PRIORITAS, 18/1/25 (Jakarta): Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Healthnews di 175 negara, Amerika Serikat dinyatakan sebagai negara dengan polusi udara paling rentan yang dapat merugikan kesehatan.
Berdasarkan sejumlah kriteria yang ditetapkan, Amerika Serikat diidentifikasi sebagai negara paling rentan terhadap dampak kesehatan akibat polusi udara. Lebih ironis lagi, dalam 50 besar negara dengan kerentanan tertinggi terhadap polusi udara, terdapat empat dari tujuh anggota G7.
Indonesia berada di peringkat 155, menurut Healthnews. Menunjukkan negara ini jauh dari kategori negara dengan polusi udara yang membahayakan kesehatan.
“Indeks ini menyusun peringkat berdasarkan kerentanannya terhadap dampak polusi udara, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi kesehatan masyarakat, prevalensi penyakit jantung dan gangguan pernapasan, serta faktor sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat kerentanannya terhadap polusi udara,” tulis Healthnews pada Sabtu (18/1/25).
Menurut IFL Science, faktor-faktor beragam menjadi alasan di balik peringkat negara-negara dalam indeks tersebut. Mereka juga menganalisis mengapa peringkat yang dirilis oleh Healthnews terasa cukup mengejutkan.
Perang memperburuk dampak polusi udara
Perang dan konflik menghancurkan infrastruktur layanan kesehatan lokal, pada akhirnya memperburuk dampak polusi udara. Inilah alasan mengapa negara-negara di peringkat 10 besar menjadi sangat rentan terhadap polusi udara yang berbahaya bagi kesehatan.
Sebagai contoh, di Lebanon, krisis listrik terjadi akibat keruntuhan ekonomi pada tahun 2019. “Hal ini mendorong peningkatan penggunaan generator diesel, yang berpotensi memperburuk kualitas udara bagi mereka yang sudah rentan terhadap polusi,” ucap laporan tersebut.
Kehidupan jutaan orang di Suriah terguncang akibat perang saudara, berlangsung lebih dari satu dekade serta kemerosotan ekonomi. “Tingkat trauma dan stres yang tinggi dapat mempengaruhi kesehatan mental, sering kali mengarah pada perilaku merugikan seperti merokok,” jelas IFL Science.
Faktor-faktor lain spesifik untuk masing-masing negara juga turut berperan. Di Yaman, misalnya, kebiasaan mengunyah daun khat sebagai stimulan rekreasi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Di sisi lain, lebih dari 95% rumah tangga di Madagaskar masih menggunakan bahan bakar biomassa setiap hari.
“Paparan terhadap bahan bakar ini dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, terutama pada anak-anak,” ucap IFL Science. (P-Zamir)