29.6 C
Jakarta
Friday, July 18, 2025

    Mohon maaf, mantan Rektor UGM tarik pernyataan ijazah palsu Jokowi

    Terkait

    Profesor Sofian Efendi, mantan rektor UGM. (Dok/Universitas Gadjah Mada)

    PRIORITAS, 18/7/25 (Jakarta): Profesor Sofian Effendi, mantan Rektor UGM, mengungkapkan penyesalan atas pernyataannya yang menyebut Joko Widodo, Presiden ke-7 RI, belum menyelesaikan studi sarjana dan tidak memiliki ijazah.

    “Terkait dengan informasi yang tersebar dari live streaming di kanal YouTube Langkah Update dengan judul ‘Mantan Rektor UGM Buka-Bukaan! Prof Sofian Effendy Rektor 2002-20071 ljazah Jokowi & Kampus UGM!’ pada tanggal 16 Juli 2025 tentang ijazah atas nama Bapak Joko Widodo, saya menyatakan pernyataan Rektor UGM Prof Dr Ova Emilia tertanggal 11 Oktober 2022 memang sesuai dengan bukti-bukti yang tersedia di universitas,” demikian Sofian menulis dalam surat pada Kamis (17/7/25), dikutip Beritaprioritas dari Inilah.com, Jumat (18/7/25).

    Terkait hal tersebut, ia mencabut seluruh pernyataannya dalam video itu dan meminta agar wawancara yang tayang di kanal YouTube tersebut dihapus dari publikasi.

    “Saya mohon maaf setulus-tulusnya kepada semua pihak yang saya sebutkan pada wawancara tersebut. Demikian pernyataan saya dan saya sangat berharap agar wacana tentang ijazah tersebut dapat diakhiri,” imbuh Sofian.

    Pada akhir surat pernyatannya terdapat tanggal surat yang dibuat di Yogyakarta, hari ini Kamis (17/7/25) dengan dibubuhi tanda tangan Sofian.

    Sebelumnya, Sofian Effendi menyatakan, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, tidak berhasil meraih gelar sarjana dari UGM karena nilai akademisnya dianggap tidak mencukupi.

    Pernyataan tersebut disampaikan Sofian Effendi dalam sebuah wawancara bersama Pakar Digital Forensik, Rismon Hasiholan Sianipar, yang mengajukan pertanyaan terkait dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi.

    Memicu kontroversi

    Sofian awalnya mengungkapkan, berdasarkan cerita dari seorang guru besar di Fakultas Kehutanan UGM, Jokowi diterima di universitas setelah lulus dari SMPP—setara dengan SMA—di Solo, Jawa Tengah, dan hal itu sempat memicu kontroversi.

    “Pada tahun 1980 masuk, ada dua orang yang masih bersaudara yang masuk (Fakultas) Kehutanan, itu satu Hari Mulyono kemudian Joko Widodo. Hari Mulyono ini orang yang aktivis, dikenal di kalangan mahasiswa karena dia mendirikan Silvagama pendaki gunung dan segala macam, dan juga secara akademik dia perform, dia lulus tahun 1985. Tapi Jokowi ini menurut informasi dari para profesor dan mantan dekan juga, itu pada tahun 1980-an tidak lulus. Juga saya lihat di dalam transkrip nilai yang ditampilkan oleh (Polri), IPK-nya itu tidak sampai 2,” ucap Sofian dikutip dari YouTube Langkah Update, Kamis (17/7/25).

    Ia menyinggung saat itu, masih ada program sarjana muda dan sarjana. Tetapi Jokowi hanya sampai program sarjana muda atau bergelar B.Sc.

    “Pada waktu itu masih ada sarjana muda dan doktoral jadi dia tidak lulus, tidak qualified, di DO istilahnya, hanya boleh sampai sarjana muda, B.Sc,” tutur Sofian menjabat Rektor UGM tahun 2002-2007 ini.

    Tak hanya ini, saat itu kata Sofian, Prof Ahmad Sumitro yang sempat akan menguji namun tidak jadi, karena heran dengan Jokowi yang hanya memiliki gelar B.Sc tapi sudah mau mengajukan skripsi.

    “Pada waktu itu tidak jadi (dia menguji), karena tidak ada pembimbing yang mau menilai orang yang tidak lulus, jadi dia belum memenuhi persyaratan untuk mengajukan skripsi,” katanya.

    Ia turut menjelaskan, Kasmudjo, mantan dosen pembimbing akademik Jokowi yang namanya sempat terseret dalam kasus ini, pernah mengatakan, dirinya memang menjadi pembimbing akademik, namun bukan pembimbing skripsi. Karena itu, ia tidak pernah melihat skripsi Jokowi maupun mengetahui waktu kelulusannya.

    Hal yang sengaja disembunyikan

    Bahkan, menurut Sofian, ada hal yang sengaja disembunyikan oleh Kasmudjo, yaitu skripsi Jokowi diduga merupakan hasil menyalin pidato milik Prof Sunardi.

    “Prof Sunardi baru pulang dari Kanada, dia bikin makalah mengenai ada kaitannya dengan pengembangan industri kayu dan itu yang dipakai (sebagai contekan),” ungkap Sofian.

    “Dan itu tidak pernah lulus, tidak pernah diuji. Kosong (tanda tangan pembimbing). Itu saya tanya kepada petugasnya, kok ini kosong semuanya, (dijawab) ‘ya pak itu sebenarnya tidak diuji dan tidak ada nilainya’, makanya tidak ada tanggal. Jadi kalau dia mengatakan ‘saya punya ijazah asli’ ya kalau B.Sc itu lah. Tapi kalau yang ijazah sarjana, enggak punya dia,” sambungnya menjelaskan.

    Kemudian Sofian juga menuturkan ijazah yang diumbar oleh Jokowi ke publik, diduga merupakan milik Hari Mulyono, yang merupakan suami pertama dari adik Jokowi yakni Idayati.

    “Kabarnya dia (Jokowi) pinjam ijazahnya Hari Mulyono itu. Hari Mulyono meninggal tahun 2018, dan itu dipinjam dari (Idayati) itu, maka dikasihlah suami, ketua MK itu (Anwar) Usman. Kemudian ijazah ini yang dipalsuin, dugaan saya, dibawa ke jalan Pramuka untuk diubah. Jadi itu kejahatan besar,” tambah Sofian menegaskan. (P-Zamir)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini