33.3 C
Jakarta
Wednesday, December 18, 2024

    Jika tidur tak nyenyak bisa tingkatkan hormon stres

    Terkait

    Foto ilustrasi (Dok/Ist)

    PRIORITAS, 18/12/24 (Jakarta): Anda mengalami kualitas tidur buruk, seperti tidak nyenyak, ternyata dapat menjadi indikator adanya masalah kesehatan lebih mendalam, seperti peningkatan kadar hormon stres.

    Dokter Mary Beth Ayer, seorang praktisi holistik bersertifikat dari Massachusetts,  menjelaskan, ada sepuluh gejala yang bisa mengindikasikan kadar kortisol atau hormon stres tinggi.

    “Pola tidur kita bisa memberikan petunjuk penting mengenai hormon stres. Tidur sangat krusial, dan saya paham betul betapa menyebalkannya bangun tidur, tetapi masih merasa lelah,” ujar dr Ayer seperti dikutip dari Medical Daily, pada Rabu (18/12/24).

    Selanjutnya, berikut ini gejala-gejala yang perlu diperhatikan menurut dr Ayer terkait dengan kualitas tidur buruk:

    1. Sering terbangun antara jam 3-4 pagi.

    2. Mengalami mimpi yang sangat hidup dan penuh tekanan.

    3. Bangun tidur dalam keadaan berkeringat.

    4. Pikiran yang cepat bergerak sebelum tidur.

    5. Nyeri pada bahu, leher, atau pergelangan tangan saat bangun.

    6. Merasa lelah sepanjang hari namun terjaga saat malam hari.

    7. Gelisah dan sering berguling-guling saat tidur.

    8. Menggertakkan gigi saat tidur.

    9. Merasa kepanasan ketika tidur.

    10. Merasa sangat lelah saat bangun tidur.

    Seimbangkan hormon kortisol

    Selanjutnya, bilamana seseorang mengalami tiga atau lebih gejala yang berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk, dr Ayer menyarankan untuk memeriksa kadar hormon dan mencari cara untuk menyeimbangkan kortisol.

    “Salah satu tips saya adalah mengonsumsi protein, lemak, dan karbohidrat dalam waktu satu jam sebelum tidur. Contohnya, yogurt, selai kacang, dan pisang,” jelas dr Ayer.

    Diketahui, kortisol merupakan hormon yang berperan penting dalam banyak fungsi tubuh. Termasuk pengaturan gula darah, pengurangan peradangan, metabolisme, dan pembentukan memori.

    Tetapi, kadar kortisol yang terlalu tinggi dapat menyebabkan sindrom cushing.

    Kenaikan berat badan

    Dokter Ayer mengingatkan juga, gangguan tidur, tingginya kadar kortisol juga dapat menyebabkan kenaikan berat badan, jerawat, gula darah dan tekanan darah tinggi, kelemahan otot, serta osteoporosis atau tulang rapuh.

    Selain itu, kadar kortisol yang tinggi juga dapat memicu munculnya timbunan lemak di punggung atas, wajah yang membulat, dan stretch mark berwarna merah muda atau ungu di kulit.

    Disebutkan, mengubah gaya hidup secara sederhana dapat membantu menurunkan kadar kortisol. Tidur yang cukup, olahraga teratur, dan pola makan yang sehat bisa mengurangi stres.

    Selanjutnya, mengelola stres dengan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, juga terbukti efektif untuk menurunkan kadar kortisol.

    Bilamana tingginya kadar kortisol disebabkan oleh penggunaan obat glukokortikoid (obat anti-inflamasi) dalam jangka panjang, dokter mungkin akan mempertimbangkan untuk mengurangi dosis atau menghentikannya secara bertahap.

    Dokter Mary Beth Ayer juga mengatakan, selain kualitas tidur yang buruk, dalam beberapa kasus kadar kortisol tinggi dapat disebabkan oleh tumor di kelenjar pituitari dab memerlukan tindakan seperti operasi, terapi radiasi, atau pengobatan khusus. (P-jr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini