26.9 C
Jakarta
Wednesday, July 23, 2025

    Keluarga korban mengamuk, hasil investigasi kecelakaan pesawat Jeju Air batal diumumkan

    Terkait

    PRIORITAS, 22/7/25 (Seoul): Hasil investigasi kecelakaan pesawat Boeing Jeju Air Korea Selatan yang menewaskan 179 penumpang batal diumumkan, karena para keluarga korban mengamuk.

    Seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Selasa (22/7/25), semula konferensi pers untuk mengumumkan hasil investigasi kecelakaan pesawat itu dijadwalkan pada Senin, namun terpaksa ditiadakan, karena para keluarga korban memprotes hasil laporan yang menyalahkan pilot sehingga pesawat itu jatuh.

    Rilis hasil investigasi yang terlanjur dibagikan kepada para wartawan berbagai media, akhirnya ditarik kembali dan dianggap tidak ada.

    Keluarga korban kecelakaan pesawat Jeju Air, menuduh pihak berwenang menyalahkan pilot secara prematur dalam laporan sementara tersebut.

    Pesawat meledak terbakar

    Pada 29 Desember 2024 lalu, pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 yang membawa 181 penumpang termasuk enam awak, meledak dan terbakar hebat di bandara Muan Korea Selatan.

    Pesawat itu dalam penerbangan dari Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand dan semula sudah ancang-ancang hendak mendarat di bandara Muan, ketika tiba-tiba salahsatu mesinnya mati usai menabrak burung.

    Pilot langsung meminta pendaratan darurat. Pesawat bermanuver coba mendarat dengan perut karena roda pendaratan tak bisa keluar.

    Tragisnya, pesawat justru melewati landasan dan menabrak tanggul beton pembatas, meledak dan menimbulkan bola api raksasa.

    Sebanyak 179 penumpang termasuk dua pilot tewas. Hanya dua pramugari yang duduk di bagian belakang pesawat selamat.

    Penyelidik Korea Selatan menghubungkan kecelakaan mematikan itu, dengan kesalahan pilot, menurut laporan sementara yang belum dirilis.

    Salah matikan mesin

    Sebuah sumber yang dekat dengan investigasi yang dipimpin Korea Selatan terhadap kecelakaan Pesawat Jeju Air mengatakan kepada Reuters, ada “bukti jelas” pilot secara keliru mematikan mesin yang salah, setelah menabrak burung.

    Data dari perekam suara kokpit, komputer penerbangan, dan sakelar mesin fisik yang ditemukan di reruntuhan pesawat,  menunjukkan mesin kiri yang tidak terlalu rusak justru dimatikan, bukan mesin kanan, sesaat sebelum upaya pendaratan yang fatal.

    “Tim investigasi memiliki bukti dan data pendukung yang jelas, sehingga temuannya tidak akan berubah,” kata sumber tersebut dengan syarat anonim, karena penyidik belum merilis laporan resmi yang memuat bukti-bukti tersebut.

    Pejabat Korea Selatan kemudian tiba-tiba membatalkan konferensi pers yang akan merilis investigasi kecelakaan itu, setelah keluarga korban mengganggu acara tersebut.

    Para pejabat bermaksud untuk membagikan secara publik temuan awal tentang analisis mesin Boeing 737-800 Jeju Air itu.

    Mesin kiri masih baik

    Penyelidik mengatakan pilot secara tidak sengaja mematikan mesin kiri yang masih berfungsi, setelah menabrak burung.

    Pilot juga mendaratkan pesawat terlalu cepat dengan roda pendaratan ditarik.

    Setelah bertabrakan dengan sekawanan burung, yang diduga bebek Teal Baikal, satu mesin pesawat mati. Namun mesin lainnya tetap memiliki daya dorong parsial.

    Para penyelidik mencatat kemungkinan seorang pilot mungkin secara tidak sengaja mematikan mesin.

    “Pilot seharusnya mematikan mesin kanan, yang rusak parah akibat tabrakan burung, tetapi ia mematikan mesin kiri, yang sedang berputar, dan kotak hitam serta listrik pun langsung padam”, kata seorang pejabat kepada MBN TV Korea Selatan.

    Pesawat Jeju Air 2216 itu mendarat dengan posisi miring, setelah melaporkan tabrakan dengan burung.

    Pesawat itu melewati landasan pacu, menabrak tanggul beton berisi peralatan navigasi, dan meletus menjadi bola api yang mematikan.

    Arah berlawanan

    Menurut temuan sementara, para pilot juga dilaporkan menyimpang dari protokol standar setelah menabrak burung saat pendekatan untuk mendarat.

    Alih-alih melanjutkan pendaratan, mereka dilaporkan justru menanjak, melakukan serangkaian manuver tidak teratur, dan mencoba mendarat darurat ke arah berlawanan di landasan yang sama.

    Meski begitu, keluarga korban melakukan protes saat konferensi pers diadakan. Mereka menuduh pejabat secara prematur menyalahkan pilot atas bencana penerbangan terburuk di Korea Selatan itu.

    “Keluarga tidak mendapatkan penjelasan yang memadai,” ujar pengacara keluarga, Pillkyu Hwang, saat berbicara di mimbar di Bandara Internasional Muan.

    “Faktanya, tergantung bagaimana Anda melihatnya, semua kesalahan dibebankan pada burung yang mati dan pilot yang mati,” katanya, tanpa merinci rincian apa yang diberikan pejabat terkait tindakan pilot tersebut, menurut The New York Times.

    Keluarga korban kecelakaan mengkritik penyajian laporan tersebut , dengan alasan laporan tersebut memberikan kesan final yang keliru meskipun penyelidikan masih berlangsung.

    “Briefing ini tidak akan diadakan. Semua orang keluar!” teriak salah satu kerabat korban kecelakaan. “Mereka menyalahkan pilot!”, teriak pria itu (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini