PRIORITAS, 7/11/24 (Jakarta): MVP Pictures kembali merilis film drama, judulnya cukup melankolis, “Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu” (HITBK). Ini merupakan film kedua MVP setelah sukses dengan “Tuhan Izinkan Aku Berdosa”. Kabarnya, film arahan Kuntz Agus ini akan diputar di bioskop mulai 21 November 2024.
Film ini diadaptasi dari buku kumpulan kutipan karya Pidi Baiq dengan judul yang sama. Selain menunjuk Kuntz Agus selaku sutradara, dalam proyek ini, produser Raam Punjabi menyerahkan penulisan naskah kepada Titien Wattimena yang berkolaborai dengan Pidi Baiq.
Cerita film ini mengangkat kisah Sadali yang siap menuntut ilmu di Yogyakarta, namun takdir membawa dirinya terikat perjodohan dengan Arnaza, putri sahabat ayahnya. Segalanya berubah saat ia bertemu Mera, pemilik galeri seni yang tengah berjuang melewati kepedihan perceraian.
Film HITBK dibintangi oleh Adinia Wirasti, Ajil Ditto Hanggani, Shania Gracia JKT48, Faiz Vishal, dan Ciara Nadine Brosnan.
Dalam keterangannya pada Kamis (7/11/24) seperti dilansir dari Antara, Kuntz Agus mengaku sangat tertarik dengan proyek ini karena HITBK memiliki cerita yang sangat dalam.
“Cerita ini memiliki kedalaman, terutama karena berlatar di Yogyakarta pada 1998. Momen tersebut menjadi setting yang sangat kuat untuk kisah pencarian jati diri dan cinta antara Sadali, Mera dan Arnaza,” ungkap sang sutradara.
Ditambahkannya, ada kisah cinta yang tak biasa di sana, kisah cinta yang menantang dan melawan zaman. Ada juga elemen dunia seni rupa yang diusung, lalu sosial, politik yang “berkelindan” (erat menjadi satu) dengan kehidupan personal karakter-karakter utama. “Menurut saya (itu) sangat menarik untuk dieksplorasi di layar lebar,” kata Kuntz Agus.
Menurutnya, “Saya merasa, ini adalah cerita tentang bagaimana masa lalu membentuk kita dan bagaimana kita meresponnya dalam perjalanan hidup. Selain itu, saya tumbuh di Yogya pada masa yang tak berbeda jauh dengan setting cerita film ini.”
Satu semangat dengan Kuntz Agus saat memulai proyek ini, Titien Wattimena mengungkapkan dirinya sangat tertantang karena HITBK diadaptasi dari dari buku kumpulan kutipan, bukan novel.
Menurut dia, mencari benang merah dari keseluruhan kutipan untuk membuat sebuah cerita yang fokus, tajam sekaligus utuh. “Keuntungannya adalah basic story-nya sudah ada dari Pidi Baiq yang lalu dikembangkan bersama antara tim development skenario dan Pidi Baiq,” ujar Titien.
Pemilihan karakter
Lebih lanjut, Kuntz Agus menjelaskan pemilihan para karakter utama terkait dengan kelihaian para aktor mengeksplorasi emosi dengan detail dan menjaga dinamika yang terjadi dalam cerita berlatar kompleks.
“Adinia Wirasti dipilih karena dia sosok yang paling tepat, ia memiliki kedalaman emosional yang diperlukan untuk memerankan sosok Mera, yang harus menghadapi banyak dilema, baik dalam keluarga maupun dalam hubungan cintanya,” ujarnya.
Sementara bagi dia, Ajil Ditto sangat cocok memerankan Sadali, seorang seniman muda yang penuh idealisme, dengan gaya khasnya yang flamboyan namun penuh keresahan. Pemeran lain, Hanggini, disebutnya membawa keseimbangan sebagai Arnaza, karakter yang memberi perspektif berbeda dalam dinamika cerita. “Mereka adalah pilihan terbaik untuk itu,” katanya.
Ajil Ditto yang berperan sebagai Sadali, merasa senang bergabung dengan proyek HITBK. Apalagi, film ini juga mengambil setting kampung halamannya.
“Dari awal baca sinopsisnya, saya sudah bener bener excited banget karena film ini menyangkut kampung halamanku dan karakter Sadali sendiri merupakan seorang pelukis, jadi nggak ada pikir panjang, langsung gas!” Kata Ajil.
Adinia Wirasti mengungkapkan karakter Mera yang diperankan di HITBK sangat menantang karena memiliki karakter yang kompleks. Dia harus menghadapi stigma yang ditempelkan pada perempuan yang memutuskan untuk berhubungan dengan laki-laki yang lebih muda.
“Dalam cerita ini, justru Mera dibuat berdaya walau dengan segala keterbatasan emosionalnya, terutama pada zaman itu, tahun 98-99,” ucapnya. Bagi Adinia, Mera adalah karakter perempuan apa adanya namun di waktu yang sama dia punya passion yang besar dalam dunia seni.
“Mera yang seketika menjadi personifikasi mimpi Sadali, seorang laki-laki yang berusia 15 tahun lebih muda dari Mera, dalam perjalanan hidupnya kali ini ia menemukan sesuatu dalam dirinya yang harus ia hadapi,” kata Adinia.
Senada dengan Adinia, Hanggini juga mengaku mendapat peran yang berbeda di HITBK. “Aku tertarik karena pertama ini buku hasil karya ayah Pidi, dan karakter Arnaza ini spesial banget karena sejauh ini aku juga belum pernah memerankan karakter perempuan Minang,” ucap Hanggini. (P-ht)