Washington, 11/11/20 (SOLUSSInews.com) – Ya ada harapan kiat, Presiden terpilih Joe Biden akan mengembalikan peran Amerika Serikat dalam interaksi global ke era empat tahun silam sebelum kepemimpinan Donald Trump.
Salah satunya dengan kembali ke perjanjian iklim Paris dan kemungkinan juga memulihkan keanggotaan negara itu di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Era empat tahun kepemimpinan Trump telah menggoyahkan hubungan saling percaya antara negara adidaya itu dengan sekutunya di Eropa, terutama negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Pengusaha properti itu terus menerapkan pola hubungan transaksional ketika menjadi kepala negara, misalnya mempertanyakan besarnya iuran para anggota NATO seolah organisasi bisnis
Trump juga pernah mempertanyakan kenapa Amerika harus otomatis membela Jepang jika terjadi perang, tetapi negara di Asia itu tidak membayar apa pun.
Dengan pendekatan untung rugi, dia menekan negara-negara di mana Amerika mengalami defisit perdagangan — khususnya Tiongkok yang berujung perang dagang sampai sekarang.
Trump pernah menawarkan untuk membeli Greenland, dan ketika Denmark mneolak permintaan itu, Trump membatalkan kunjungan kenegaraan ke sana. Peristiwa ini menjadi olok-olok media di dunia terkait sikap Trump yang kekanak-kanakan dan pandangannya bahwa dia bisa dengan midah membeli sebagian teritori negara lain.
Kemudian upaya berbulan-bulan oleh Amerika pimpinan Barack Obama dan Eropa Barat untuk meraih kesepakatan nuklir di Iran mentah begitu saja karena Trump langsung membatalkan keterlibatan Amerika begitu dia jadi presiden, dan Iran kembali kena sanksi ekonomi sekaligus kembali menjadi musuh utama Amerika.
Di pihak lain, Trump secara tidak terduga menginisiasi pertemuan bilateral dengan Pemimpin Besar Korea Utara Kim Jong-un, musuh Amerika lainnya. Pertemuan di Singapura itu mendapat publisitas luar biasa tetapi minim esensi dan hasil.
(AFP)
Di kalangan negara maju, bukan rahasia lagi Trump menjadi tertawaan dalam makna harfiah, seperti dalam video yang viral berisi adegan kepala pemerintahan Kanada, Prancis dan Inggris bergunjing tentang Trump sambil tertawa dalam pertemuan di London.
Perjanjian Paris
Kembalinya Amerika ke Perjanjian Paris setidaknya memberi sinyal arah kebijakan Amerika yang “lebih dewasa” dan global. Kepastian itu secara eksplisit dicantumkan di situs yang dibentuk khusus oleh Biden dan wakil presiden terpilih Kamala Harris untuk pengaturan transisi kekuasaan dari Presiden Trump.
Pekan lalu, tepat sehari setelah hari pemilihan presiden 3 November, pemerintahan Trump secara resmi keluar dari perjanjian Paris, di mana hampir seluruh negara di dunia terlibat bersama untuk mengatasi pemanasan global.
“Presiden terpilih Biden akan memimpin dunia untuk menangani masalah darurat tentang iklim dengan memberi teladan. Dua bukan hanya akan mengembalikan komitmen Amerika Serikat kepada Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim — dia akan bertindak lebih jauh dari itu. Dia sedang bekerja untuk memimpin upaya agar setiap negara besar bersedia meningkatkan target mereka di bidang iklim,” demikian disebutkan dalam situs tersebut seperti disimak redaksi.
WHO
Kemudian, seperti dilaporkan sejumlah media setempat, Biden juga akan mementahkan keputusan Trump untuk menarik Amerika dari keanggotaan WHO. Keputusan Trump ini dinilai kontroversial karena muncul di tengah pandemi global virus corona di mana Amerika menjadi negara yang paling parah terdampak.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyambut baik kemenangan Biden dan mengatakan tidak sabar untuk bekerja sama dengan pemerintahannya.
“Kita perlu membangun lagi rasa saling percaya dan saling tanggung jawab untuk mengakhiri pandemi ini dan mengatasi kesenjangan fundamental yang menjadi akar begitu banyak masalah di dunia,” ujarnya seperti dikutip BBC, Senin ((9/11/2020).
Trump sebelumnya membekukan iuran Amerika terhadap WHO dan memulai proses untuk keluar dari organisasi tersebut yang dia anggap terlalu membela Tiongkok dalam menangani pandemi ini.
Sebelum terpilih presiden, Biden pernah menulis di Twitter: “Pada hari pertama saya sebagai presiden, saya akan bergabung lagi dengan WHO dan mengembalikan kepemimpinan kita di panggung dunia.”
Di hari yang sama, Biden mengumumkan anggota dewan penasihat masalah Covid-19 yang akan membantu menyusun program tanggap pandemi ini.
Dewan tersebut dipimpin oleh tiga orang — mantan komisoner Badan Pengawas Obat dan Makanan David Kessler, mantan dokter bedah Vivek Murthy, dan pakar kesehatan masyarakat Yale University Marcella Nunez-Smith.
Rick Bright, seorang whistleblower yang mengaku dipecat dari tim Trump karena menyampaikan kekhawatiran soal kesiapan negara itu menangangi pandemi, juga masuk dalam tim.
