PRIORITAS, 13/8/25 (Jakarta): Minggu 10 Agustus 2025, menjadi hari bersejarah bagi seorang Richard Arnold Y. Sangari. Anak desa lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 2000 itu, mendapat dua anugerah sekaligus yang luar biasa.
Pertama mendapatkan kenaikan pangkat dari Kolonel menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) atau yang biasa dikenal dengan istilah “pecah bintang”. Kedua ia diberi tanggungjawab menjadi Komandan Grup 6 Kopassus yang bermarkas di Timika, Papua Tengah, yang baru dibentuk Presiden Prabowo Subianto.
Penunjukan sebagai Komandan Grup 6 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu tertuang dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1033/VIII/2025 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di lingkungan TNI, ditandatangani Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto tanggal 6 Agustus 2025.
Pengukuhan Brigjen TNI Richard Sangari sebagai Komandan Grup 6 Kopassus, dilakukan pada Upacara Gelar Pasukan Operasional dan Kehormatan Militer di Lanud Suparlan, Pusdiklatpassus Kopassus, Batujajar, Bandung, Jawa Barat, Minggu 10 Agustus 2025, yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto.

“Misteri adalah kekuatan”
Dihubungi Beritaprioritas melalui telepon pada Selasa (12/8/25) dan dilanjutkan dengan komunikasi melalui WhatsApp, Brigjen TNI Richard Arnold Y. Sangari melayani percakapan dengan akrab dan rendah hati.
Hal pertama yang ia sadari dengan penuh rasa syukur adalah semua pencapaian yang diperolehnya sampai saat ini merupakan anugerah dari Tuhan. Dukungan orang tua dan saudara-saudara juga menjadi faktor penting yang menentukan. Ia pun bertekad melaksanakan tugas yang diembannya dengan sekuat tenaga, dan sepenuh hati.
Kendati demikian, tak banyak informasi yang bisa diperoleh dari sang Komandan muda ini. Latar belakangnya yang banyak berkecimpung di bidang intelijen melazimkannya serba tertutup, meskipun tak seketat seperti sebelum ini.
“Misteri adalah kekuatan” demikian prinsip berkarirnya dalam dunia militer. Mengingatkan pada sosok seorang jenderal yang dikenal jarang bicara, seakan penuh misteri, tapi disegani, Benny Moerdani, yang dikagumi Richard.

