Tonton Youtube BP

Trend pesta pernikahan palsu, tanpa pasangan pengantin

Rebecca Wilhelmina T
19 Aug 2025 12:02
3 minutes reading

PRIORITAS, 19/8/25 (India): Kalangan Generasi Z atau Gen Z (kelahiran 1997-2012, saat ini berusia 13-28 tahun) di India sedang dilanda trend pesta pernikahan palsu. Fenomena ini mulai merambah Eropa dan Timur Tengah.

Seluruh kemeriahan pesta pernikahan disiapkan sebagaimana lazimnya, tapi uniknya, dalam pesta ini tak ada pasangan pengantin. Penyelenggara menyiapkan pesta tradisional India, mulai dari makanan khas, musik Bollywood, tabuhan dhol, tarian, dekorasi mewah, hingga busana etnik.

Kursi pengantin disiapkan tapi tak ada pasangan pengantin yang benar-benar menikah. Seluruh rangkaian diselenggarakan murni sebagai hiburan. Para undangan hadir dengan membeli undangan untuk mendapatkan suasana pesta dengan suguhan makanan dan hiburan serta nuansa tradisonal India. Mereka juga mengenakan pakaian pesta, mulai dari tradisional sampai modern.

Meja untuk pesta, termasuk pesta pernikahan. (Ilustrasi, Getty Images)

Pesta berbayar

Dilansir dari Wolipop yang bersumber pada media India Everything Experiential, fenomena ini menjadi viral usai seorang bankir investasi, Sarthak Ahuja, membagikan pengalamannya melalui LinkedIn. Ia mengungkapkan bahwa para penyelenggara acara kini memanfaatkan konsep pernikahan palsu tersebut sebagai pesta berbayar yang menguntungkan.

Penyelenggara menjual suasana dan pengalaman unik menghadiri pesta pernikahan tanpa pengantin. Kepada undangan disiapkan juga serangkaian games atau permainan menarik untuk menambah keunikan pesta ini, dan terbuka peluang untuk bertemu jodoh.

Salah satu contoh, acara di Bengaluru yang berhasil menarik lebih dari 2.000 peserta. Di Delhi, pesta dengan anggaran sekitar Rp190 juta dikabarkan sukses meraup keuntungan. Harga tiket untuk mengikuti acara ini berkisar antara Rp380 ribu hingga Rp2,85 juta per orang dan Rp1,9 juta untuk pasangan.

Peserta umumnya dibagi menjadi dua kubu, “pengantin pria” dan “pengantin wanita”. Setelahnya mereka lalu diajak mengikuti permainan interaktif seperti “Guess the Relative”, menikmati hidangan prasmanan, dan menari diiringi lagu-lagu Bollywood.

Beberapa penyelenggara menyediakan versi bebas alkohol demi menciptakan suasana yang aman dan ramah untuk semua kalangan. Melalui interaksi di antara undangan pria dan wanita, yang sebagian besar tidak saling mengenal, terbuka peluang untuk lebih saling mengenal dan berujung pada terjalinnya hubungan lebih lanjut, berpacaran misalnya.

Pesta pernikahan palsu “menjual” suasana pesta tanpa adanya pasangan pengantin, namun undangan dapat menikmati pesta pernikahan, termasuk hiburan dansa, baik dengan teman ataupun kenalan baru. (Ist.)

Rambah Jerman dan Dubai

Tren ini juga viral karena gaya hidup para profesional muda di kota-kota besar seperti Delhi, Mumbai, dan Bengaluru. Tinggal jauh dari keluarga membuat mereka mencari cara menikmati kemeriahan layaknya pesta pernikahan, namun tanpa tekanan emosional, pertanyaan pribadi, ataupun kewajiban adat.

Konsep pernikahan palsu ini juga memberi manfaat bagi industri pernikahan India yang bernilai sekitar Rp24,7 triliun. Bagi penyedia jasa dan venue, acara ini menjadi peluang untuk mengisi bulan-bulan sepi seperti Juni hingga Agustus, sehingga tetap mendapatkan pemasukan di luar musim pernikahan utama.

Menariknya, fenomena ini kini merambah ke berbagai negara. Di Eropa, Jerman pernah menggelar pesta bertema ‘Band Baaja Baarat’ dengan dekorasi, musik, dan tarian ala India tanpa adanya pengantin. Pesta palsu tersebut digelar di Frankfurt.

Di Timur Tengah, Dubai pun mulai mengikuti konsep serupa, dilengkapi lomba desain dan dance-off bertema pernikahan.

Bagaimana dengan di Indonesia? Akankah fenomena “Pesta Pernikahan Palsu” merambah negeri ini, khususnya untuk para jombloh? (P-Rebecca WT)

 

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x