PRIORITAS, 27/5/25 (Lirung, Talaud, Sulut): Sebanyak lebih dari 250an warga di Lirung Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, berprofesi tukang Bentor atau Becak Motor. Profesi yang mereka tekuni itu sudah puluhan tahun.
Pada awalnya angkutan umum ini tidak tergolong sebagai angkutan resmi oleh pemerintah. Namun demikian, motor yang telah dimodifikasi menjadi becak bermotor itu menjamur di berbagai tempat.
Bentor tersebar di Nusa Utara (Sangihe, Sitaro serta Talaud), juga menyebar di Bolaang Mongondow Raya, semuanya di Provinsi Sulawesi Utaram serta cukup besar populasinya di Provinsi Gorontalo dan tempat lain di Nusantara.
Lahirkan sarjana

Herry Tulis (49 tahun), salah satu tukang Bentor sejak tahun 2000. Herry terbilang cukup sukses di antara rekan se profesi. Ketika Beritaprioritas.com menggunakan layanan Bentornya keliling sejumlah tempat di Lirung, Selasa 27 Mei 2025, Herry menuturkan kisah suksesnya.
“Saya sudah menekuni profesi ini sejak tahun 2000. Ya, Puji Tuhan sudah 25 tahun,” ujar Herry dari motor yang melaju pelan di kawasan kota Lirung yang asri.
Herry melanjutkan, kehidupan keluarganya bersama istri, Lieke (46) berlangsung secara alamiah dan telah melewati gelombang pergumulan yang naik turun.
Istrinya juga seorang pegiat usaha mikro kecil yaitu penjual makanan, minuman serta beragam kue khas Talaud di atas kapal. “Istri saya, Lieke, berjualan di atas kapal Barcelona,” ungkap Herry sembari tangan kanannya menunjuk kapal yang sedang menaikkan penumpang tujuan Manado.
Herry bersama Lieke diberkati tiga anak. Dua perempuan dan satu laki-laki bungsu. Anak mereka bernama Ika (25), Vallen (23) dan Irvan (15). “Nama anak ketiga Irvan merupakan gabungan dari kedua kakaknya,” tutur Herry tersenyum.
Selama puluhan tahun menjadi tukang Bentor, Herry mensyukuri apa yang telah dicapai. “Atas kasih karunia Tuhan, anak sulung kami sudah menjadi Sarjana Pendidikan. Ini hasil sebagai tukang Bentor,” kata Herry bangga. Disebutkan, sang putri sulung mereka menyandang Sarjana Pendidikan jurusan Seni Rupa.
Diketahui, Ika sudah diwisuda di Universitas Negeri Manado atau Unima pada 2023. Tak lama lagi menjadi guru sesuai impiannya. Herry bilang, “Tahun ini persis tahun ajaran baru, Ika akan menjadi guru, walaupun masih honorer.”
Sebelum menjadi Sarjana Pendidikan atau SPd, sebetulnya Ika pernah kuliah tiga semester di Sekolah Tinggi Theologi di Langowan, Minahasa, Sulawesi Utara. Namun Ika berubah pikiran. Ia pun melanjutkan kuliah di Unima dan selesai.
Anak kedua bernama Vallen, tak kalah sukses kendati masih dalam proses akhir. Di Unima juga, tapi beda jurusan dengan kakaknya. “Anak kami Vallen sementara persiapan ujian komprehensif di Fakultas Teknik Unima,” kata Herry yang selalu bangga. Raut wajahnya berseri.
Anak bungsu si ganteng Irvan, masih kelas akhir di SMP Lirung. Herry tidak mengurai banyak prihal Irvan. “Semua terjadi hanya karena kasih dan berkat Tuhan,” tutur Herry. Tak terasa kami sudah berada kembali di halaman parkir pelabuhan Lirung.
Herry masih membuka cerita tentang hal lain. Hanya secuil yaitu kewajiban tukang Bentor di kawasan pelabuhan Lirung. “Kami wajib bayar retribusi dua ribu rupiah per hari,” ungkap Herry. “Cukup terjangkau,” katanya.
Sewaktu melayani Beritaprioritas.com, Herry tidak mematok tarif tertentu. Ketika disodori selembar uang kertas tertentu, Herry menerima dengan senang hati dan berkata: Terimakasih!
Selanjutnya, diminta izin kepada Herry untuk menuliskan kisah inspiratif ini di Beritapriorotas.com. (P-Ferry BMR)