Jerman Gembira
Kanselir Jerman Angela Merkel adalah salah satu kepala yang paling optimistis dengan normalnya tatanan dunia dengan kemenangan Biden, lebih tepatnya mungkin dengan tersingkirnya Trump.
Dalam pidatonya yang pertama tentang Biden, setelah ucapan tertulis, Merkel kembali memberi selamat kepada Biden “sepenuh hati”, dan mengatakan bahwa Biden sangat paham tentang Jerman dan Eropa.
Dia juga memberi selamat kepada Harris sebagai wakil presiden terpilih perempuan pertama di Amerika, dan menambahkan bahwa sebagai putri dari pasangan imigran, senator California itu telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Merkel menekankan pentingnya hubungan AS-Jerman dan mengingatkan bahwa tanpa dukungan Amerika, reunifikasi Jerman 30 tahun silam tidak akan terwujud.
Dua negara itu harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan besar sekarang seperti pandemi virus corona, pemanasan global, dan terorisme.
Biden diperkirakan akan mengeluarkan surat perintah presiden (executive order) yang tidak membutuhkan persetujuan Kongres untuk membalikkan kebijakan-kebijakan Trump yang kontroversial tersebut.
Surat perintah itu kemungkinan juga termasuk mencabut larangan masuk ke Amerika terhadap warga negara dari tujuh negara Muslim, dan memberlakukan kembali kebijakan di era Barack Obama untuk menjamin kewarganegaraan Amerika bagi imigran tanpa dokumen yang masih anak-anak.
Program pemulihan ekonomi
Dengan mengusung slogan “build back better” (membangun kembali dengan lebih baik), tim transisi Biden-Harris mencantumkan garis besar kebijakan ekonomi yang akan dijalankan begitu mereka dilantik Januari tahun depan.
Tim transisi juga telah menyusun empat strategi pokok pemulihan ekonomi nasional yang didasarkan pada empat pilar berikut ini.
Pertama, memobilisasi sektor manufaktur dan inovasi guna meningkatkan produksi dalam negeri (made in America).
“Kami menilai penting upaya untuk memulangkan rantai pasokan sehingga kami tidak tergantung lagi kepada negara-negara lain kalau terjadi krisis,” demikian disebutkan dalam situs tersebut.
Pemerintahan Buden berencana membangun basis industri yang kuat dan rantai pasokan yang melibatkan UKM, dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru dengan upah tinggi di bidang manufaktur dan teknologi di seluruh Amerika.
Kedua, memobilisasi keahlian Amerika dalam membangun infrastruktur modern dan mencipatakan sumber energi bersih.
“Kami melihat adanya kebutuhan untuk ekonomi yang lebih tahan dalam jangka panjang, dan itu berarti dibutuhkan investasi untuk infrastruktur modern dan berkelanjutan dan juga untuk mesin pertumbuhan yang lainnya,” demikian disebutkan.
Ketiga, memobilisasi bakat dan semangat Amerika untuk membangun angkatan kerja di bidang keperawatan dan pendidikan, didorong oleh pengalaman selama pandemi Covid-19.
“Kami sudah saksikan selama pandemi ini betapa beratnya beban orang tua yang bekerja, khususnya kaum perempuan, dalam menjalankan pekerjaan sekaligus memenuhi tanggung jawab menjaga keluarga. Kami jadi tahu betapa beratnya tugas ini dan betapa tidak dihargainya mereka yang menjalankan pekerjaan tersebut,” demikian dijelaskan.
Pemerintahan Biden akan membantu kaum manula dan penyandang disabilitas dengan akses kepada perawatan di rumah atau panti, meningkatkan gaji dan tunjangan perawat serta guru, dan menciptakan jutaan lapangan kerja baru di sektor ini.
Keempat, memobilisasi upaya mendorong kesetaraan rasial di Amerika. Prinsip ini akan menjadi inti dari setiap agenda ekonomi Biden-Harris.
Presiden terpilih akan membuat agenda khusus ekonomi untuk mengurangi kesenjangan pendapatan rasial, memperluas penyediaan hunian yang terjangkau, dan berinvestasi untuk membangun kewirausahaan bagi warga kulit hitam, keturunan Latin, dan suku pribumi.
Untuk kelompok ini dijanjikan upah minimum US$ 15 per jam ditambah tunjangan sehingga mereka bisa hidup dalam standar kelas menengah dan punya kesempatan untuk pendidikan anak-anak mereka.
Belum diakui
Namun, sepertinya proses transisi ini tidak bisa dilakukan secepatnya seperti masa-masa sebelumnya, karena Trump belum mengakui kekalahan dan melancarkan banyak gugatan terhadap hasil pemilihan presiden di beberapa negara bagian.
Di Amerika ada badan khusus yang menangangi transisi kekuasaan yaitu General Services Administration (GSA), atau Badan Layanan Kepegawaian Umum. Ketua GSA Emily W. Murphy, yang ditunjuk Trump pada 2017, belum menghubungi kubu Biden dan mencairkan dana transisi agar pemerintah yang baru bisa mempersiapkan diri.
Biasanya, badan ini langsung berkoordinasi dengan presiden terpilih dalam hitungan jam setelah hasil pilpres diumumkan media, atau paling lama satu hari.
Lebih dari 48 jam sejak Biden diproyeksikan sebagai pemenang, belum ada respons dari GSA. Demikian CNN, dan BBC, seperti dilansir BeritaSatu.com. (S-CNN/BBC/BS/jr)