PRIORITAS, 11/10/25 (New Delhi): Jumlah korban tewas akibat sirup obat batuk beracun di Madhya Pradesh, India, meningkat menjadi 25 orang. Polisi akhirnya berhasil menangkap pemilik pabrik, yang melarikan diri ketika kasus ini merebak.
Anak-anak berusia di bawah lima tahun (balita) tersebut meninggal, karena mengalami gagal ginjal dan kerusakan hati serta sistim saraf, akibat mengalami komplikasi setelah mengonsumsi sirup obat batuk beracun.
“Jumlah kematian anak-anak terkait sirup obat batuk itu telah meningkat menjadi 25. Kematian satu anak lagi belum dikonfirmasi secara resmi,” kata pejabat pemerintah setempat, seperti dikutip Beritaprioritas.com hari Sabtu (11/10/25).
Sirup obat batuk yang diproduksi Sresan Pharmaceuticals, yang berkantor pusat di Kancheepuram, Tamil Nadu, telah ditemukan mengandung pelarut beracun Dietilen Glikol lebih dari 45 persen, atau 500 kali lipat dari batas aman.
Wakil Kepala Menteri Madhya Pradesh dan Menteri Kesehatan, Rajendra Shukla, menginformasikan semula 20 anak meninggal di negara bagian tersebut, setelah mengonsumsi sirup obat batuk Coldrif, sementara lima orang yang kritis sedang menjalani perawatan.
Dari 20 anak tersebut, 17 berasal dari distrik Chhindwara, dua dari distrik Betul, dan satu dari distrik Pandhurna.
Pemilik pabrik lari
Pemilik Sresan Pharmaceuticals, perusahaan yang memproduksi sirup obat batuk Coldrif tersebut, Ranganathan Govindan dan istrinya telah melarikan diri sejak tragedi itu terungkap.
Inspektur Polisi distrik Chhindwara, (SP) Ajay Pandey mengatakan, petugas khusus yang berangkat dari Chhindwara untuk memburu Ranganathan.
Ia akhirnya berhasil ditangkap bersama dua karyawannya, ketika bersembunyi di Chennai sekitar pukul 01.30 dini hari Kamis waktu setempat. Setelah itu, ia dibawa ke distrik Chhindwara.
Ranganathan dihadirkan di pengadilan Parasia. Ia kemudian dijebloskan ke sel tahanan polisi selama 10 hari, selama penyelidikan kematian anak-anak yang disebabkan sirup obat batuk produksi perusahaannya.
Setelah penangkapannya, perusahaan tersebut telah ditutup secara permanen.
Ranganathan menghadapi dakwaan pembunuhan berencana, pemalsuan narkoba, dan pelanggaran Undang-Undang Narkoba dan Kosmetik. Ia terancam hukuman puluhan tahun penjara.
Peralatan obat berkarat
Polisi juga sudah melakukan pemeriksaan di pabrik Sresan Pharmaceuticals yang memproduksi berbagai jenis sirup obat batuk.
Hasil investigasi mengungkap terdapat 364 pelanggaran, termasuk 38 pelanggaran serius.
Pabrik Sresan Pharma di India, yang memproduksi sirup obat batuk beracun dan telah menyebabkan 22 balita tewas.(x.@timesofindia)
Tim menemukan tong-tong bahan kimia hanya dipanaskan di atas kompor gas biasa, pipa-pipa plastik bocor mengeluarkan residu, bahkan peralatan untuk menampung dan mencampur obat sirup sudah berkarat.
Para pekerja pabrik obat tersebut juga tak terlatih. Mereka seenaknya mencampur bahan-bahan obat tanpa sarung tangan atau masker. Padahal sesuai standar, semua produksi obat-obatan harus steril.
Hasil penyelidikan bahan kimia beracun industri yang digunakan sebagai bahan campuran sirup obat batuk Coldrif, dibeli secara tunai dan melalui Google Pay dari dealer lokal Sunrise Biotech dan Pandia Chemicals di Chennai. Hal ini diduga sengaja dilakukan untuk menghindari dokumentasi.
Badan pemeriksa dan pengawasan obat India menemukan, perusahaan tersebut ingin mendapatkan Propilen glikol, bahan utama sirup, dari pedagang kimia lokal dan dealer industri cat, alih-alih dari pemasok farmasi bersertifikat.
Akibatya bukan Propilen glikol yang didapat, tetapi Dietilen glikol yang sering digunakan dalam pembuatan tinta cetak, lem, minyak rem, dan pelumas.
Merusak ginjal dan hati
Dietilen glikol diketahui menyebabkan kerusakan ginjal, hati, dan sistem saraf yang parah jika dikonsumsi manusia.
Hasil pemeriksaan biopsi pada ginjal puluhan anak yang meninggal, ditemukan konsentrasi tinggi Dietilen glikol.
Batch Coldrif SR-13 yang mematikan bahka ditemukan mengandung 48,6 persen dietilen glikol, sekitar 500 kali lipat dari batas yang diizinkan.
Inspeksi gabungan regulator obat pusat dan negara bagian di Madhya Pradesh memeriksa 19 sampel sirup dan tiga di antaranya gagal uji mutu, karena mengandung bahan beracun Dietilen Glikol (DEG), yaitu sirup merek Respifresh TR, ReLife, dan Coldrif.
Sirup Coldrif Batch SR-13, yang dikonsumsi para korban di Chhindwara, diproduksi pada Mei 2025 dan akan kedaluwarsa pada April 2027. Sirup tersebut telah beredar bebas di pasaran selama berbulan-bulan sebelum muncul peringatan. Sirup obat batuk dari batch ini juga telah didistribusikan di Tamil Nadu, Odisha, dan Puducherry.
Tragedi Gambia
Tragedi ini mengingatkan pada insiden Gambia tahun 2022, di mana lebih dari 70 anak meninggal setelah mengonsumsi sirup batuk batuk buatan India.
Pihak berwenang, lapor media NDTV, kini telah melarang Coldrif di seluruh negeri, sementara dua merek lainnya, Respifresh dan Relife, juga telah ditandai karena mengandung racun mematikan yang sama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta informasi dari India tentang kemungkinan sirup beracun itu juga diekspor ke luar negeri.
WHO memperingatkan adanya “kesenjangan regulasi” dalam pengujian domestik, sehingga memungkinkan produk-produk berbahaya tersebut bisa lolos beredar di masyarakat umum.(P-Jeffry W)
No Comments