28.8 C
Jakarta
Thursday, July 10, 2025

    Ukraina desak selidiki penggunaan senjata kimia Rusia

    Terkait

    PRIORITAS, 9/7/25 (Den Haag): Ukraina telah meminta pengawas senjata kimia global di Den Haag, untuk menyelidiki dugaan militer Rusia menggunakan amunisi kimia beracun terlarang, menyusul ribuan pasukannya mengalami luka-luka melepuh dan kesulitan bernafas.

    Permintaan untuk mengadakan penyelidikan diajukan pemerintah Ukraina kepada badan pengurus Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

    Hal ini menyusul pernyataan badan intelijen Belanda dan Jerman pada hari Jumat lalu, yang mengungkapkan mereka memiliki bukti Rusia menggunakan senjata kimia secara luas di sepanjang garis depan perang dengan Ukraina.

    Kepala badan, Fernando Arias, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Dewan Eksekutif OPCW, mengingat dugaan seringnya penggunaan bahan kimia berbahaya, kantornya akan meningkatkan pemantauan aktivitas di sepanjang garis konflik Rusia-Ukraina.

    Ia mengundang Ukraina untuk membahas usulannya dengan negara-negara anggota, yang mayoritasnya mungkin diperlukan untuk mendukung penyelidikan semacam itu.

    Tiga tewas, 2500 terluka

    Badan Intelijen Militer Belanda, pada 4 Juli 2025 menyebutkan tiga warga Ukraina tewas akibat serangan senjata kimia Rusia baru-baru ini.

    Sementara lebih dari 2500 orang yang terluka di medan perang, melapor kepada otoritas kesehatan Ukraina mengalami kulit seperti melepuh dan sulit bernafas, gejala terkait senjata kimia.

    Sejak dimulainya invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022 lalu, Rusia telah melancarkan lebih dari 9.000 serangan kimia

    Pada hari Senin, Inggris menargetkan dua warga Rusia dan satu entitas Rusia sebagai bagian dari rezim sanksi senjata kimianya, dalam upaya terbarunya untuk menghukum Moskow atas perang di Ukraina.

    Menurut laporan Badan Intelijen Militer Belanda, sebelumnya diketahui  Rusia hanya menggunakan gas air mata, tetapi sekarang intelijen telah mengkonfirmasi penggunaan kloropikrin — zat yang dapat membunuh dalam konsentrasi tinggi di ruang tertutup.

    Penggunaan kloropikrin dilarang berdasarkan hukum internasional.

    Kyiv Independent sebelumnya melaporkan meningkatnya serangan senjata kimia, tetapi Ukraina tidak dapat mengidentifikasi zat kimia secara akurat, karena kurangnya peralatan.

    Seperti di Suriah

    OPCW membentuk tim penyelidik serupa pada tahun 2018 untuk memeriksa tuduhan penggunaan senjata kimia di Suriah.

    Tim Investigasi dan Identifikasi menemukan pasukan pemerintah Suriah dan militan ISIS, telah menggunakan senjata kimia terlarang dalam perang saudara yang dimulai pada Maret 2011.

    Amerika Serikat pertama kali menuduh Rusia pada bulan Mei tahun lalu menggunakan kloropikrin, senyawa kimia yang lebih beracun daripada bahan pengendali kerusuhan.

    Bahan kimia  beracun itu pertama kali digunakan Jerman selama Perang Dunia Pertama.

    Pihak OPCW, badan pelucutan senjata di Den Haag dengan 193 negara anggota, mengatakan tahun lalu tuduhan awal yang dilontarkan kedua negara (Ukraina dan Rusia) terhadap satu sama lain “tidak cukup dibuktikan”.

    Kedua belah pihak membantah menggunakan senjata kimia dalam konflik tersebut, yang meningkat ketika Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022.

    “Ukraina dengan ini meminta Direktur Jenderal OPCW untuk mengambil langkah-langkah, guna membentuk mekanisme yang independen dan imparsial (untuk) menyelidiki kasus-kasus dugaan penggunaan senjata kimia di Ukraina,” demikian bunyi salinan permintaan yang dibagikan kepada Reuters.

    Kumpul bukti tambahan

    Seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Asharq Al Awsat, hari Rabu (9/7/25), OPCW meminta agar mekanisme tersebut diberdayakan, untuk mengumpulkan bukti tambahan dan mengidentifikasi pelaku, penyelenggara, sponsor penggunaan zat kimia tersebut.

    Permintaan itu disampaikan Dewan Eksekutif OPCW yang beranggotakan 41 negara,  pada awal pertemuan tertutup selama empat hari.

    Intelijen Belanda telah menetapkan bahwa pimpinan militer Rusia secara aktif memfasilitasi serangan kimia, dan penggunaan zat terlarang telah menjadi praktik standar bagi pasukan Rusia.

    Rusia juga meningkatkan investasi dalam program senjata kimia, dengan memperluas penelitian dan merekrut ilmuwan baru.

    Sanksi tambahan bagi Rusia

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,  mengatakan telah menyetujui pengiriman tambahan senjata pertahanan ke Ukraina.

    Ia juga  sedang mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap Rusia.

    Trump mengarahkan kemarahannya dan menggarisbawahi rasa frustrasinya terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, atas meningkatnya jumlah korban tewas dalam perang Rusia dengan Ukraina.

    Trump, yang berjanji saat menjadi kandidat presiden untuk mengakhiri perang dalam waktu satu hari, belum mampu menepatinya.

    Hingga kini upaya pemerintahan AS untuk menengahi perdamaian perang Rusia-Ukraina belum membuahkan hasil. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini