29.3 C
Jakarta
Wednesday, August 27, 2025

    Hashim Djojohadikusumo: Antara canggung dan bangga terima Bintang Mahaputera Utama

    Terkait

    PRIORITAS, 26/8/25 (Jakarta): Senin siang di Istana Negara, langkah Hashim Djojohadikusumo terasa sedikit berat. Bukan karena usia atau seremonial kenegaraan yang kaku, melainkan karena orang yang akan menyematkan tanda jasa di dadanya adalah kakak kandungnya sendiri: Presiden Prabowo Subianto.

    “Saya merasa kurang nyaman karena Presiden adalah kakak kandung saya sendiri,” ujarnya lirih, dengan senyum yang sulit ia sembunyikan.

    Ada rasa canggung, tapi juga ada kebanggaan yang tak bisa ia tolak. Sebab penghargaan Bintang Mahaputera Utama yang diterimanya bukan sekadar medali atau piagam, melainkan pengakuan atas lebih dari dua dekade dedikasinya menjaga satwa langka dan warisan budaya Indonesia.

    “Saya berterima kasih dan sangat bangga dengan penghargaan Bintang Maha Putera Utama ini. Sebelumnya, saya sudah menerima Kalpataru kemudian Satya Lencana Wirakarya. Namun tanda jasa hari ini paling saya banggakan,” sebut Hashim usai menerima ucapan selamat Teddy Matheos dari Beritaprioritas.com yang juga Sekjen Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP), Selasa (26/8/25).

    Jejak panjang di dunia konservasi

    Hashim memang bukan baru kali ini mendapat penghargaan. Tahun 2009, di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia menerima Kalpataru, penghargaan tertinggi di bidang lingkungan. Beberapa tahun kemudian, giliran Presiden Joko Widodo yang melalui Menteri LHK menganugerahinya Satyalancana Wirakarya.

    Kini, di era Prabowo, kembali negara memberi penghargaan. Hashim menyebut ini kali keempat ia mendapat tanda kehormatan. Namun baginya, penghargaan bukan sekadar koleksi. “Saya sudah lebih dari 20 tahun melestarikan satwa langka dan warisan budaya. Ini bagian dari tanggung jawab, bukan hanya pekerjaan,” kata Hashim.

    Dari konservasi badak hingga pelestarian benda-benda pusaka, Hashim konsisten menaruh perhatian. Ia percaya, menjaga kekayaan hayati dan budaya berarti menjaga jati diri bangsa.

    Sisi lain, momen di Istana Negara kali ini memang sarat makna. Hashim menerima penghargaan dari sosok kakak yang dulu menemaninya sejak kecil, dan kini berdiri sebagai kepala negara. “Tentu saya bangga, meski sempat canggung. Tapi ini bukan soal keluarga. Ini soal tanggung jawab yang diakui negara,” katanya.

    Prabowo sendiri, dalam upacara itu, menganugerahkan 141 tanda jasa dan tanda kehormatan kepada berbagai tokoh bangsa. Dari pejabat aktif hingga purnawirawan, bahkan kepada ahli waris tokoh-tokoh legendaris. Namun, sorot kamera tetap banyak tertuju kepada dua bersaudara ini—Prabowo dan Hashim—yang kisah keluarganya kini bertaut dengan kisah bangsa.

    Hashim menutup keterangannya dengan sederhana, jauh dari kesan berlebihan. “Ke depan, saya ingin terus melanjutkan usaha ini. Bukan hanya demi satwa atau benda budaya, tapi demi masa depan bangsa,” ucapnya.

    Di balik rasa canggung itu, ada kebanggaan yang dalam. Penghargaan boleh datang silih berganti, tapi bagi Hashim, penghargaan sejati justru datang ketika generasi berikutnya masih bisa melihat satwa langka hidup bebas, dan budaya Indonesia tetap terjaga di tanahnya sendiri. (P-wilsonlumi)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini