PRIORITAS, 3/10/25 (Manado) : Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) menggelar Kuliah Pakar dengan menghadirkan Petrus Tjandra, Presiden Direktur Agro Investama Group.
Dengan tema “Educated and Successful Farmer” kuliah diikuti 200 mahasiswa dan
dibuka Dekan Dedie Tooy.
Harapannya sederhana namun mendalam: wawasan yang akan dibagikan Petrus dapat benar-benar meningkatkan kompetensi para peserta, khususnya mahasiswa.
“Harapan kita, ini dapat memberikan wawasan tambahan, pengetahuan, dan keterampilan peserta,” ungkap Dekan, Jumat (3/10/2025) seperti dikutip dari beritamanado.com.
Petrus Tjandra memulai sesinya dengan tidak memilih format ceramah satu arah, sebaliknya menggunakan pendekatan interaktif, mengajak peserta menganalisis data, memantik reaksi, dan memicu pemikiran kritis.
“Kenapa harus educated farmer?” tanyanya lugas. “Karena di Indonesia, ada statistik yang menyedihkan: orang jadi petani hanya karena orang tua mereka petani, tidak punya duit, dan tidak punya pendidikan. Mereka jadi petani karena terpaksa,” katanya.
Bicara Sulawesi Utara (Sulut), tentu tak lepas dari kelapa. Dengan penuh semangat, Petrus mengingatkan hadirin, “Kita berutang budi sama kelapa. Negara kita adalah nyiur melambai, ‘Rayuan Pulau Kelapa,’ bukan Kelapa Sawit.”
Ia mengakui, harga kelapa yang kerap murah memang menjadi tantangan besar. Namun, tantangan ini harus dijawab dan Fakultas Pertanian Unsrat bisa jadi pelaku utamanya.
“Mari kita jadi petani atau pengusaha tani karena kita mahasiswa pertanian. Kalau tidak kita, siapa lagi?” tanyanya, seolah melempar bola tanggung jawab ke pundak para mahasiswa.
Ia mencontohkan Amerika, di mana petani setidaknya bergelar sarjana atau bersertifikasi.
Bagi dia, punya ilmu memang tidak menjamin sukses instan, tapi ilmu memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk berinovasi.
Petrus juga menyoroti kelemahan krusial petani di Indonesia, di mana salah satunya adalah tanah.
“Tanpa tanah, bagaimana kita bertani?” sindirnya. Lebih parah lagi, dia menyoroti keengganan warga, khususnya di Sulut untuk kembali ke desa.
“Orang lebih pilih tinggal di Kota Manado. Padahal Sulut masih luas. Kalau hanya mau di Manado, apa yang mau ditanam?” tandasnya.(P-r*)
No Comments