Simon Aloysius Mantiri. (Istimewa)PRIORITAS, 7/12/2025 (Jakarta): The Ballroom Djakarta Theater seketika menjadi saksi akan alunan nada kayu yang khas, yang bukan sekadar musik tetapi alat pembawa cerita panjang tentang pelestarian budaya Nusantara di mata dunia. Di tengah suasana tersebut, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, berdiri memberi apresiasi mendalam kepada sosok yang telah membawa Kolintang ke panggung dunia: Lis Purnomo Yusgiantoro.
Lis, tokoh nasional sekaligus motor penggerak Purnomo Yusgiantoro Center (PYC), menjadi figur penting di balik keberhasilan Kolintang terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO. Upaya bertahun-tahun itu kini berbuah, terlihat dari semakin dikenalnya Kolintang hingga ke kalangan generasi muda dan komunitas internasional.
“Kami berterima kasih kepada Purnomo Yusgiantoro Center, khususnya Ibu Lis Purnomo Yusgiantoro,” ujar Simon saat menjadi juri bersama Purwa Caraka dan Ananda Sukarlan dalam Lomba Kolintang PYC memperebutkan Piala Bergilir Lis Purnomo Yusgiantoro.
Acara tersebut turut dihadiri tokoh-tokoh nasional, antara lain Sinta Nuriyah Wahid, Prof. Purnomo Yusgiantoro, Dr. Filda Citra Yusgiantoro, Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dan Ketua Umum PINKAN Indonesia Penny Marsetio.
Namun ada satu hal yang membuat Simon benar-benar tersentuh: perjuangan itu, diantaranya datang bukan dari masyarakat Minahasa, tempat Kolintang berasal.
“Yang memperjuangkan Kolintang di UNESCO bukan orang Minahasa, tetapi orang Jawa,” ucap Simon, tak menyembunyikan rasa harunya. Sebagai putra asli Tomohon, penyebaran Kolintang ke seluruh Indonesia baginya merupakan babak baru sejarah alat musik tradisional tersebut.
Apalagi, dalam pandangannya, Kolintang kini telah menembus ruang-ruang kreatif anak muda. Aransemen modern bermunculan, gaya permainan baru tumbuh, dan ruang kolaborasi semakin luas. Kolintang tidak lagi hanya milik satu daerah, tetapi telah menjadi bagian dari identitas bangsa.
Peran PINKAN
Nama lain yang turut berjasa, sebut Simon, adalah Penny Marsetio, Ketua Umum PINKAN Indonesia, yang terus mempromosikan Kolintang secara nasional dan internasional.
“Terus terang, paling terasa emosional adalah saya sendiri… Saya bangga, alat musik Kolintang berkembang menjadi bagian dari perjalanan hidup saya,” kata Simon, suaranya bergetar pelan.
Ia kemudian mengutip pesan pahlawan nasional Sulawesi Utara, Dr. GSSJ Sam Ratulangi: Sitou Timou Tumou Tou—manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain. Baginya, semangat itu tumbuh subur dalam budaya Kolintang yang mengajarkan kebersamaan, harmoni, dan kerja kolektif.
“Bersyukur karena budaya Kolintang sudah sampai ke seluruh Nusantara. Terima kasih Purnomo Yusgiantoro Center,” tutupnya.
Malam itu, di antara denting Kolintang yang mengalun lembut, tampak jelas bahwa alat musik kayu dari tanah Minahasa itu telah menemukan rumah baru: hati seluruh bangsa Indonesia. (P-*r/Voucke L/FL/bwl)
No Comments