Palu, 23/4/21 (SOLUSSInews.com) – Keberadaan gereja diminta tidak hanya sebagai wadah dan simbol untuk beribadah bagi umat Kristen, tetapi hendaknya juga dapat berfungsi untuk membentuk akhlak atau budi pekerti setiap insan jemaat yang lebih berkualitas dan taat kepada Tuhan.
“Kehadiran rumah Tuhan, merupakan bukti keyakinan iman warga jemaat untuk mewujudkan suatu rumah ibadah yang benar-benar indah dan representatif, dan dapat dimanfaatkan untuk beribadah. Karena itu, jadikan juga gereja sebagai pusat pembentukan budi pekerti setiap insan jemaat yang lebih berkualitas dan taat kepada Tuhan,” kata Bupati Sigi, Mohammad Irwan Lapata, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi, saat meresmikan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) “Jemaat Gimpu”, di Desa Watukilo, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), Kamis (22/4/21).
Turut hadir pada acara peresmian gereja itu para pimpinan GMAHK Uni Konferens Indonesia Kawasan Timur (UKIKT) yang berbasis di Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Di antaranya Ketua GMAHK UKIKT Pendeta Yotam Bindosano, Sekretaris Eksekutif GMAHK UKIKT Pendeta A Inaray, dan Ketua GMAHK Daerah Misi Sulawesi Tengah (DMST) Pendeta Benny Ole.
Bupati Sigi mengatakan, mewujudkan masyarakat yang religius ialah salah satu tujuan utama pemerintah. Sehingga, keberadaan GMAHK “Jemaat Gimpu” diharapkan dapat menjadi sarana untuk merealisasikan tugas besar pemerintah agar setiap anggota masyarakat dapat semakin memperkokoh keimanan kepada Tuhan.
Menjadi saluran berkat
Bupati Irwan Lapata juga berharap agar GMAHK “Jemaat Gimpu” juga akan menjadi saluran berkat bagi seluruh warga jemaat dan juga masyarakat di sekitarnya.
Irwan Lapata berterima kasih kepada pimpinan gereja dan seluruh jemaat yang telah bersama-sama dengan pemerintah dalam mendukung, mendoakan, dan menyukseskan program-progam pemerintah.
“Semoga hari ini menjadi momentum yang tepat untuk memperkokoh semangat kebersamaan serta memberikan nuansa baru dalam menumbuhkan tekad dan motivasi sebagai sesama warga jemaat dalam memanfaatkan gedung gereja ini secara optimal bagi peningkatan kualitas iman jemaat yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Eksekutif GMAHK UKIKT, Pendeta A Inaray dalam sambutannya berharap gereja yang baru diresmikan tersebut dapat menjadi rumah doa dimana tidak hanya mewadahi anggota jemaatnya, tetapi seluruh masyarakat sekitar dapat ikut serta merasakan limpahan berkat dari kehadiran gereja tersebut.
“Jadikanlah rumah ibadah ini benar-benar sebagai rumah doa, sehingga kita mengalami dan belajar taat kepada Tuhan. Juga jadikan sebagai rumah berkat kepada warga jemaat dan masyarakat dan bagi siapa saja yang datang beribadah di tempat ini,” katanya.
Pembangunan gereja yang berada di pinggiran Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) ini, memakan waktu cukup lama, sekitar 25 tahun karena warga jemaat sendiri yang berusaha secara bahu-membahu membiayai pembangunan gereja tersebut.
Disebut Ketua Panitia Peresmian GMAHK “Jemaat Gimpu” Markus Rantekata, total dana yang terserap untuk pembangunan gereja sekitar Rp300 juta, belum termasuk pengorbanan tenaga para anggota jemaat untuk membangun gereja tersebut.
Gereja mungil berukuran sekitar 8 x 14 M2 tersebut, menjadi unik karena berada di perbukitan dan berseberangan dengan Sungai Lawua, sebuah sungai yang bersih dan jernih airnya berhulu dari Sungai Lariang, Kulawi Selatan.
“Gereja ini diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan kesehatan, karena lokasinya yang masih asli dikelilingi pegunungan dan hutan yang cocok untuk tempat melakukan terapi kesehatan,” ujar Markus.
Acara peresmian gereja tersebut berlangsung khidmat dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat. Memeriahkan acara peresmian didampilkan grup Musik Bambu yang merupakan seni musik tradisiaonal dari Gereja Bala Keselatan (BK) Kulawi Selatan. (S-BS/jr)