PRIORITAS, 4/7/25 (Washington): Dampak bersitegangnya antara Elon Musk dengan Donald Trump, membawa fenomena baru di China. Dilaporkan, ramai-ramai publik melontarkan dukungan terhadap CEO Tesla dan SpaceX tersebut melalui platform media sosial Weibo. Demikian informasi yang diterima Beritaprioritas, Jumat (4/7/25).
Sebagaimana informasi pada Kamis (3/7/25) kemarin, setelah RUU yang ditentang Musk dan didukung Trump lolos di Senat AS, tanda pagar #MuskWantsToBuildAnAmericaParty (Musk ingin membangun Partai Amerika) viral di Weibo.
Bahkan tak tanggung-tanggung, tagar tersebut menghimpun lebih dari 37 juta views dalam waktu singkat. Para netizen China mengutarakan dukungan mereka terhadap Musk dan inisiatifnya untuk membuat partai baru yang menengahi Demokrat-Republik.
“Jika Elon Musk mendirikan partai politik, pola pikirnya yang digerakkan oleh teknologi dapat menyuntikkan energi baru ke dalam politik. Potensi perubahannya signifikan dan patut diperhatikan,” tulis seorang pengguna Weibo, dikutip dari The Guardian, Jumat (4/7/25).
“Jika Anda sudah merasa muak, Anda tidak perlu lagi terus-terusan menahannya,” tulis yang lain.
Lalu, salah satu komentar merangkum keseluruhan ‘tone’ obrolan di Weibo terkait pertikaian antara Musk dan Trump, serta inisiatifnya membentuk partai.
“Saudara Musk, Anda mendapat dukungan dari miliaran orang [China],” tulis komentar tersebut.
Kedekatan Musk dan China
Diketahui, Musk merupakan sosok yang sangat dihormati di China karena inovasinya di sektor teknologi. Ia merupakan pendiri dan CEO banyak perusahaan seperti Tesla, SpaceX, xAI, dan X.
Saat ini, mobil listrik Tesla merupakan satu-satunya merek Barat yang mengaspal di jalanan China dan dapat menyaingi perusahaan domestik. Pabrik terbesar Tesla berdasarkan volume berada di Shanghai.
Selain itu, Musk juga dikenal memiliki hubungan dekat dengan Perdana Menteri China, Li Qiang. Sementara itu, ibu Musk, Maye Musk, ialah selebritas media sosial di China.
Dilaporkan, popularitas Musk di China juga sejalan dengan tren masyarakat China yang antusias menyambut inovator teknologi AS. Biografi pendiri Apple, Steve Jobs, karya Walter Isaacson menjadi bestseller di China.
Masalah Elon Musk vs Trump
Sebagaimana diketahui, Musk beberapa saat lalu menghujat RUU yang didukung Trump terkait pemotongan pajak, belanja pertahanan, dan penguatan perbatasan.
Ketika itu, Musk mengatakan, RUU itu akan menghancurkan ekonomi AS dan mencetak banyak pengangguran. Ia juga menuduh pemerintahan Trump mengutamakan industri masa lalu dan tak berpihak pada inovasi masa depan.
Adapun dalam RUU yang didukung Trump, akan ada kenaikan pajak untuk sejumlah proyek energi surya, baterai, panas bumi, angin dan nuklir. RUU juga akan memberikan subsidi baru pada batu bara yang digunakan dalam produksi baja.
Lalu, menanggapi kritik tajam dari Musk, Trump membalas dengan keras melalui akun Truth Social miliknya.
Ia mengatakan, Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) perlu mengusut tuntas praktik bisnis Musk. Trump mengatakan, selama ini Musk ialah sosok pengusaha yang paling banyak mendapatkan subsidi di muka Bumi.
Diketahui pula, Musk yang tadinya merupakan penasihat khusus Trump sempat ditunjuk untuk mengepalai DOGE. Musk lantas mengundurkan diri dengan alasan ingin lebin fokus mengurus bisnisnya. DOGE dibentuk untuk memangkas anggaran pemerintah federal.
“Tanpa subsidi, Elon Musk kemungkinan harus menutup bisnis dan kembali ke Afrika Selatan,” kata Trump, dikutip dari akun Truth Social-nya.
“Tak ada lagi peluncuran roket, satelit, dan produksi mobil listrik. Negara kita akan menghemat sangat besar,” Donald Trump menambahkan. (P-*r/jr)