PRIORITAS, 15/8/25 (Jakarta): Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengungkapkan, penulisan buku sejarah Indonesia yang baru, sudah selesai. Kendati demikian, buku tersebut belum bisa diluncurkan bertepatan dengan HUT ke-80 Kemerdekaan RI 17 Agustus 2025 sesuai rencana awal. Diharapkan, buku sejarah Indonesia yang ditulis ulang itu akan rilis di Oktober 2025 mendatang.
Fadli mengakui bahwa terdapat kendala dalam pembuatan buku ini sehingga belum dapat diluncurkan tepat pada perayaan HUT ke-80 RI. “Kendalanya adalah proses editing yang memakan waktu cukup lama, ditambah lagi adanya masukan-masukan lain,” kata Menbud Fadli Zon di Jakarta, Kamis (14/8/25).
Sebelumnya, Kementerian Kebudayaan menargetkan penulisan buku sejarah Indonesia yang diperbarui selesai pada Agustus 2025.
Fadli Zon menjelaskan, upaya pembaruan buku sejarah Indonesia melibatkan 113 penulis, 20 editor jilid, dan tiga editor umum dari kalangan sejarawan serta akademisi bidang ilmu arkeologi, geografi, sejarah, dan ilmu humaniora lainnya.
Menbud juga menyampaikan bahwa pemerintah mengalokasikan dana sekitar Rp9 miliar untuk memperbarui buku sejarah Indonesia itu. “Saya lupa anggarannya berapa, enggak banyak sih. Kalau tidak salah catatannya Rp9 miliar,” ungkapnya.
Disampaikannya, pembaruan buku sejarah dilakukan secara inklusif dengan mengedepankan perspektif Indonesia sentris mulai dari sejarah awal Indonesia, masa penjajahan, perang kemerdekaan, era reformasi, sampai era pemilu.
“Jadi, kita ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan Indonesia sentris jadi perspektif Indonesia, kalau perspektif Belanda tidak ada penjajahan ya (di Indonesia), mereka melihatnya berbeda,” katanya, dikutip dari Antara.
Menbud menjelaskan bahwa buku sejarah Indonesia yang ditulis ulang telah mendapatkan berbagai masukan lewat diskusi publik yang digelar di beberapa lokasi, termasuk Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Padang, dan Universitas Hasanuddin (Makassar).
Ia menambahkan, ke depan bakal digelar sebuah diskusi grup dengan para pemerhati sejarah yang tidak termasuk dalam tim penulisan buku atau di luar dari tim editor. “Kemudian kita ingin ada public expose dari buku tersebut,” katanya lagi. (P-ht)