30.1 C
Jakarta
Saturday, July 27, 2024

    Film Pemenang Piala Citra “Ininnawa: An Island Calling” Kini Dapat Ditonton di Bioskop Online

    Terkait

    PRIORITAS, 26/4/24 (Jakarta): Menorehkan banyak prestasi di tingkat nasional dan internasional, film dokumenter berjudul “Ininnawa: An Island Calling” kini dapat disaksikan melalui platform penyedia konten lokal “Bioskop Online”. Film karya Sutradara Arfan Sabran ini tahun 2022 lalu mendapatkan penghargaan bergengsi Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) sebagai Film Dokumenter Terpanjang Terbaik.

    Ia menyingkirkan empat nominator lainnya “Atas Nama Daun” karya Mahatma Putra, “Mencari Ibu” karya Dwiki Marta dan Ayomi Amindoni, “Roda-roda Nada” karya Yuda Kurniawan, dan “Segudang Wajah Para Penantang Masa Depan” karya I Gde Mika dan Yuki Aditya.

    Selain Piala Citra, “Ininnawa: An Island Calling” mencatat prestasi lain yang tak kalah membanggakan. Film ini tayang perdana di EBS International Documentary Film Festival (EIDF) di Korea Selatan pada bulan Agustus 2023, berlanjut masuk seleksi di festival film CinefestOz, Australia, pada bulan berikutnya, September 2023, kemudian Dili International Film Festival di Timor Leste.

    Selain itu, film dokumenter itu telah diputar di saluran televisi di EBS Korea Selatan dan Al Jazeera Inggris dan Arab pada 2023.

    Seperti dikutip ANTARA, dalam keterangan resmi Bioskop Online di Jakarta, Jumat (26/4), dikatakan film tersebut dapat diakses oleh penonton melalui situs resmi www.bioskoponline.com.

    Sutradara Film Ininnawa: An Island Calling, Arfan Sabran mengatakan bahwa film Ininnawa ini digarap selama 12 tahun dan merupakan lanjutan dari film Suster Apung.  Arfan Sabran mengaku butuh waktu selama itu menggali data kepada Rabiah dan keluarganya untuk membuat alur cerita film tersebut. Ia telah mengumpulkan 100 jam footage (berupa potongan video) tentang kehidupan Rabiah dan Mimi.

    Film tentang Pekerja Kesehatan di Pulau-Pulau Terpencil

    Film “Ininnawa: An Island Calling” menceritakan perempuan bernama Mimi dan ibunya yang menjadi pekerja kesehatan untuk mendedikasikan hidup mereka melayani kesehatan masyarakat di pulau-pulau terpencil di Indonesia.

    Mimi bekerja di pulau-pulau yang harus ditempuh lebih dari 30 jam perjalanan laut dari Sulawesi Selatan. Suaminya, Hasri, juga berpisah dari keluarga untuk mengejar panggilannya dan bekerja di pulau-pulau. Berkumpul bersama keluarga sangat jarang terjadi.

    Sebagai perawat yang telah bekerja selama puluhan tahun, ibu Mimi bernama Rabiah mulai pensiun. Ia menyerahkan tongkat estafet kepada putrinya. Rabiah kembali ke pulau untuk menjadi tenaga perawat tidak resmi.

    Dalam film ini, disorot betul tantangan, ketakutan dan kecemasan Mimi saat ia memulai pekerjaannya sebagai perawat di daerah terpencil. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia sampai saat ini adalah tidak meratanya distribusi tenaga kesehatan. Jumlah perawat saat ini sudah besar, namun distribusi terbanyak masih di pulau Jawa dan kota-kota besar. (P-ANT/ht)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    Terkini