PRIORITAS, 13/2/25 (Jakarta): Paparan sinar ultra violet (UV) matahari yang bisa menyebabkan kanker kulit biasanya mulai ada sekitar pukul 10 pagi hingga empat sore, namun demikian hal ini tergantung pada berbagai wilayah di Indonesia. “Peak hour (waktu puncak) jam 10 pagi sampai empat sore. Tetapi kita kan ada variasi sesuai letak geografis, ada juga daerah yang matahari sebentar,” ujar Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Roro Inge Ade Kristanti, dalam webinar yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (13/2/25).
Dokter yang juga berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo itu, mengungkapkan, paparan sinar matahari secara langsung, terdapat sinar yang secara langsung dapat menembus ke lapisan kulit paling dalam. Dilaporkan Antara, menurut Inge, sinar UV A, memiliki gelombang lebih panjang yang memiliki efek aging atau penuaan.
Sementara UV B mampu menyebabkan luka hingga kanker kulit bila seseorang sering terpapar sinar matahari secara langsung secara intens dengan durasi yang cukup lama. Dengan demikian, kembali ia menyerukan agar masyarakat menggunakan tabir surya yang mampu melindungi diri dari paparan sinar UV A dan sinar UV B.
Metode periksa kulit secara mandiri
Upaya mitigasi mandiri, kata dia, dilakukan melalui metode periksa kulit secara mandiri (Sakuri). Metode ini menurutnya memerlukan alat-alat sederhana meliputi cermin besar, cermin kecil.
Pemeriksaan dilakukan dengan pada tubuh bagian atas depan meliputi telapak tangan, jari-jari dan kulit di antara jari hingga muka dengan memeriksa dan mengamati tubuh bagian bawah depan menggunakan cermin. Begitu pula dengan bagian bawah tubuh bagian depan dan bawah serta sisi sebaliknya, amati seksama dengan cermin.
Bila terdapat tahi lalat, benjolan ataupun bercak kulit yang dianggap tidak normal dapat berkonsultasi kepada tenaga ahli medis. (P-Rebecca WT)
