Tonton Youtube BP

Iran ternyata berbohong tak ingin buat senjata nuklir

Jeffry Wuisan
4 Sep 2025 22:00
5 minutes reading

PRIORITAS, 4/9/25 (Wina): Iran ternyata berbohong hanya melakukan pengayaan bahan nuklir uranium untuk kepentingan damai. Negara itu ternyata sudah hampir membuat senjata nuklir, ketika Israel dan Amerika Serikat mengebom semua situs nuklir utamanya, 13 Juni 2025 lalu.

“Iran meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya mendekati tingkat senjata, tepat sebelum Israel melancarkan serangan militernya pada 13 Juni 2025”, ungkap pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan rahasia yang diperoleh Associated Press (AP), seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Newsweek, hari Kamis (4/9/25).

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria, melaporkan Iran sudah memiliki 440,9 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen per 13 Juni 2025, naik 32,3 kilogram dari Mei 2025.

Jumlah tersebut hanya selangkah lagi dari ambang batas 90 persen, yang dibutuhkan untuk material kelas senjata nuklir.

Menurut IAEA hanya dengan sekitar 42 kilogram Uranium pada 60 persen saja, sudah bisa cukup untuk satu bom nuklir jika diperkaya lebih lanjut.

Artinya dengan jumlah uranium yang sudah diperkaya saat itu, Iran dapat membuat sekitar 10 bom atau senjata nuklir.

Hingga 13 Juni 2025 lalu, total keseluruhan persediaan uranium yang diperkaya Iran, ternyata sudah mencapai 9.874,9 kilogram, meningkat 627,3 kilogram sejak laporan sebelumnya pada bulan Mei 2025.

Cuplikan video 17 April 2021 yang dirilis Islamic Republic Iran Broadcasting (IRIB) menunjukkan mesin sentrifus berjejer di Fasilitas Pengayaan Uranium Natanz.(newsweek)

Tetap waspada

IAEA menyatakan belum dapat melakukan inspeksi lanjutan di lokasi situs nuklir Iran, sejak adanya serangan Israel dan AS.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tidak dapat mengomentari laporan IAEA yang belum dipublikasikan itu, ujar seorang juru bicara kepada Newsweek.

Namun, juru bicara badan tersebut mengatakan departemennya sangat prihatin dengan penangguhan kerja sama Iran dengan IAEA.

“IAEA akan tetap waspada terhadap segala upaya Iran, untuk membangun kembali kemampuan yang hilang dan siap mengambil semua langkah yang diperlukan, untuk memastikan Iran tidak memiliki akses ke senjata nuklir”, jelasnya.

Program nuklir Iran telah menimbulkan kekhawatiran internasional, terutama Israel dan negara-negara lain di Timur Tengah.

Iran berulangkali berbohong dan menyatakan program nuklirnya hanya bersifat damai. Tetapi negara itu ternyata diam-diam terus memperkaya uranium menuju pada tingkat senjata nuklir, sehingga mengancam banyak negara di sekitarnya.

Verifikasi intelijen

Laporan tersebut menyatakan angka tersebut berdasarkan informasi yang diberikan Iran, aktivitas verifikasi badan intelijen antara 17 Mei 2025 dan 12 Juni 2025 (sehari sebelum serangan militer Israel dan AS dimulai), dan perkiraan berdasarkan operasi fasilitas terkait di masa lalu.

Laporan itu juga mengatakan Iran dan IAEA belum mencapai kesepakatan untuk melanjutkan inspeksi lokasi, yang terkena dampak pengeboman Israel dan AS pada bulan Juni 2025.

Citra satelit Maxar Technologies menunjukkan fasilitas nuklir Fordow Iran. (ynetnews)

Satu-satunya lokasi yang diperiksa IAEA sejak perang adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bushehr, yang beroperasi dengan bantuan teknis Rusia.

Laporan tersebut menyatakan penarikan inspektur PBB dari Iran diperlukan, mengingat situasi keamanan secara keseluruhan. Tetapi keputusan pemerintah Iran untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA sangat disesalkan.

