PRIORITAS, 9/5/24 (Jakarta): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini rupiah akan kembali perkasa melawan dolar Amerika Serikat (AS). Ia yakin, nilai tukar rupiah akan di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Sebelumnya rupiah berada di kisaran Rp 16.300. Setelah BI menaikkan suku bunga acuan, dolar AS kini berada di kisaran Rp 16.000. Ada
“Nilai tukar waktu mengambil kebijakan moneter RDG itu kan sekitar Rp 16.300. Sekarang sekitar Rp 16.000 dan kita sedang upayakan akan turun di bawah Rp 16.000. Karena apa, kami mempercayai rupiah ini mestinya terus menguat sesuai dengan fundamental,” katanya dalam acara Perkembangan Ekonomi Terkini di Gedung BI, Rabu (8/5/2024).
Dia mengatakan, ada 4 faktor yang mendukung penguatan rupiah. Pertama, menariknya imbal hasil atau yield.
Kedua, premi risiko yang turun. “CDS (credit default swap) Indonesia 5 tahun turun 69,9, sebelumnya di atas 70 indeksnya. CDS itu ukuran premi risiko yang dipakai oleh para investor asing untuk membandingkan berinvestasi di US Treasury obligasi Amerika dengan obligasi atau sekuritas dalam negeri,” ujarnya.
Ketiga, prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik. Keempat, komitmen BI untuk menstabilkan nilai tukar.
“Keempat faktor itu mendukung penguatan nilai tukar rupiah dan mestinya nilai tukar ini kami sedang upayakan agar turun di bawah Rp 16.000,” ujar Perry.
Pada kesempatan itu, pihaknya juga mencatat aliran modal asing masuk (inflow) pada pekan pertama dan kedua Mei 2024 dengan total Rp 22,84 triliun. Aliran modal masuk terjadi pada sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan surat berharga negara (SBN).
Ia merinci pada pekan pertama dan kedua Mei terjadi aliran modal asing masuk SRBI dengan total Rp 19,77 triliun. Aliran modal asing masuk pada pekan pertama sebesar Rp 16,19 triliun dan pekan kedua Rp 3,58 triliun.
Lanjutnya pada SBN terjadi aliran modal asing masuk sebesar Rp 8,1 triliun pada pekan pertama dan kedua Mei. Untuk pekan pertama sebesar Rp 5,74 triliun dan pekan kedua sebesar Rp 2,36 triliun.
Menurut Perry, hal ini membuktikan keputusan BI menaikkan suku bunga acuan berhasil menarik modal asing. “Ini membuktikan respons kebijakan kenaikan BI rate maupun kenaikan suku bunga SRBI itu memang berhasil menarik masuk aliran modal asing yang pada minggu-minggu berikutnya khususnya sejak menjelang Ramadan Idul Fitri itu terjadi outflow,” katanya.
Namun, aliran modal keluar (outflow) terjadi pada pasar saham. Ia mencatat, aliran modal yang keluar sebesar Rp 5,03 triliun pada pekan pertama dan kedua.
Dengan demikian, Perry mengatakan, total aliran modal yang masuk pada pekan pertama dan kedua sebesar Rp 22,84 triliun. “Sehingga total portofolio inflow pada minggu 1-2 jumlahnya Rp 22,84 triliun,” ujarnya. (P-DTK/wl)