PRIORITAS, 28/4/25 (Vatikan): Militer Italia tidak hanya menurunkan 4.000 personil keamanan, helikopter serang dan pesawat tempur dalam acara pemakaman Paus Fransiskus 26 April 2025 lalu, tetapi ternyata juga mengerahkan sejumlah ‘senjata aneh’ yang tidak dikenal luas masyarakat.
Senjata-senjata besar yang dibawa tentara Italia di pemakaman itu, mendapat banyak perhatian para pelayat. Bahkan foto-fotonya sempat beredar luas di berbagai platform media sosial seperti Instagram, X (twitter), Facebook maupun tik-tok.
Satu video di X, yang diunggah jurnalis Argentina Elisabetta Piqué, dibagikan ulang seseorang dan menanyakan jenis senjata apa yang dipegang tentara Italia tersebut, memperoleh lebih dari lima juta penayangan.
“Senjata yang tampak canggih ini adalah Counter Unmanned Aerial Systems (C-UAS), yang juga dikenal sebagai senjata anti-drone”, kata seorang tentara Italia, kepada surat kabar Inggris, The Telegraph seperti dikutip Beritaprioritas.com dari news.com.au, hari Senin (28/4/25).
Menurut dia, militer Italia memang sudah lama berinterkasi dengan berbagai peralatan perang modern, yang saat ini perkembangannya sangat cepat.
Jadi, kata dia, sejumlah ‘senjata aneh’ dengan bentuk ‘bongsor’ yang dibawa belasan tentara Italia di tengah kerumunan orang tersebut, berfungsi untuk menetralisir jika ada drone (pesawat nirawak) yang coba mendekati area tersebut.
Pengganggu sinyal
Senjata-senjata tersebut memiliki kekuatan untuk mengganggu sinyal antara pesawat tak berawak dan operatornya, sehingga memaksa sistem drone jadi tak berfungsi dan mendarat atau jatuh.
“Salah satu versi senjata anti-drone yang terlihat di pemakaman itu, berwarna hitam dengan pelat plastik putih di bagian depan dan beratnya sekitar tujuh hingga delapan kilogram”, jelasnya.
Tentara Italia yang tak ingin namanya disebut, menggambarkan dalam mengoperasikan “pembunuh pesawat tanpa awak” itu, biasanya satu tentara lain ditemani prajurit lain, yang mengawasi ancaman udara dengan teropong.
“Senjata ini sudah digunakan angkatan darat dan angkatan udara. Kami telah berlatih menggunakannya selama beberapa tahun”, ujarnya.
Salah satu senjata lain mempunyai tiga moncong berupa tabung silinder sekitar 6 inci. Senjata ini mirip senjata ‘tentara luar angkasa’ dalam film-film fiksi. Namun ternyata mempunyai kekuatan seperti senjata laser.
Senjata ini dilengkapi dengan baterai super kuat saat dioperasikan. Bahkan peralatan ‘super turbo charger’ ikut dibawa tentara, untuk menjaga jika senjata ini mengalami ‘low-batt’.
Versi lain dari senjata anti-drone yang terlihat hari itu, tampak sedikit berbeda dengan tiga laras sejajar. Terdapat senjata tripel barrel berbentuk segitiga. Namun fungsinya sama, untuk merontokkan drone.
Militer siaga penuh
Militer Italia memang siaga penuh saat Paus Fransiskus meninggal hingga pemakamannya. Hal itu dilakukan, karena ada ratusan ribu orang yang datang melayat.
Bahkan pada acara pemakaman, selain hampir 300.000 publik umum, sebanyak 130 delegasi negara di dunia termasuk 50 Presiden dan Kepala Pemerintahan serta raja ikut hadir.
Dengan jumlah orang penting dan warga sebanyak itu, keamanan di pemakaman Paus Fransiskus merupakan operasi yang rumit dan kritis.
Kepala polisi militer Carabinieri Italia, Ciriaco Sarnelli menggambarkan sistem pengamanan saat itu sebagai ‘operasi luar biasa’.
“Kami hadir tidak hanya untuk menangani kejahatan umum, seperti pencopetan, tetapi juga siaga terhadap kemungkinan serangan terbesar dan menakutkan”, kata Sarnelli kepada media Sky News.
Karena itu, militer Italia tidak hanya mengerahkan senjata-senjata pembunuh drone, tetapi juga menyiapkan puluhan penembak jitu di atap-atap bangunan, helikopter serbu, dan pesawat jet tempur, bahkan kapal perang seperti frigat siaga di laut Italia.
Selain itu, Italia menyiagakan kendaraan tempur lapis baja, regu penjinak bom, dan berbagai unit anjing pelacak bom serta penyerang. Di sekitar lokasi saja terdapat sekitar 4.000 tentara dan polisi, baik yang berseragam maupun tidak.
Juru bicara ruang kontrol Kepolisian Roma, Elisabetta Accardo, mengatakan siaga luar biasa seperti itu, terakhir kali dilakukan “ratusan tahun” lalu, sejak negara tersebut harus menghadapi operasi keamanan besar.
Sarnelli hanya menyebutkan operasi keamanan besar-besaran sedang berlangsung di Vatikan, negara yang berada di tengah Italia.(P-Jeffry W)