Jakarta, 18/12/20 (SOLUSSInews.com) – Akibat tingginya mobilitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19 berdampak pada peningkatan kasus aktif di Indonesia. Melihat hal tersebut epidemiolog menyarankan setiap orang melakukan tes pemeriksaan Covid-19 mandiri yang kini sudah beragam jenisnya.
Namun apakah semua jenis tes bisa dipercaya hasilnya? Dosen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR), Laura Navika Yamani menegaskan, ada tiga jenis tes Covid-19 yang mendapat rekomendasi dari para ahli. Tiga tes itu dipercaya karena akurasi dari hasil tes dinyatakan akurat. Tiga jenis tes yakni polymerase chain reaction (PCR), swab test antigen, dan tes cepat molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF.
Laura mengatakan, dengan melakukan salah satu dari tes tersebut, masyarakat otomatis sudah melakukan pencegahan dini, sekaligus melindungi diri serta kerabat terdekat dari ancaman virus Sars-CoV-2. Pun demikian, epidemiolog tetap menyarankan agar sebisa mungkin masyarakat tetap berada di rumah dan taat pada protokol kesehatan Gerakan 3M sebagai upaya preventif meredam pandemi.
Lalu apa saja perbedaan dari tiga tes Covid-19 yang sangat dipercaya para ahli ini?
Khusus untuk PCR tes, Laura menjelaskan, tes ini memakai mekanisme membaca kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan Covid-19. Tes PCR merujuk pada reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR). Tes ini dilakukan dengan swab atau usap untuk mengambil sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan juga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tes PCR sebagai gold standard uji Covid-19.
“PCR ini adalah standar hasil yang paling akurat, apa pun hasilnya itu yang diikuti,” terangnya saat dihubungi Suara Pembaruan melalui saluran telepon, Kamis (17/12/2020) malam.
Selain PCR tes, cara kedua yang dipercaya akurat adalah swab test antigen. Berbeda dengan PCR, tes ini adalah pemeriksaan imun yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan antigen virus tertentu yang menunjukkan adanya infeksi virus saat ini.
Tes antigen bekerja mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan. Ini dilakukan dengan mencari protein dari virus.
Swab test antigen adalah tes yang sama yang digunakan dokter untuk mendeteksi infeksi streptococcus secara cepat. Swab test antigen bisa digunakan untuk menyaring pengidap yang terinfeksi. Menurut Laura virus memerlukan beberapa hari untuk mulai berkembang biak di tenggorokan dan hidung. Jadi dengan pemeriksaan ini mungkin bisa jadi kurang efektif untuk mengidentifikasi seseorang yang baru saja terinfeksi.
“Dengan swab antigen tetap ada kemungkinan hasil tes positif palsu. Sementara jika nanti hasil yang didapat negatif sebaiknya orang tersebut masih dilakukan tes PCR untuk mengetahui hasilnya secara lebih akurat. Jadi, kalau tidak mau repot cek berkali-kali, disarankan untuk langsung mengambil PCR saja,” terang Laura.
Selain dua varian pemeriksaan, Laura juga menilai pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat molekuler (TCM) dengan Xpert MTB/RIF, bisa menjadi pilihan. Hasil penelitian skala besar yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemeriksaan dengan TCM ini mempunyai sensitivitas dan spesifikasi untuk diagnosis Covid-19 yang akurat.
tes ini digunakan untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis (TB) dengan berdasarkan pemeriksaan molekuler. Metode pemeriksaan Covid-19 ini menggunakan dahak dengan amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge.
Virus SARS-CoV-2 diidentifikasi pada RNA-nya yang menggunakan cartridge khusus. Hasil tes ini terbilang cukup cepat, karena bisa diketahui hasilnya dalam waktu kurang lebih dua jam. Demikian Suara Pembaruan. (S-SP/BS/jr)