Tonton Youtube BP

Sirup obat batuk beracun bunuh 20 anak di India

Jeffry Wuisan
9 Oct 2025 13:52
4 minutes reading

PRIORITAS, 9/10/25 (New Delhi): Sebanyak 20 anak balita di Madhya Pradesh, India bagian tengah,  meninggal dunia setelah mengkonsumsi sirup obat batuk beracun.

World Health Oraganization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia meminta pertanggungjawaban pemerintah India,  untuk segera memberikan jaminan setelah 20 anak meninggal akibat sirup obat batuk beracun tersebut.

“Dua di antaranya meninggal dalam 24 jam terakhir,” ungkap Wakil Kepala Menteri, Rajendra Shukla, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Kamis (9/10/25).

Hingga hari ini, lima anak masih dirawat di rumah sakit karena gagal ginjal, seiring India memperluas larangan obat-obatan yang terkontaminasi bahan beracun. Demikian laporan The Independent.

Menteri Rajendra Shukla sudah mengunjungi rumah sakit yang merawat anak-anak tersebut.

Hasil pengujian yang dilakukan departemen pengendalian narkoba Tamil Nadu pada tanggal 2 Oktober menemukan sampel sirup obat batuk Coldrif  tidak memiliki kualitas standar.

Analisis lebih lanjut di Madhya Pradesh mengungkapkan satu sampel mengandung 48,6 persen dietilen glikol, pelarut industri yang beracun.

Para ahli farmasi menyatakan zat ini tidak aman, bahkan dalam jumlah sedikit, dan tidak boleh ada dalam obat-obatan yang ditujukan untuk konsumsi manusia.

Sirup obat batuk coldrif yang diduga beracun dan membunuh puluhan anak di India.(ndtv)

Dua obat sirup lainnya masing-masing merek Relife dan Respifresh TR, juga ditemukan terkontaminasi bahan beracun dietilen glikol di Madhya Pradesh minggu ini dan diberi label tidak berkualitas standar, kata pengawas obat Madhya Pradesh, menurut outlet berita Scroll.

Kasus ketiga

Ini adalah kasus ketiga dan insiden kematian terbaru akibat sirup obat batuk India.

Sebelumnya racun juga ditemukan dalam sirup buatan India dan telah menewaskan setidaknya 141 anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun pada tahun 2022 lalu.

Sebanyak 12 anak lainnya juga meninggal di India pada 2019, sehingga merusak citra negara tersebut sebagai salah satu produsen obat-obatan terbesar di dunia.

Korban terbaru dilaporkan menderita demam dan pilek sebelum mengonsumsi obat batuk Coldrif. Korban kemudian muntah dan kesulitan buang air kecil.

Kematian pertama dilaporkan pada 2 September 2025 lalu, namun informasinya belum tersebar. Dugaan kuat korban mengalami kerusakan ginjal akut akibat mengkonsumsi obat batuk beracun itu.

Sirup tersebut diproduksi Sresan Pharmaceuticals, yang berkantor pusat di distrik Kancheepuram, Tamil Nadu, di India selatan.

Pihak berwenang setempat sejak itu melarang formulasi tersebut di delapan negara bagian dan wilayah India – Tamil Nadu, Madhya Pradesh, Kerala, Karnataka, Punjab, Himachal Pradesh, Uttar Pradesh, dan Puducherry.

Larangan WHO

WHO sedang mencari klarifikasi dari pemerintah India, mengenai apakah sirup obat batuk yang menyebabkan kematian tersebut telah diekspor ke negara lain.

Badan kesehatan PBB telah memberikan laranan agar tidak menggunakan semua sirup dingin untuk anak kecil.

WHO menyatakan pihaknya dapat mengeluarkan peringatan global mengenai sirup Coldrif,  tergantung pada respons pemerintah India.

Menteri Rajendra Shukla mengatakan tindakan telah diambil pemerintah negara bagian terhadap produsen, dokter yang meresepkan, dan pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) atas dugaan kelalaian.

Sekitar 600 botol sirup berhasil dilacak ke distrik Chhindwara, dan 443 di antaranya telah disita.

Para penyedia layanan kesehatan setempat telah diinstruksikan untuk melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah, untuk menemukan botol-botol sirup obat batuk beracun yang tersisa.

Sresan Pharmaceuticals belum mengeluarkan pernyataan publik, tidak menanggapi pertanyaan dari Reuters dan tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar ke The Independent.

Polisi Madhya Pradesh telah membentuk Tim Investigasi Khusus (SIT) untuk menyelidiki kematian anak-anak tersebut, sementara beberapa pejabat negara yang bertanggung jawab atas kepatuhan telah diskors.

Bahan cat dan minyak rem

Dietilen glikol adalah senyawa kimia yang hanya digunakan dalam produk industri seperti antibeku, cat, minyak rem dan plastik.

Bahan ini tidak boleh digunakan untuk obat-obatan, namun terkadang mengontaminasi bahan farmasi seperti gliserin.

Hal itu biasanya sering terjadi disebabkan pengawasan yang buruk atau pemasok bahan obat yang sengaja menggunakan bahan kelas industri yang murah.

Dietilen glikol atau toksin etilen glikol, juga diduga ditemukan dalam sirup obat batuk dalam insiden fatal sebelumnya yang melibatkan produsen India.

Di Gambia saja, 70 anak meninggal pada tahun 2022 akibat mengonsumsi empat sirup obat batuk yang diproduksi di India.

Analisis laboratorium terhadap 23 sampel obat yang dilakukan oleh WHO saat itu menemukan empat produk dari Maiden Pharmaceuticals Limited (Haryana, India) mengandung dietilen glikol dan etilen glikol.

Berdasarkan catatan dari Badan Pengawas Obat-obatan Gambia, semua obat yang diuji positif mengandung racun diimpor dari India pada tanggal 21 Juni 2022, sesaat sebelum terjadinya kematian pertama.

Baik Maiden Pharmaceuticals maupun pemerintah India membantah tuduhan tersebut. Negara itu mengklaim pada bulan Desember tahun itu sirup tersebut memenuhi standar kualitas saat diuji di dalam negeri.(P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x