PRIORITAS, 30 Juni 24 (Jakarta) : Petinggi Demokrat dan media terkemuka secara terbuka mendesak Joe Biden untuk diganti sebagai kandidat di Pemilihan Presiden 2024 setelah melihat penampilan menyedihkan Presiden Amerika Serikat (AS) tersebut saat debat dengan mantan presiden Donald Trump, Kamis (27/6) malam.
Dilansir dari Channelnewsasia, Minggu (30/6), perubahan haluan politik yang berisiko tinggi seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah pemilu Amerika modern.
Biden mengindikasikan bahwa dia tidak punya rencana untuk mengakhiri kampanyenya. Dia mengatakan kepada para pendukungnya di Atlanta tak lama setelah dia meninggalkan panggung debat, “Ayo lanjutkan”.
Hampir tidak mungkin bagi Partai Demokrat untuk menggantikannya kecuali dia memilih untuk mundur. Biden menang telak dalam pemilihan pendahuluan, dan sekitar 3.900 delegasi partainya dalam konvensi di Chicago pada Agustus. Untuk menunjuk calon resmi, delegasi dari seluruh 50 negara bagian menghadiri konvensi pencalonan musim panas partai mereka untuk secara resmi melantik kandidat berdasarkan pemungutan suara pendahuluan.
Berdasarkan laporan Nielsen, lembaga riset, pada Jumat (28/6) waktu setempat melaporkan bahwa lebih dari 51 juta penonton TV menyaksikan debat pertama antara calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, dan lawan politiknya dari Partai Republik, Donald Trump.
Jumlah itu mencatat penurunan sekitar 30 persen dari 73 juta penonton yang menyaksikan debat mereka pada Pilpes 2020. Debat presiden AS semalam juga merupakan salah satu dari tiga debat pertama dalam sejarah yang memiliki rating terendah sejak 1976.
Angka yang lebih rendah ini dapat menunjukkan kurangnya antusiasme pemilih terhadap kedua kandidat, dibandingkan dengan debat-debat sebelumnya dalam pemilu baru-baru ini. Namun, Nielsen mengatakan laporan tersebut tidak memperhitungan penonton online, yang popularitasnya terus meningkat seiring penurunan jumlah penonton TV tradisional.
Biden akui kurang maksimal
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengakui ada persoalan usia dan penampilannya yang kurang maksimal pada debat pertama pemilu presiden AS saat menghadapi mantan presiden Donald Trump Kamis (27/6).
Meski demikian, Biden menegaskan dirinya tidak akan mundur dan bertekad memenangkan pilpres November mendatang. “Saya tahu saya tidak lagi muda. Jalan saya tidak semulus dulu, bicara dan debat saya pun tak selancar dulu, tapi saya tahu bagaimana cara menyampaikan kebenaran,” kata Biden, Jumat (28/6).
Pernyataan itu lontarkan di hadapan para pendukungnya selama kampanye di Raleigh, North Carolina. “Saya tentunya tak akan maju lagi kalau saya tidak yakin sepenuh hati akan dapat terus bekerja sebagai presiden. Taruhannya terlalu besar,” kata dia, menambahkan.
Biden tampak terbata-bata dan kehilangan alur pikirannya saat menghadapi Trump dalam debat kemarin hingga semakin membuat kalangan pendukung meragukan kelayakannya memimpin untuk empat tahun ke depan.
Usai debat itu, Biden mengatakan kepada wartawan bahwa ia merasa “sulit berdebat dengan seorang pembohong”. Ia merujuk pernyataannya itu pada Trump, dan menyebut sang mantan presiden berbohong 26 kali.
Ketika ditanya apakah dirinya menderita flu, ia menjawab singkat, “Tenggorokan saya sakit.”
Gedung Putih kemudian mengkonfirmasi bahwa Biden memang mengalami flu dan sakit tenggorokan saat hari debat. “Namun, hasil tes COVID-19 Biden negatif,” kata juru bicaranya, Karine Jean-Pierre.
Sementara itu, Direktur Komunikasi Tim Kampanye Biden Michael Tyler mengatakan strategi kampanye “tak akan berubah sama sekali” seusai debat tersebut.
Tyler pun menegaskan komitmen Biden untuk kembali menghadapi Trump pada debat selanjutnya, September mendatang. “Joe Biden akan kembali ikut debat pada 10 September, kita lihat apa Trump juga demikian,” kata Tyler. (P-CNN/wl)