27.8 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

    Miliaran penduduk dunia hidup dalam kemiskinan akut, negara yang berperang meningkat tiga kali lipat

    Terkait

    PRIORITAS, 17/10/24 (New York):
    Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa  pada Kamis (17/10/24) melaporkan lebih dari satu miliar orang hidup dalam kemiskinan akut di seluruh dunia.

    Setengah dari jumlah tersebut, anak-anak yang paling terkena dampaknya.

    Data ini menggunakan indikator seperti kurangnya perumahan yang layak, sanitasi, listrik, bahan bakar memasak, nutrisi dan kebutuhan bersekolah.

    Dalam  makalah yang diterbitkan Prakarsa Kemiskinan dan Pembangunan Manusia Oxford (OPHI) menyoroti bahwa tingkat kemiskinan ini tiga kali lebih tinggi di negara-negara yang tengah berperang. Karena tahun 2023 menandai konflik terbanyak di seluruh dunia sejak Perang Dunia II.

    United National Development Program (UNDP) dan OPHI telah menerbitkan Indeks Kemiskinan setiap tahun sejak 2010, dengan mengumpulkan data dari 112 negara dengan populasi gabungan 6,3 miliar orang.
    Dimana pada Multidimensional Poverty Index (MPI) 2024 melukiskan gambaran yang serius 1,1 miliar orang mengalami kemiskinan multidimensi, yang 455 juta di antaranya hidup dalam bayang-bayang konflik,” kata Yanchun Zhang, kepala ahli statistik di UNDP.

    Bagi orang miskin di negara-negara yang terkena dampak konflik, perjuangan untuk kebutuhan dasar adalah pertempuran yang jauh lebih keras dan lebih putus asa,” kata Zhang kepada AFP.

    Laporan itu menggemakan temuan tahun lalu bahwa 1,1 miliar dari 6,1 miliar orang di 110 negara menghadapi kemiskinan multidimensi yang ekstrem seperti keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan dan kualitas hidup.

    Makalah tersebut menunjukkan bahwa sekitar 584 juta orang di bawah 18 tahun mengalami kemiskinan ekstrem, yang mencakup 27,9 persen anak-anak di seluruh dunia, dengan 13,5 persen orang dewasa.
     

    Laporan itu juga menunjukkan bahwa 83,2 persen orang termiskin di dunia tinggal di Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan.

    Sabina Alkire, direktur OPHI, mengatakan bahwa konflik telah menghambat upaya pengurangan kemiskinan.

    “Pada tingkat tertentu, temuan ini intuitif. Namun yang mengejutkan kami adalah besarnya orang yang berjuang untuk menjalani kehidupan yang layak dan pada saat yang sama takut akan keselamatan mereka, jumahnya 455 juta orang,” katanya.

    Ini menunjukkan tantangan yang nyata tetapi tidak dapat dihindari bagi masyarakat internasional untuk fokus pada pengurangan kemiskinan dan membina perdamaian, sehingga perdamaian yang terjadi benar-benar bertahan lama,” tambah Alkire.

    Dilansir Beritasatu.com, India merupakan negara dengan jumlah penduduk paling banyak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, yang berdampak pada 234 juta dari 1,4 miliar penduduknya.

    Kemudian diikuti oleh Pakistan, Etiopia, Nigeria, dan Republik Demokratik Kongo. Kelima negara tersebut mencakup hampir separuh dari 1,1 miliar penduduk miskin.(P- wr)— foto ilustrasi istimewa

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -

    Terkini