30.5 C
Jakarta
Monday, July 21, 2025

    Harga pasar saham Indonesia anjlok, ini penyebab dan dampaknya

    Terkait

    PRIORITAS, 19/3/25 (Jakarta): Informasi yang diterima Redaksi Beritaprioritas pada Rabu (19/3/25), pasar saham Indonesia mengalami tekanan hebat pada Selasa (18/3/25) kemarin, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) anjlok tajam, sehingga memicu trading halt—penghentian sementara perdagangan yang otomatis berlaku ketika indeks mengalami penurunan signifikan. Itu merupakan kejadian pertama sejak Maret 2020, saat pandemi COVID-19 mengguncang pasar, di mana IHSG kembali mengalami circuit breaker seperti ini.

    Sepanjang sesi perdagangan, tekanan jual yang kuat mendorong indeks turun hingga mencapai level terendah intraday di 6.011 poin, sebelum akhirnya ditutup melemah 248,55 poin atau 3,84 persen di posisi 6.223.

    Hampir seluruh sektor mengalami penurunan, dengan sektor teknologi menjadi yang paling terdampak, anjlok 9,77 persen. Total nilai transaksi tercatat sebesar Rp19,22 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 29,29 miliar lembar saham dalam 1,54 juta transaksi.

    Penyebabnya

    Meski pasar saham global cenderung stabil, IHSG justru dilanda kepanikan hebat. Beberapa faktor utama menjadi pemicunya, antara lain tekanan jual yang terus berlanjut selama empat hari berturut-turut; saham DCI Indonesia mengalami auto reject bawah (ARB) juga tiga hari berturut-turut; serta laporan keuangan Chandra Asri Pacific yang kurang memuaskan, semakin memperburuk sentimen pasar.

    Selain itu, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencapai Rp31,2 triliun per Februari 2025; penurunan penerimaan negara sebesar 20,85 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh kontraksi setoran pajak hingga 30 persen.

    Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal dan kemampuan pemerintah dalam mengelola anggaran.

    Penurunan peringkat saham Indonesia oleh lembaga internasional seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley juga memberikan tekanan tambahan pada IHSG. Peringkat yang diturunkan mencerminkan kekhawatiran terhadap risiko fiskal dan prospek ekonomi Indonesia, membuat investor asing cenderung menarik dana mereka dari pasar saham Indonesia.

    Tekanan jual berkelanjutan, terutama di sektor teknologi, dimana turut berkontribusi pada penurunan IHSG. Saham-saham unggulan seperti DCI Indonesia mengalami penurunan drastis, bahkan menyentuh batas auto rejection bawah. Aksi jual ini mencerminkan panic selling dari para investor yang khawatir akan masa depan pasar.

    Dampak

    Anjloknya IHSG memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam hal belanja pemerintah dan investasi publik. Defisit APBN yang melebar bisa menyebabkan pengurangan anggaran untuk proyek infrastruktur dan subsidi, memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ketidakpastian di pasar saham dapat mengurangi kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, sehingga menghambat arus modal masuk ke Indonesia.

    Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke aset yang lebih aman seperti obligasi atau emas. Pergeseran ini dapat mengurangi likuiditas di pasar saham, membuat harga saham semakin tertekan. Jika kondisi ekonomi dan pasar tidak segera membaik, kemungkinan besar investor akan terus menjual saham mereka, memperpanjang periode penurunan indeks.

    Dampak ke pasar global juga tidak bisa diabaikan, terutama karena investor internasional melihat Indonesia sebagai bagian dari portofolio mereka. Jika ketidakstabilan terus berlanjut, lembaga pemeringkat internasional lainnya bisa mengikuti langkah Goldman Sachs dan Morgan Stanley dalam menurunkan peringkat investasi Indonesia. Hal ini dapat meningkatkan biaya pinjaman bagi pemerintah dan perusahaan, memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan. (P-*r/Zamir A)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini