25.6 C
Jakarta
Tuesday, March 11, 2025

    Hungaria satu-satunya negara Eropa dukung Trump usir Zelensky

    Terkait

    PRIORITAS, 2/3/25 (Jakarta): Pengusiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dari Gedung Putih pasca berdebat sengit dengan Presiden Amerika Serikat dan wakilnya JD Vance, mendapat sorotan para pemimpin dunia. Rata-rata pemimpin Eropa yang bertetangga dengan Ukraina, mendukung Zelenskyy karena tidak mau didikte Presiden Donald Trump. Tapi ada satu negara Eropa yang memuji Tump mengusir Zelenskyy, yaitu Hungaria.

    Hungaria menjadi satu-satunya negara Eropa yang sejauh ini memihak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pasca-pengusiran Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dari Gedung Putih. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban memuji Trump sebagai orang yang berani membela perdamaian.

    “Pria kuat menciptakan perdamaian, sementara pria lemah menciptakan perang. Hari ini, Presiden @realDonaldTrump dengan berani membela perdamaian, meskipun sulit diterima oleh banyak orang. Terima kasih, Tuan Presiden!” tulis Orban dalam sebuah unggahan di X seperti dikutip Beritaprioritas.com dari CNNIndonesia.com, hari Minggu (2/3/25).

    Menurut Orban, ia menganggap Trump sebagai sosok yang kuat lantaran mau memajukan perdamaian. Hungaria merupakan negara Eropa sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin. Orban bahkan terang-terangan mendukung invasi Rusia ke Ukraina.

    Usai berdebat sengit di Ruang Oval Gedung Putih di Washington DC, Trump mengusir Zelensky dan membatalkan rangkaian pertemuan keduanya, mulai dari penandatanganan proposal kerjasama mineral,  jamuan makan siang,  hingga pernyataan pers bersama, yang biasanya digelar ketika ada pemimpin negara berkunjung.

    Cekcok yang terjadi antara Trump dan Zelensky terjadi saat keduanya berbicara soal masa depan Ukraina dan prospek perdamaian dengan Rusia. Trump meminta Zelensky untuk berkompromi dengan Rusia demi tercapainya perdamaian.

    Namun, Trump tak menjamin apakah Ukraina bisa mendapatkan kembali wilayah yang selama invasi diduduki Rusia. Zelensky pun menolak usulan Trump tersebut, dengan menegaskan Ukraina tidak akan berkompromi dengan penjajah dan pembunuh.

    Dari situ, Zelensky, Trump, hingga Wapres AS JD Vance terlibat adu mulut, di mana Vance dan Trump berupaya menyudutkan Zelensky.

    Gelar rapat tertutup

    Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan Presiden Trump langsung menggelar rapat tertutup dengan para penasihat utamanya dan Vance di Oval Office usai terlibat cekcok dengan Zelensky.

    Dalam rapat tersebut Trump berkonsultasi dengan Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Menteri Keuangan Scott Bessent, dan para penasihat senior merespons delegasi Ukraina dan kelanjutan pertemuan tersebut.

    Pada akhirnya, Trump memutuskan Zelensky tidak dalam posisi untuk bernegosiasi. Trump kemudian menginstruksikan Rubio dan penasihat keamanannya, Mike Waltz, untuk menyampaikan pesan sudah waktunya bagi Zelensky untuk pergi.

    Menurut seorang pejabat Gedung Putih, Trump secara langsung memerintahkan agar pihak Ukraina diberi tahu mereka harus meninggalkan Gedung Putih. Padahal delegasi Ukraina masih menunggu di ruangan terpisah sebagaimana prosedur standar dalam kunjungan kenegaraan.

    Pejabat Gedung Putih mengatakan pihak Ukraina sempat memprotes dan ingin melanjutkan pembicaraan, tetapi permintaan itu ditolak. Tak lama kemudian, Zelensky meninggalkan Gedung Putih.

    Setelah peristiwa tersebut, Zelensky mendapat dukungan dari sejumlah negara Eropa lain seperti Prancis, Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Polandia, Lithuania, bahkan Kanada hingga Australia. (P-Jeffry W)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini