannya ke Uni Emirat Arab (UEA), Paus memimpin misa di Zayed Sports City di Abu Dhabi pada tanggal 5 Februari, dihadiri oleh sekitar 120.000 orang.
Bagi UEA, yang merupakan rumah bagi lebih dari satu juta umat Kristen dan mayoritas beragama Katolik, kunjungan tersebut menggarisbawahi komitmen negara tersebut, terhadap toleransi serta keberagaman budaya.
Umat Kristen di UEA berjumlah sekitar sepersembilan dari populasi, dan mereka menikmati kehidupan bermartabat, penuh rasa hormat, dan setara di negara yang telah menjadi model inklusivitas.
Abu Dhabi menjadi saksi berdirinya gereja pertama di UEA pada tahun 1965, sebuah gereja Katolik bernama “Saint Joseph” (Santo Joseph)
Misa pertama di Abu Dhabi diadakan pada tahun 1958 di Istana Al Hosn. Di Emirat Dubai yang berdekatan, gereja pertama, “Saint Mary” (Santa Maria) dibangun pada tahun 1967. Saat ini, UEA menjadi rumah bagi 45 gereja.
Dewan tetua Muslim
Dari tanggal 3 hingga 6 November 2022, Paus Fransiskus mengunjungi Bahrain, di mana ia bertemu dengan Raja Hamad bin Isa Al Khalifa dan pejabat senior.
Kunjungan Paus Fransiskus merupakan bagian dari upaya berkelanjutannya, untuk memperkuat hubungan dengan dunia Islam, setelah perjalanan bersejarahnya ke UEA pada tahun 2019.
Selama berada di Bahrain, Paus Fransiskus menyampaikan pidato pada forum dialog tentang koeksistensi, yang diselenggarakan Dewan Tetua Muslim yang berpusat di UEA.
Ia juga bertemu dengan Sheikh Ahmed El-Tayeb dari Al-Azhar, yang pernah menandatangani dokumen bersama tentang hidup berdampingan antaragama selama kunjungannya ke UEA.
Paus Fransiskus juga memimpin misa agung di Stadion Nasional Bahrain, dihadiri oleh para pemimpin gereja Kristen dari Bahrain dan kawasan tersebut, serta lebih dari 28.000 orang yang mewakili 111 negara.
Dalam pidatonya, Paus menekankan prinsip perdamaian dan cinta untuk semua. Bahrain adalah rumah bagi 18 gereja yang mewakili berbagai denominasi Kristen.
Negara ini menyaksikan pembangunan gereja Kristen pertamanya pada tahun 1906, Gereja Injili Nasional, yang merupakan gereja tertua di Bahrain dan Teluk. Pada tahun 1939, gereja Katolik pertama di Bahrain dan Teluk dibangun, Gereja Hati Kudus.
Pada tahun 2021, gereja Katolik terbesar di wilayah tersebut, Katedral Our Lady of Arabia, diresmikan. Terletak di Al A’ali, katedral ini memiliki luas 9.000 meter persegi dan dapat menampung lebih dari 2.300 orang. Plaza luarnya juga dapat menampung lebih dari 6.000 pengunjung dan umat.
Perhentian terakhir kunjungan empat hari Paus Fransisus ke Bahrain adalah di Gereja Hati Kudus, yang dibangun pada tahun 1939 di tanah yang disumbangkan oleh penguasa saat itu.
Umat Kristen di Kuwait
Kuwait adalah negara Teluk kedua, setelah Bahrain, dengan komunitas Kristen yang terdiri dari 262 orang. Mayoritas umat Kristen di Kuwait dan Bahrain berasal dari wilayah tenggara Turki, Irak, dan Palestina.
Pada tanggal 8 Januari 1999, Emmanuel Gharib ditahbiskan sebagai pendeta dan pastor Gereja Injili Nasional, menjadikannya warga negara Teluk pertama yang mencapai posisi ini.
Pendeta Emmanuel mendirikan diwaniya “Gereja Injili Nasional” di Kuwait, sebuah ruang untuk berdiskusi tentang perkembangan sosial, politik, dan ekonomi terkini. Gereja tersebut dibangun di atas tanah yang dibeli oleh misi AS pada tahun 1914 untuk membangun rumah sakit pria.
Menurut laporan Departemen Luar Negeri AS tahun 2014 tentang kebebasan beragama, ada lebih dari 200 orang Kristen Kuwait yang tersebar di delapan keluarga, selain sekitar 450.000 orang Kristen ekspatriat yang tinggal di negara tersebut. (P-Jeffry W)