PRIORITAS, 30/9/25 (Washington): Israel memberi waktu 72 jam bagi militan Hamas untuk menyerah dan memulangkan semua sandera yang tersisa. Jika tidak, militer Israel akan menyerang dengan kekuatan penuh ke seluruh benteng terakhir militan Hamas di Kota Gaza.
Peringatan ini dikemukakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konperensi pers bersama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Gedung Putih, Washington DC, yang disiarkan secara langsung seperti dipantau Beritaprioritas.com, Selasa dinihari (30/9/25).
“Kami memberi waktu 72 jam bagi Hamas untuk menyerah sepenuhnya, meletakkan senjata dan melepaskan semua sandera Israel yang mereka tawan”, tegas Netanyahu.
Menurut Netanyahu, ia sudah merundingkan segala hal terkait Timur Tengah termasuk Palestina dengan Presiden Amerika Serikat.
Netanyahu menyebut, pada intinya, Israel sangat mendukung inisiatif Amerika Serikat untuk mencapai perdamaian abadi di Timur Tengah, terutama di Jalur Gaza. Namun, Israel tidak ingin ada Hamas di sana.
“Ingat. Israel tidak akan melupakan serangan teror militan Hamas 7 Oktober 2023 yang memilukan bagi warga Israel. Dunia mungkin sudah melupakan, tetapi Israel tidak”, tegas Netanyahu, saat memberi pernyataan kepada para wartawan didampingi Presiden Trump.
Bagi Israel, serangan teror 7 Oktober 2023 yang dilakukan militan Hamas dan kelompoknya seperti Jihad Islam ke pemukiman Israel selatan, adalah tragedi brutal dan kejam.
Saat itu, sekitar 2200 warga Israel terbunuh dan 250 lainnya diculik militan Hamas ke Jalur Gaza. Hingga saat ini masih tersisa 48 orang yang disandera, 30 di antaranya diduga sudah tewas dibunuh militan Hamas dan kelompoknya.
Hamas harus menyerah
Presiden Donald Trump dalam kesempatan itu menyatakan Amerika Serikat mendukung sepenuhnya Israel.
Ia menyebut Israel selama ini berjuang mati-matian dari berbagai serangan teror sejumlah negara di Timur Tengah, seperti Iran, Suriah, bahkan milisi Hezbolah di Lebanon, dan Houthi Yaman.
“Banyak teror dari musuh-musuh”, kata Trump.
Presiden AS, Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netayahu saat konperensi pers di Gedung Putih. (white house)
Presiden AS mengaku sudah memberikan proposal ke militan Hamas sebagai syarat perdamaian dengan Israel di Jalur Gaza.
Proposal yang terdiri dari 21 poin itu, intinya menyangkut syarat mutlak yang harus dipenuhi militan Hamas terutama meletakkan senjata secara penuh dan membebaskan seluruh sandera Israel.
Sebaliknya Israel akan membebaskan ribuan tahanan Pelestina yang ditahan di sejumlah penjara dan menghentikan peperangan di Jalur Gaza.
Kekuasaan dan keamanan di Jalur Gaza akan diserahkan ke Otoritas Palestina yang selama ini berkuasa di Tepi Barat.
Amerika Serikat akan memantau pemulihan di Jalur Gaza dibantu sejumlah negara Timur Tengah yang dianggap netral.
Selesaikan sendiri
Baik Trump maupun Netanyahu mengungkap rencana perdamaian Jalur Gaza, yang bergantung pada penyerahan diri militan Hamas, atau Israel akan menyelesaikan tugasnya sendiri.
Dorongan Presiden AS untuk proposal perdamaian baru bagi Gaza itu, menyusul semakin diterimanya negara Palestina sebagai negara merdeka meskipun ditentang Amerika dan Israel.
Dalam proposal itu, rencananya Trump akan menunjuk sebuah “dewan perdamaian” yang diketuai presiden AS. Dewan itu sebagai badan pengawas yang dipimpin sebuah komite, yang beranggotakan mantan PM Inggris, Tony Blair.
Dewan tersebut akan mengawasi tata kelola transisi sementara dari sebuah komite Palestina yang teknokratis dan apolitis.
Presiden Trump menyebut rencana pascaperang Gedung Putih sebagai “pencapaian terbesar” perdana menteri Israel.
Netanyahu mengatakan rencana tersebut merupakan langkah penting untuk mengakhiri perang di Gaza, yang menyiapkan panggung bagi kemajuan perdamaian dramatis di Timur Tengah.
“Rencana tersebut mencapai tujuan perang kami, termasuk membebaskan semua sandera, membongkar kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, dan memastikan Gaza tidak pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel”, papar Netanyahu.
Israel akan secara bertahap menarik diri dari Gaza tetapi tetap berada di perimeter keamanan tanpa batas waktu, katanya.
“Namun jika Hamas menolak rencana Anda (Presiden Trump) … maka Israel akan menyelesaikan tugasnya sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang mudah, atau dapat juga dengan cara yang sulit,” lanjutnya.(P-Jeffry W)
No Comments