PRIORITAS, 12/8/25 (Jakarta): Ikatan Bridge Wanita Indonesia (IBWI) tahun ini merayakan ulang tahun ke-60, menjadi satu-satunya klub bridge wanita yang masih aktif di Indonesia. Anggota klub ini berasal dari latar beragam dan berpengaruh, termasuk Alm Ibu Dora Sumitro Sigar, Ibunda Presiden Prabowo Subianto.
Keberadaan klub ini sangat istimewa, mengingat hampir semua klub bridge lain yang dulu berjaya kini hanya tinggal kenangan.
Bert Toar Polii, pemain bridge senior yang mulai aktif sejak tahun 1970-an, mengenang masa-masa keemasan bridge di Manado dan Jakarta. Menurutnya, pada awal kariernya banyak klub bridge yang hidup dan kompetisi antar klub cukup marak.
“Dulu, waktu saya mulai main di Manado tahun 1971, klub bridge sangat banyak dan hidup. Ada Wanea Aces, Queens Club yang khusus wanita, Maesa, Prasetya, Volta, dan lain-lain,” kata Bert.
“Ketika saya pindah ke Jakarta tahun 1977, klub-klub seperti Garuda, Santay, Pattimura, dan Bhinneka juga ramai. Kompetisi antar klub sangat marak. Sayangnya, hampir semuanya kini sudah tidak jelas rimbanya,” sambungnya.
Rutin berlatih
Ia menilai IBWI adalah pengecualian yang berhasil bertahan dengan anggota yang masih rutin berlatih dan membayar iuran.
“IBWI masih punya anggota yang terdaftar dan aktif membayar iuran, yang terpenting mereka rutin latihan. Ini yang membuat mereka tetap eksis selama 60 tahun,” tuturnya.
Bert juga menjelaskan sejarah berdirinya IBWI yang didirikan pada tahun 1965 oleh tokoh perempuan berpengaruh.
“IBWI didirikan oleh tokoh-tokoh perempuan penting seperti Ibu Soebandrio, yang memang aktif di dunia bridge dan bahkan pernah memimpin PB Gabsi. Jadi PB Gabsi pernah dipimpin oleh dua wanita, yaitu beliau dan Ibu Miranda S Goeltom,” jelas Bert.
Lansia jadi tantangan
Menurut Bert, Ketua IBWI saat ini, Caroline Hidayat Japadermawan, menceritakan kepada dirinya tentang tantangan fisik yang dihadapi para anggota IBWI, sebagian besar sudah lanjut usia.
“Ibu Caroline bilang, tempat latihan IBWI di Bridge Centre Bulungan ada di lantai dua, dan naik turun tangga sangat menyulitkan ibu-ibu yang sudah tidak muda lagi,” ucapnya.
Melihat kesulitan tersebut, Caroline mengambil inisiatif dengan mengirim surat kepada Gubernur DKI Jakarta saat itu, Joko Widodo, dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), agar dibuatkan tangga landai.
“Menurut Ibu Caroline, dia awalnya tidak percaya surat itu akan direspons, pikirnya hanya dibuang ke tempat sampah. Tapi ternyata dalam beberapa minggu petugas datang survei, dan tangga landai selesai pada Desember 2014,” ungkap Bert.
“Ibu Caroline sangat berterima kasih kepada Pak Jokowi dan Pak Ahok karena ini benar-benar membantu para ibu-ibu anggota IBWI agar bisa berlatih dengan nyaman,” imbuhnya.
Sempat terhenti saat COVID-19
Bert juga menyampaikan, selama pandemi COVID-19 latihan rutin IBWI sempat terhenti dan pindah sementara ke rumah Ketua. Namun sejak Juli 2022, latihan kembali berjalan normal di Bridge Centre Bulungan dan kini terbuka untuk umum.
“Ibu Caroline bilang latihan rutin setiap Selasa jam 09.30 di Bridge Centre Bulungan sudah berjalan lancar sampai sekarang, dan kini terbuka untuk masyarakat umum yang ingin belajar bridge,” bebernya.
Menutup perbincangan, Bert berharap momen ulang tahun ke-60 IBWI dapat menjadi momentum untuk menggelar turnamen bergengsi sekaligus memperingati Hari Bridge Nasional dan HUT PB Gabsi ke-72.
“Menurut saya, momen ulang tahun ke-60 IBWI ini harus dirayakan dengan turnamen bergengsi, misalnya Dora Sumitro Memorial Trophy. Ini bisa sekaligus memperingati Hari Bridge Nasional dan HUT PB Gabsi yang tahun ini berusia 72 tahun. Ini penting untuk menjaga tradisi dan memotivasi para pemain,” tutup Bert.
IBWI membuktikan olahraga intelektual seperti bridge bukan sekadar permainan kartu, melainkan juga sarana memperkuat komunitas dan semangat wanita Indonesia selama enam dekade. (P-Khalied M)