Pemain Arsenal Bukayo Saka seolah tidak percaya gagal mencetak gol ke gawang PSG pada semifinal Liga Champions di Parc des Princes di Paris, Rabu (7/5/25).AP
PRIORITAS, 29/5/25 (London): Dua klub asal London, Chelsea dan Tottenham Hotspur berpesta di tungkat Eropa.
Chelsea barusan meraih gelar Liga Konference Eropa usai mengalahkan Real Betis dengan skor. Minggu lalu, Hotspur lebih dahulu meraih gelar Liga Europa usai menyingkirkan sesama klub Inggris, Manchester United.
Bahkan Crystal Palace jarang masuk percakapan klub besar London, berhasil menorehkan sejarah dengan menjuarai Piala FA.
Bagaimana dengan Arsenal? Klub yang memiliki reputasi mumpuni di London tidak bertaji lagi?.
London dikenal sebagai jantung kompetisi Liga Inggris, rumah bagi sejumlah klub elite dengan tradisi dan basis suporter besar. Tak ada kota lain di Inggris yang mengirimkan sebanyak ini wakil ke Premier League. Tiap klub mengeklaim diri sebagai yang terbaik di ibu kota, dengan rivalitas kian panas setiap musimnya.
Dari semua klub tersebut, Arsenal mungkin yang paling lantang. Jargon “London is Red” menjadi slogan kebanggaan yang kerap digaungkan suporter mereka.
Namun musim 2024/2025 justru membalikkan kenyataan itu. Arsenal menutup musim tanpa satu pun trofi, sebuah ironi ketika rival-rival sekota justru berpesta gelar.
Ada apa dengan Arsenal musim ini? Mereka sendiri hanya mampu finis sebagai runner-up Premier League untuk musim ketiga berturut-turut, dan langkah mereka di Liga Champions terhenti di semifinal.
Prestasi yang solid, tapi tetap menyisakan pertanyaan besar, mengapa tidak ada trofi?
Mikel Arteta dipertanyakan
Legenda klub, Thierry Henry, mengaku wajar jika publik mulai mempertanyakan efektivitas proyek Mikel Arteta dengan Aersenal.
“Sekarang, selama tiga tahun terakhir, Arsenal berada di situasi di mana mereka seharusnya setidaknya sudah membawa pulang satu trofi atau masuk final,” ujar Henry dalam podcast Stick to Football , Kamis (29/5/25).
Henry memahami bahwa membangun tim membutuhkan waktu, namun menurutnya fase itu sudah seharusnya membuahkan hasil nyata. Ia pun mendesak Arsenal untuk segera bertindak.
“Saya paham bahwa di awal masa kepelatihan, Anda butuh waktu, beberapa jendela transfer. Tapi setelah tiga tahun, tidak ada trofi? Orang wajar bertanya-tanya,” lanjutnya.
Sebelumnya, Roy Keane juga sempat mengkritik habis-habisan Arsenal, khususnya sang pelatih, Mike Arteta. Ia mengatakan pelatih Spanyol tersebut terlalu konyol karena ingin terlihat sempurna.
“Masalahnya mereka kehilangan kontrol setiap kali kalah,” ujarnya
Ia bahkan mengatakan masalah sebenarnya Arsenal memang ada pada Mikel Arteta, bukan striker murni yang diyakini banyak orang bisa menjawab krisis The Gunners. “Striker juga tidak akan mampu mengubah mereka. Apakah musim depan klub-klub lain tidak akan berbenah,” sambungnya.
Ia bahkan mengatakan Mikel Arteta harusnya berani untuk bersikap pragmatis. “Boleh-boleh saja jadi penantang terkuat setiap musim, tapi ujung-ujungnya trofi yang akan dikenang,” kritiknya lagi.
Buktinya memang saat ini masyarakat London hanya melihat Chelsea, Tottenham Hotspur, dan Crystal Palace yang mengangkat trofi. Bukan Arsenal yang sepanjang musim bermain indah.
Musim ini Arsenal benar-benar hampa gelar, narasi superioritas klub London Utara itu mulai dipertanyakan seperti dikutip Beritasatu.com.
Masihkah London benar-benar merah?. Kita masih menunggu di musim depan. (P-wr).