29.7 C
Jakarta
Saturday, August 2, 2025

    Konflik perbatasan Thailand–Kamboja: Ini lima fakta utama serta latar belakang

    Terkait

    PRIORITAS, 30/7/25 (Jakarta): Konflik perbatasan antara Thailand serta Kamboja kembali memanas sejak akhir Mei, memicu bentrokan bersenjata serta krisis kemanusiaan. Berikut lima fakta utama terkait sengketa yang berakar pada warisan kolonial tersebut.

    Perbatasan di Pegunungan Dangrek belum pernah dimetakan secara tuntas sejak masa kolonial Prancis‑Siam. Peta hasil Traktat 1904 serta 1907 tidak mengikuti garis watershed, menyebabkan area candi Preah Vihear serta Ta Muen Thom menjadi sumber klaim tumpang tindih hingga kini.

    Fakta-fakta

    1. Bentrokan pertama terjadi 28 Mei, saat pasukan kedua negara saling tembak di segi tiga zamrud (Emerald Triangle). Satu tentara Kamboja tewas serta dua lainnya cedera, memicu perdebatan diplomatik serta sanksi ekonomi sementara.
    2. Pada akhir Juli, konflik meningkat jadi pertempuran lima hari. Artileri berat, roket serta serangan udara diterjunkan di zona perbatasan, menyebabkan sebanyak 40–43 korban jiwa serta ribuan warga mengungsi.
    3. Lebih dari 300.000 penduduk mengungsi setelah rumah serta infrastruktur rusak parah akibat tembakan. Pemerintah Thailand mengestimasi kerugian ekonomi mencapai 10 miliar baht serta mengalokasikan bantuan 25 miliar baht untuk pemulihan cepat.
    4. Mediasi ASEAN di Kuala Lumpur pada 27–28 Juli berhasil mendesak gencatan senjata mulai 28 Juli tengah malam. Amerika Serikat serta Cina menekan kedua pihak menghormati truce untuk mencegah penyebaran konflik ke kawasan lebih luas.
    5. Konflik kian diperkeruh oleh rivalitas antara elite politik Hun Sen serta keluarga Shinawatra. Bocornya rekaman telepon antara kedua kubu memicu sentimen nasionalis di Thailand hingga penundaan tugas PM Paetongtarn Shinawatra sementara waktu.

    Mengapa konflik bisa terjadi?

    Karena perbatasan colonial belum selesai dimetakan secara sah, banyak area seperti situs candi kuno memiliki klaim tumpang tindih. Friksi berulang akibat peta 1907 yang tidak diprotes saat masa kolonial, kemudian ICJ memperkuat klaim Kamboja, namun Thailand menolak demarkasi tambahan.

    Ketegangan ini meningkat ketika nasionalisme serta konflik elite bersinggungan dengan isu perbatasan tak tuntas.

    Setelah perundingan di Kuala Lumpur pada 27–28 Juli para pemimpin Thailand serta Kamboja menyepakati gencatan senjata seutuhnya. Meski ada klaim pelanggaran oleh Thailand, pihak Kamboja membantah serta mendukung pemantauan independen. Pertemuan militer batas umum dijadwalkan 4 Agustus guna membangun mekanisme stabilitas jangka panjang.

    Para pengamat melihat konflik menunjukkan kelemahan ASEAN dalam deteksi dini serta penyelesaian sengketa antar negara anggota. Banyak pihak menuntut ASEAN segera menyusun mekanisme resolusi konflik proaktif serta keterlibatan aktif Cina selain AS. Tanpa diplomasi berkelanjutan serta penyelesaian demarkasi perbatasan, potensi eskalasi serupa tetap terbuka.

    Kesimpulan

    Konflik Thailand serta Kamboja mencerminkan kombinasi warisan perbatasan kolonial, sengketa wilayah historis, nasionalisme dalam politik domestik serta ketegangan elite. Lima fakta utama ini menggambarkan dinamika penyebab serta dampak konflik terbaru pada Mei–Juli 2025. Gencatan senjata memberi harapan sejenak, namun resolving perbatasan serta membangun kepercayaan antar pemimpin tetap esensial untuk mencegah kebangkitan konflik berikutnya. (P-*r/Zamir Ambia)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini