25.6 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

    TNI bukan lagi dwifungsi tapi multifungsi, Panglima sebut anggotanya jadi guru dan tenaga kesehatan

    Terkait

    PRIORITAS, 7/6/24 (Jakarta): Ada banyak aktivitas prajurit TNI yang tidakada hubungannya dengan perang atau tugas pertahanan keamanan, khususnya di desa-desa terpencil, terlebih di Tanah Papua.

    Karena itu, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan, saat ini TNI bukan lagi dwifungsi, tetapi multifungsi. Karena, korps militer itu berperan di berbagai sektor dalam membantu pemerintah.
    “Sekarang di Papua yang ngajar itu anggota saya, TNI, kemudian pelayanan kesehatan anggota saya, terus kalian mau menyebut dwifungsi atau multifungsi sekarang,” kata Agus di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (6/6/24) kemarin, saat ditanya wartawan mengenai kekhawatiran kembalinya Dwifungsi ABRI melalui Revisi Undang-Undang TNI.
    Panglima TNI juga menjelaskan, saat ini banyak kementerian yang bekerja sama dengan TNI, mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, hingga Kementerian BUMN. Sehingga hal ini membuktikan, berbagai kementerian pun membutuhkan peran TNI.

    Dia pun memaknai, poin terkait jabatan sipil yang bisa diisi oleh TNI dalam RUU tersebut, agar TNI yang menduduki jabatan tersebut bisa menyelesaikan tugas-tugasnya secara lancar.

    “Sekarang bukan Dwifungsi ABRI lagi, multifungsi ABRI, ada bencana kita di situ, ya kan? Jadi jangan berpikiran seperti itu,” katanya.

    Butuh peran TNI

    Dia pun memastikan, penempatan TNI di sektor-sektor non pertahanan, salah satunya untuk mempercepat pembangunan di wilayah yang membutuhkan peran TNI, sehingga kebijakan pemerintah bisa terlaksana.

    “Kita berpikirnya untuk kemajuan NKRI, untuk membantu program-program pemerintah,” katanya.

    Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan, Muhammad Herindra mengatakan, tenaga dari TNI masih diperlukan untuk menangani permasalahan. Meski begitu, dia pun tak menafikan atas adanya kekhawatiran itu karena adanya sejarah yang traumatis.

    “Kita negara demokrasi kok, itu kan zaman dulu, jangan dibandingkan, oke lah ada traumatis masa lalu, tapi mari kita lihat dalam kondisi sekarang ini,” kata Muhammad Herindra. (P-ANT/jr) — foto ilustrasi istimewa

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -

    Terkini