PRIORITAS, 9/10/25 (Kairo): Israel dan militan Hamas akhirnya sepakat melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, setelah sekitar tiga hari melakukan perundingan yang alot di Sharm el-Sheikh, di Mesir. Demikian seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynet News, hari Kamis malam (9/10/25).
Dengan adanya gencatan senjata baru tahap pertama ini, militan Hamas mempunyai waktu 72 jam untuk membebaskan semua 48 sandera yang tersisa dan masih mereka tawan di Jalur Gaza.
Sebaliknya, Israel akan membebaskan sekitar 250 hingga 300 sandera Palestina setelah disetujui Kabinet Keamanan Israel.
Israel Defense Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel juga akan mundur ke garis yang disepakati di Jalur Gaza.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diperkirakan akan tiba di Israel pada hari Minggu untuk menyaksikan pembebasan para sandera.
Israel dan militan Hamas hari Kamis ini sudah melakukan persiapan untuk memulai implementasi kesepakatan pembebasan semua sandera dan mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Berdasarkan jadwal saat ini, Kabinet Keamanan Israel dijadwalkan bertemu pukul 15.00 waktu setempat.
Satu jam kemudian akan dilanjutkan sidang pleno pemerintahan untuk mengesahkan pembebasan tahanan Palestina, dengan imbalan para sandera sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan.
Komponen-komponen rencana lainnya diperkirakan akan disetujui di kemudian hari, karena Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui lima prinsip panduan proposal Donald Trump untuk mengakhiri perang.
Kuasai 53 persen Gaza
Setelah pemungutan suara pemerintah, yang akan memberikan persetujuan akhir atas perjanjian tersebut, pasukan Israel akan diminta untuk mundur dalam waktu 24 jam ke garis yang disepakati dengan miltan Hamas.
Walau sudah mundur, Israel masih akan mempertahankan kendali atas sekitar 53% wilayah Jalur Gaza.
Garis kuning batas bagi pasukan Israel mundur di Jalur Gaza sesuai kesepakatan Gencatan Senjata tahap pertama dengan militan Hamas.(ynetnews)
Meskipun peta garis penarikan belum diungkapkan, seorang pejabat Israel mengatakan garis tersebut tidak jauh berbeda dari “garis kuning” yang dipresentasikan Presiden Trump akhir pekan lalu , dengan beberapa modifikasi yang diminta oleh Israel.
Sebagai bagian dari penarikan tersebut, Pasukan Israel akan meninggalkan Kota Gaza, yang telah mulai direbutnya dalam Gideon’s Chariots II Operation (Operasi Kereta Perang Gideon 2).
Pejabat Israel mengatakan garis penarikan yang disepakati, versi modifikasi dari “garis kuning” Trump, tidak membahayakan keamanan Israel.
“Garis ini menjamin kami dapat masuk ke mana pun dibutuhkan jika, amit-amit, kami harus kembali,” ujar pejabat Israel itu.
9 jenazah hilang
Setelah penarikan pasukan Israel selesai, hitungan mundur 72 jam akan dimulai, di mana militan Hamas harus membebaskan semua sandera sekaligus tanpa upacara publik.
Menurut perkiraan Israel, militan Hamas menahan 20 sandera yang dipastikan masih hidup dan jenazah 28 lainnya.
Pembebasan para sandera yang tersisa dapat dilakukan paling cepat hari Sabtu waktu setempat, memastikan para sandera yang dibebaskan berada di Israel saat Presiden Trump tiba. Presiden AS diperkirakan akan tiba di Israel dan berpidato di Knesset.
Presiden Trump menyambut gembira pencapaian perundingan damai antara Israel dan militan Hamas.
“Ini hari yang luar biasa bagi dunia. Seluruh dunia bersatu untuk ini. Israel, semua bangsa. Ini hari yang fantastis dan luar biasa bagi semua orang”, kata Trump, Kamis malam.
Gedung Putih langsung merayakan pencapaian ini dengan mengunggah foto Trump dengan tulisan “Presiden Perdamaian”.
Ironisnya, militan Hamas baru memberi tahu para mediator di Mesir, mereka tidak mengetahui lokasi pasti sembilan jenazah sandera. Artinya jasad mereka masih hilang.
Satuan tugas internasional nantinya akan bertugas untuk menemukan sisa-sisa sandera yang hilang di Jalur Gaza itu.
“Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, satuan tugas internasional akan dibentuk untuk menemukan dan mengevakuasi jenazah para sandera yang diduga telah meninggal tetapi belum dikembalikan”, kata sumber Israel.
Militan Hamas telah berkomitmen untuk mengembalikan jenazah mereka yang lokasinya dapat dikonfirmasi. Namun, kelompok tersebut mengklaim tidak mengetahui keberadaan sembilan sandera yang tewas.
Foto 48 sandera (baik masih hidup maupun tewas) yang masih ditahan militan Hamas di Jalur Gaza.(idf)
Satuan tugas, yang disepakati dalam negosiasi di Mesir, akan mencakup perwakilan dari Israel, Amerika Serikat, Mesir dan Qatar.
Satuan tugas ini akan beroperasi di lapangan di Jalur Gaza untuk mengumpulkan intelijen dan mengerahkan semua kemampuan yang tersedia, untuk menemukan dan mengevakuasi jenazah yang hilang.
Satuan tugas ini dapat meminta bantuan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) jika diperlukan.
Tak ada Nukhba atau ‘ace’
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Ynet News semalam, kesepakatan itu tidak akan mencakup pembebasan anggota pasukan elit Nukhba militan Hamas yang terlibat dalam pembantaian 7 Oktober 2023.
Israel juga tidak akan membebaskan empat teroris berbahaya dikenal sebagai “ace” yang dipenjara Israel, meskipun berkali-kali diminta militan Hamas.
Daftar akhir tahanan Palestina yang akan dibebaskan Israel belum disepakati.
Militan Hamas telah menyerahkan nama-nama tahanan kepada Israel, namun Kantor Perdana Menteri menanggapi dengan melakukan revisi.
Militan Hamas mengonfirmasi mereka sedang menunggu persetujuan akhir atas daftar tahanan tersebut.
“Kami berjanji kepada para tahanan yang masih berada di penjara dan keluarga mereka bahwa mereka akan tetap menjadi prioritas utama kami dan kami tidak akan berhenti sampai tahanan terakhir dibebaskan”, ujarnya pihak militan Hamas.
Semua harus pulang
Utusan khusus untuk sandera dan orang hilang, Gal Hirsch, menghubungi Komite Palang Merah Internasional sebelum delegasi Israel berangkat menuju perundingan di Mesir. Ia telah meminta bantuan mereka dalam proses pemulihan.
“Kami tidak akan menghentikan upaya kami dan tidak akan menyia-nyiakan sumber daya hingga semua sandera kami dipulangkan,” ujar Hirsch. “Misi ini tidak akan selesai hingga semuanya dipulangkan — baik yang hidup maupun yang mati”, tegasnya.
Bersamaan dengan itu, Israel sedang berupaya memperkuat tenaga dan kapasitas logistik Palang Merah di Jalur Gaza untuk memastikan proses pembebasan sandera berjalan secepat mungkin.
Sejumlah Rumah Sakit di Israel, juga sudah disiagakan untuk menerima para sandera, karena kondisi fisik mereka pasti tidak sehat.
Banyak sandera mengalami sakit karena tidak mendapat asupan makanan yang layak. Bahkan ada yang jadi sangat kurus. Selain itu beberapa di antaranya diduga mengalami siksaan dari para militan.(P-Jeffry W)
No Comments