PRIORITAS, 3/5/25 (Valletta): Kapal bernama Conscience yang membawa bantuan untuk warga Jalur Gaza, kini terombang-ambing di tengah lautan dekat Malta, karena mengalami mati mesin, setelah sempat terbakar akibat serangan drone (pesawat nirawak).
Belum diketahui dari mana asal serangan tersebut, tetapi kapal itu disebutkan dioperasikan Freedom Flotilla Coalition, lembaga yang terkait dengan militan Hamas.
Kapal bantuan yang membawa makanan dan obat-obatan untuk Gaza itu, kemungkinan akan terdampar di laut selama berbulan-bulan, karena sejumlah negara di kawasan laut itu menolak memberikan bantuan.
“Generator kapal rusak parah dan harus diperbaiki. Namun, negara-negara kawasan menolak untuk membiarkan kapal berlabuh dan mengancam akan menyitanya”, kata aktivis, Tighe Barry, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Sabtu (3/5/25).
Barry juga mengatakan pihak berwenang di Malta, Yunani, dan Turki mengancam akan menyita kapal tersebut, jika memasuki pelabuhan. “Butuh waktu berbulan-bulan untuk mendapatkan bendera baru, jadi sementara ini, awak kapal hanya terjebak di sana,” katanya.
Menurut Barry, pihak berwenang Malta mencegah perahu motor yang digunakan aktivis mendekati kapal setelah serangan itu, tetapi satu orang berhasil naik dan berbicara dengan kapten kapal.
Dua lubang
Kapal itu sedang menuju pantai Jalur Gaza, namun diserang Kamis malam di dekat pantai Malta.
Sebuah video baru yang dirilis hari Jumat dari atas kapal, menunjukkan sedikitnya dua lubang besar di dek, dikelilingi asap tebal.
“Kami dibom dua kali!” terdengar teriakan orang yang merekam. Sebelumnya, foto pertama dari dek yang rusak telah dipublikasikan, yang menunjukkan kerusakan signifikan.
Kapal itu telah berlayar di bawah bendera Palau dalam beberapa bulan terakhir. Namun negara kepulauan Pasifik itu, telah mencabutnya sebelum serangan itu.
Sekarang, kapal itu tampaknya tidak memiliki bendera, yang membuatnya menghadapi batasan hukum dan logistik, termasuk dilarang berlabuh.
Palau memelihara hubungan diplomatik dengan Israel dan secara teratur memberikan suara mendukungnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Charlie Anderson, seorang aktivis Freedom Flotilla yang sudah lebih dari satu dekade, membenarkan kapal tersebut saat ini tidak kemasukan air.
Tetapi, generatornya rusak parah dan harus diperbaiki sebelum dapat berlayar lagi. Ia menambahkan beberapa awak kapal mengalami luka ringan saat memadamkan api.
Tuduh Israel
Di atas kapal itu ada Majid, seorang aktivis Turki yang sedang bersiap untuk tidur ketika dua ledakan mengguncang kapal.
Ia mengatakan ledakan pertama disalahartikan sebagai tabrakan, tetapi kemudian awak kapal melihat api dan menyadari bahwa itu adalah serangan.
Ketika mereka menghubungi pihak berwenang Malta untuk meminta bantuan, seseorang menanggapi melalui radio dan mengklaim tidak perlu lagi mencapai Gaza.
Beruntung ada kapal tunda yang disuruh pemerintah Malta membantu memadamkan api di dek. “Kami merasa aman sekarang, tetapi kami tidak tahu apa yang akan dilakukan Israel,” kata Majid.
Penyelenggara Freedom Flotilla, yang terkait dengan Hamas, telah berangkat dari Tunisia beberapa hari lalu. Mereka mengklaim kapal tersebut telah dua kali diserang pesawat nirawak di perairan internasional, dan serangan tersebut menargetkan generator di haluan.
Penyelenggara mengatakan tidak tahu siapa yang berada di balik serangan tersebut, tetapi hanya berspekulasi dengan menuduh Israel melakukannya, meski mereka tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut. (P-Jeffry W)