Tonton Youtube BP

BRIN: Kalahkan salmon, ikan sidat sumber omega-3 tertinggi

Armin Mandika
2 Dec 2025 12:12
Kesra 0
2 minutes reading

PRIORITAS, 2/12/25 (Jakarta): Salah satu sumber daya perikanan strategis asal Indonesia yakni ikan sidat, ternyata menyimpan potensi gizi yang mengejutkan, bahkan melampaui ikan salmon yang selama ini dianggap sebagai sumber nutrisi premium. Demikian informasi yang diterima Beritaprioritas.com, Selasa (2/12/25).

Sebagaimana peneliti Ahli Utama Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Gadis Sri Haryani, mengungkapkan temuan ini dalam sebuah seminar di Kampus Unpad, Jatinangor, Kamis (13/11/25).

Jenis ikan sidat (Anguilla spp.) adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia yang sangat diminati pasar ekspor Jepang, tetapi di negeri sendiri kurang populer. Gadis menjelaskan, ikan sidat yang bentuknya mirip belut ini memiliki kandungan nutrisi tertinggi jika dibandingkan dengan salmon dan gabus.

Dikatakannya, ikan sidat kaya akan vitamin A, vitamin B kompleks, zat besi, protein, kalori, dan fosfor. Namun, kandungan yang paling menonjol adalah omega-3 (DHA dan EPA). DHA (asam dokosaheksaenoat) berfungsi penting dalam perkembangan dan fungsi otak. Sementara EPA (asam eicosapentaenoat) membantu menjaga kesehatan jantung dan mengurangi peradangan.

“Selama ini, kita selalu mengira salmon yang paling tinggi, ternyata sidat justru memiliki nilai gizi tertinggi,” ujar Gadis dikutip dari laman resmi BRIN sebagaimana dikutip dari Kompas.com..

Adanya temuan ini menunjukkan, sidat merupakan komoditas bernilai tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. “Katadromus artinya dia ketika telur dan menetas di laut menjadi leptocephalus atau larva belut yang unik, memiliki bentuk pipih, transparan, dan seperti daun serta tidak punya kemampuan berenang,” kata Gadis menerangkan kompleksitas siklus hidup sidat.

Tingginya permintaan pasar dan tekanan penangkapan glass eel di alam menimbulkan permasalahan pelik di Indonesia.

Seperti penangkapan berlebih glass eel liar, perubahan lingkungan muara, dan pola migrasi yang terganggu, hingga perubahan pola musim panen mengakibatkan ketersediaan pasokan untuk industri menjadi tidak stabil.

Untuk ketersediaan pasokan glass eel yang fluktuatif mengakibatkan harga di lapangan tidak menentu. “Bahkan, ada kalanya glass eel tidak terserap di pasar industri karena kapasitas hatchery yang sudah tidak dapat menampung,” jelas Gadis. (P-*r/am)

 

 

 

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x