Situs nuklir Iran

Militer Israel dan AS menyerang tiga situs nuklir utama tempat pengayaan uranium Iran pada bulan Juni 2025 lalu, masing-masing Natanz, Fordow dan Isfahan. Selain itu, Israel juga mengembom reaktor air berat Iran di Khandab (Arak).

Presiden Donald Trump mengatakan serangan AS telah menyebabkan kerusakan besar telah terjadi pada semua situs nuklir di Iran. “Obliterasi adalah istilah yang akurat!” tulis Trump di Truth Social.

Namun penilaian awal Badan Intelijen Pertahanan AS menyatakan program nuklir Iran hanya terhambat beberapa bulan akibat aksi militer AS dan Israel tersebut.

Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, memecat kepala badan tersebut, Letnan Jenderal Jeffrey Kruse, bulan lalu, karena laporannya bertentangan dengan pernyataan Presiden Trump.

Trump sebelumnya mengatakan Iran seharusnya menandatangani ‘kesepakatan’ untuk tidak memperkaya uranium ke tingkat senjata nuklir dan memusnahkan semua cadangannya.

“Sungguh memalukan, dan membuang-buang nyawa manusia. Sederhananya, Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Saya sudah mengatakannya berulang kali!”, tegas Trump.

Wakil Presiden AS, JD Vance, juga menyatakan energi nuklir sipil Iran adalah satu hal yang berbeda.

Gambar satelit fasilitas nuklir Fordow setelah serangan AS, hari Minggu 22 Juni 2025.(ynetnews)

Ia menyebut Iran masih berpegang teguh pada pengayaan sambil melanggar kewajiban non-proliferasi dasar. “Memperkaya uranium hingga ke tingkat senjata adalah hal yang berbeda lagi”, katanya.

Direktur Jenderal Badan Pengawas Nuklir PBB, Rafael Grossi, mengatakan modalitas teknis untuk memungkinkan dimulainya kembali inspeksi Badan tersebut ke situs nuklir Iran harus segera diselesaikan.

Pindahkan pendingin

Foto Satelit terbaru pada Agustus 2025 mengungkapkan Iran telah mulai memindahkan peralatan pendingin penting dari fasilitas pengayaan uranium Natanz, setelah serangan udara AS pada akhir Juni merusak sistem tenaga listrik di lokasi tersebut dan memaksa operasi dihentikan.

Gambar-gambar di X yang diunggah David Albright dari Institut Sains dan Keamanan Internasional, menunjukkan Iran dalam sepekan terakhir ini sudah merelokasi hampir dua lusin pendingin besar, yang pernah digunakan untuk mengatur operasi sentrifus.

Alat sentrifus bernilai tinggi dan dipakai Iran untuk memperkaya uranium hingga ke tingkat senjata nuklir.

Gambar satelit menunjukkan Iran telah memindahkan pendingin sentrifus hingga ke lokasi pendaratan helikopter (kanan), agar tidak mudah diserang (x-albright).

Pemindahan peralatan pendukung sentrifus dengan cara menempatkan secara tersebar di beberapa tempat ini, menggarisbawahi upaya Iran untuk melindungi program nuklirnya dari serangan lebih lanjut.

Israel baru-baru ini mengancam akan kembali menyerang Iran, jika negara itu masih tetap melanjutkan program nuklirnya.

Karena situs nuklir Natanz masih tanpa daya eksternal dan sentrifus tidak berfungsi, relokasi pendingin menandakan tekad Teheran untuk mempertahankan kemampuan pengayaan uranium.

Citra satelit yang diposting Albright menunjukkan 19 dari 24 pendingin yang sebelumnya ditempatkan di dua gedung pemanas, ventilasi, dan pendingin udara (HVAC) di Natanz,  telah dipindahkan ke berbagai lokasi termasuk landasan helikopter dan dekat fasilitas air agar lebih sulit diserang.

“Penyebaran tampaknya merupakan taktik untuk membuat pendingin kurang rentan terhadap pemboman udara di masa mendatang”, jelasnya.

Albright mengatakan Natanz saat ini masih kekurangan daya eksternal dan kaskade sentrifus masih offline.(P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x