Riwayat karir
Dari penelusuran melalui berbagai sumber resmi, diketahui sebelum menjabat Komandan Grup 6 Kopassus, Richard Sangari dengan pangkat Kolonel Infantri bertugas sebagai Asintel KasdamXVII/Cendrawasih yang bermarkas di Jayapura, Papua.
Dalam empat tahun terakhir, dimulai dari 2021-2023 Richard Sangari menempati posisi Dandim 1701/Jayapura yang merupakan satuan kewilayahan yang berada di bawah komando Korem 172/PWY. Selanjutnya Kolonel Inf Richard Arnold Y. Sangari dimutasi menjadi Kasubditbinperslog Sridum Pusterad. Pada 22 Februari 2025, ia dipercaya menjabat Asintel Kasdam XVII/Cendrawasih.
Dan pada 10 Agustus 2025, Richard Sangari “pecah bintang” menjadi Brigjen TNI dan diberi kepercayaan menjabat Komandan Grup 6 Kopassus yang bermarkas di ibukota Kabupaten Mimika, Timika, di provinsi Papua Tengah.
Dari markas di Timika yang merupakan wilayah tambang emas Freeport Indonesia, Brigjen TNI Richard Arnold Y. Sangari harus membagi perhatian untuk seluruh daerah di bumi Cendrawasih.
“Iya, wilayah Grup 6 Kopassus Timika meliputi seluruh provinsi di tanah Papua, mulai dari Provinsi Papua, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan hingga Papua Barat Daya,” ungkap Jenderal Richard dalam percakapan dengan Beritaprioritas.
Ia sadar betul bahwa wilayah yang menjadi tanggungjawab Grup 6 Kopassus merupakan wilayah tergolong rawan. Namun, penempatan tugas sebelumnya di tanah Papua menjadi bekal berharga baginya untuk mengenal permasalahan di wilayah ini.
Anak desa
Dari hanya sekelumit info yang bisa dibagikan kepada publik, Richard Sangari lahir di salah satu rumah sakit di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Ayahnya, Wellem Sangari (alm), adalah putra asli Desa Kalawiran Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Ibunya, Ketty Bernadeth Manueke, adalah wanita kelahiran Desa Rerer yang bertetangga dengan Desa Kalawiran.
“Saya ini anak desa,” ungkapnya dalam nada penuh kerendahan hati. Richard cilik memang menghabiskan masa kecilnya di Desa Kalawiran semasa Sekolah Dasar (SD), dan saat masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia pindah ke Desa Rerer karena sekolah yang ada di Kalawiran hanya sampai SD.
Di SMP Rerer, ia hanya sampai kelas satu. Saat kelas dua ia pindah ke Kota Manado dan menghabiskan masa sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 di ibukota Sulawesi Utara itu. Richard Sangari lalu melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 2 Manado sampai lulus.
Sejak masih di bangku sekolah, rupanya Richard memang sudah bertekad masuk tentara, terinspirasi dari salah satu pamannya yang sudah terlebih dulu menjadi prajurit TNI. Ia pun lalu mendaftar di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, dari Solo.
Kenapa Solo, bukan Sulawesi Utara? Itu karena pamannya, dr. Hendrik Manueke yang saat itu berpangkat Mayor sedang bertugas di sana sebagai Kepala Kesehatan Grup 2 Kopassus Kartasura “Kandang Menjangan”. “Saya masukkan Richard ke Akmil dari Solo, saya latih dia, saya gembleng dengan keras, saya beri motivasi, dan Puji Tuhan, dia berhasil masuk dan lulus,” ujar sang paman yang pensiun dengan pangkat terakhir Kolonel CKM Kopassus, dalam perbincangan dengan Beritaprioritas Rabu (13/8/25) malam melalui telepon.

Jadi pembicaraan hangat
Menurut Kol CKM (Purn.) dr. Hendrik Manueke yang merupakan teman seangkatan Gubernur Sulut, Yulius Selvanus, di Kopassus, kegigihan Richard untuk masuk TNI memang sangat kuat. “Saya suruh dia latihan push up, sit up, dan latihan-latihan lainnya, termasuk yang berat-berat dia ikuti dengan penuh rasa tanggung jawab. Orangnya juga disiplin tinggi, makanya saya semangat mendorong dia,” kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado itu.
Richard Sangari lulus dari Akmil di Magelang pada tahun 2000 dengan pangkat Letnan Dua. Dari sini Richard lalu meniti karir cemerlangnya, termasuk melaksanakan tugas militer ke sejumlah negara. Ia pun rajin menambah ilmu di bangku kuliah. Alhasil, dua gelar akademik, Sarjana Ekonomi (SE) dan Magister Manajemen (MM) diraihnya.
Nama Brigjen TNI Richard Arnold Y. Sangari, SE, MM, kini menjadi perbincangan hangat dan membanggakan, khususnya bagi warga Desa Rerer dan Kalawiran yang berjarak sekitar 50 kilometer dari Kota Manado melewati gunung, atau 63 kilometer jika memutar melewati pantai.
Richard Sangari adalah contoh anak desa kecil di pelosok Kabupaten Minahasa yang memiliki tekad kuat untuk mencapai cita-citanya sebagai tentara. Sebuah tekad yang kini membuahkan hasil dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI sekaligus jabatan prestisius sebagai Komandan Grup 6 Kopassus di tanah Papua, dan masa depan yang terbuka lebar untuk pengabdian yang lebih tinggi bagi Nusa dan Bangsa, tanah air Indonesia. (P-ht)