29.3 C
Jakarta
Tuesday, August 26, 2025

    Waduh! Stok beras premium di ritel modern makin menipis

    Terkait

    PRIORITAS, 26/8/25 (Jakarta): Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri mengakui stok beras premium di sejumlah ritel modern semakin menipis. Ketua Satgas Pangan Polri, Helfi Assegaf, menyebut pemicunya bukan karena peritel menarik pasokan, melainkan karena produsen enggan memasok ulang.

    “Bahwa ada penurunan stok yang tersedia di ritel modern. Memang ada penurunan (stok beras), otomatis. Karena informasinya mereka melakukan penarikan. Bukan penarikan, tetapi menghabiskan stok yang ada di ritel dan tidak mengisi kembali,” ujar Helfi Assegaf dalam diskusi publik bertajuk Perberasan Nasional di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/25).

    Helfi menjelaskan, sejumlah produsen beras menyatakan takut memasok kembali ke ritel karena khawatir terjerat masalah hukum. Menurutnya, produsen tidak perlu khawatir bila produk sudah sesuai label dan standar mutu yang berlaku.

    “Apa masalahnya (produsen tidak mengisi stok beras di ritel modern), kami dalami kembali. Kenapa tidak kamu mengisi (stok beras)? Mereka bilang ‘Kami takut, Pak, nanti ditangkap’. Kalau kamu uji lab, sesuai komposisinya kenapa takut?” kata Helfi.

    “Saya kira kalau kalian sesuai dengan apa yang kamu tempel di label, ya nggak ada masalah. Perizinanmu ada, semuanya ada. Terus apa masalahnya? Karena kalian takut sendiri menjual yang tidak sesuai komposisi,” imbuhnya.

    Ada opsi lain

    Satgas Pangan juga memberi opsi kepada produsen yang tidak ingin menjual dalam bentuk kemasan. Mereka diperbolehkan menyalurkan beras dalam bentuk curah dengan tetap mematuhi aturan standar mutu.

    “Kalau memang tidak mau dijual kemasan, ya harus ada labelnya, ya silakan dijual curah. Dijual curah nggak ada masalah, walaupun tetap diatur untuk standarnya. Dan itu sudah kita sampaikan ke para produsen,” tutur Helfi.

    Ia menambahkan, Satgas Pangan akan mengambil langkah hukum hanya bagi produsen yang berulang kali melanggar aturan mutu. Satgas, kata Helfi, juga mengembalikan barang sitaan seperti mesin dan alat produksi agar produsen tetap beroperasi serta stok tetap stabil.

    “Kami sudah sampaikan supaya rekan-rekan produsen, distributor bisa menjual beras yang memang sesuai standar komposisi yang tertera di label. Artinya mereka menjual dengan komposisi yang dia mau, dengan harga yang sudah diatur ya harusnya isinya juga sesuai. Jadi tidak seperti yang kita temukan di lapangan, semua tidak sesuai,” ucap Helfi.

    “Kami segel awalnya (barang sitaan), tapi kita menjaga, masih menjaga, memperhatikan, memikirkan produksi supaya tetap stabil, tetap stabil stok kita. Nah mereka berproduksi, sampai dengan hari ini masih ada yang berproduksi,” sambungnya.

    Penyebab berhenti operasi

    Meski begitu, ia mengakui masih ada produsen berhenti beroperasi karena tidak memiliki fasilitas laboratorium untuk memastikan kualitas beras. Ia menegaskan praktik itu jelas melanggar aturan karena produsen tidak pernah melakukan uji laboratorium.

    “Namun ada yang memang tidak berproduksi. Kenapa? Karena mereka tidak punya lab. Mereka menjual kemasan tapi tidak punya lab. Artinya, beras yang diproduksi ya udah asal jadinya berapa, yang penting dijual premium. Kualitasnya belum bisa diverifikasi. Kualitasnya tidak pernah mereka lakukan pengujian lab sejak berdiri perusahaan itu,” ungkap Helfi.

    “Mereka tidak pernah melakukan uji lab. Apalagi ada labnya di perusahaan itu. Tidak ada. Menguji saja belum pernah. Jadi pokoknya giling, selesai, jadi beras, langsung kemas premium, jual. Harga tinggi. Itu yang terjadi. Jadi macam-macam sekali yang dilakukan para produsen ini,” pungkasnya. (P-Khalied M)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini