PRIORITAS, 30/1/25 (Makassar): Salah satu komponen pembiayaan yang cukup besar bagi nelayan ketika melaut adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Sejumlah nelayan di Makassar pun mencoba mengganti  penggunaan BBM dengan panel surya.
Seperti yang terpantau di Pelabuhan Rakyat Paotere Makassar, sekelompok nelayan sedang  menyiapkan logistiknya untuk melaut.
Selain menaikkan barang konsumsi ke perahu mereka, sebagian lagi menyibukkan diri memperbaiki perangkat panel surya berukuran selebar 1 x 1,5 meter hingga yang berukuran dua kali lipatnya.
Panel surya tersebut tersambung dengan alat yang berbentuk seperti aki yang kemudian dihubungkan dengan perlengkapan radar kapal dan juga sejumlah bola lampu di kapal nelayan.
Yahya, seorang nelayan asal Pulau Dewakang, Kabupaten Pangkep, yang ditemui mengatakan, setiap hari harus memastikan panel suryanya tidak ada hambatan menerima cahaya matahari.
Sehingga dirinya harus memastikan tidak ada benda seperti daun atau kotoran yang menempel di panel surya tersebut agar pencahayaan matahari dapat terserap dengan baik untuk menyimpan energi.
Bahkan harus memastikan ikatan panel surya tersebut kuat dari tiupan angin yang kencang pada saat melaut. Dengan pemeliharaan yang telaten itu, Yahya masih dapat menggunakan panel suryanya hingga saat ini sejak pembelian pada tahun 2022 dengan harga Rp1,7 juta.
Adanya panel surya itu, Yahya tidak perlu mengeluarkan anggaran untuk menghidupkan bola lampu, radar dan untuk menstarter mesin kapal yang sebelumnya membutuhkan anggaran rata-rata Rp90 ribu hingga Rp180 ribu per hari untuk membeli BBM jenis solar sebanyak 10 liter hingga 20 liter.
“Alhamdulillah sudah tiga tahun terakhir tidak membeli BBM lagi untuk menghidupkan mesin kapal,” ucapnya.
Dikatakannya, membeli panel surya pada awalnya itu terasa mahal, karena harus merelakan separuh dari hasil tangkapan untuk membeli perangkat listrik itu. Namun pemanfaatannya sangat membantu menekan biaya operasional, karena bisa menghemat sekitar Rp720 ribu per bulan.
Sementara menurut nelayan lainnya dari Pulau Kodingareng, Makassar, Mustari, panel surya yang digunakan setahun terakhir ini juga sangat membantu mengurangi biaya operasional untuk melaut.
Karena keterbatasan anggaran untuk membeli panel surya yang harganya Rp2,1 juta saat itu, dia meminjam uang Koperasi Nelayan, dan melunasinya dengan cara menyicil setiap bulan selama setahun.
Berbeda dengan dua nelayan sebelumnya, Haeruddin yang merupakan nelayan asal Pulau Balang Caddi, Kabupaten Maros, mengaku mendapat perangkat panel surya dari salah satu perusahaan BUMN melalui dana CSR.
Dikatakannya meskipun mendapatkan perangkat panel surya secara gratis, namun tetap memeliharanya dengan baik agar bisa digunakan dalam waktu yang lama.
Panel surya berukuran 1 x 1,5 m itu mampu menghidupkan 4 bola lampu dari petang hingga pagi hari dan juga menghidupkan radar serta mesin kapal.
Adanya panel surya yang dijual bebas di sejumlah toko elektronik di Makassar, memudahkan pemilik armada penangkap ikan untuk menggunakan perangkat itu sebagai upaya melakukan efisiensi biaya operasional.
Berdasarkan data dari Pusat Pelelangan Ikan Paotere diketahui, terdapat 4.671 unit armada penangkap ikan ukuran 6 sampai 20 GT. Sedang Armada penangkap ikan di atas 20 GT tercatat 168 unit. Kapal penangkap ikan skala besar inilah yang hampir 50 persennya sudah menggunakan panel surya.
Melihat fenomena itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan, Muhammad Ilyas mengatakan, pihaknya terus berupaya memediasi para nelayan untuk mendapatkan pembinaan ataupun bantuan peralatan operasional.
Termasuk membantu mensosialisasikan manfaat penggunaan Energi Baru Terbarukan pada nelayan di Kepulauan Spermonde, pulau-pulau yang ada di baratdaya Makassar. Nelayan dari kepulauan itu tersebar di Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Pangkep.(P-Armin M)