PRIORITAS, 26/7/25 (Bangkok): Thailand memperingatkan pertempuran dengan Kamboja bisa menjadi perang besar-besaran, karena serangan militer Pnom Penh semakin meluas dan sengaja menyasar penduduk sipilnya.
“Situasi saat ini melibatkan tindakan intrusi dan agresi yang membahayakan nyawa masyarakat. Situasi telah memburuk dan dapat meningkat menjadi perang besar. Saat ini, situasinya adalah konfrontasi yang melibatkan senjata berat,” kata penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Sabtu (26 /7/25).
Hingga hari ketiga, perang antara Thailand dan Kamboja telah menyebabkan ratusan orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Thailand mengumumkan 18 warganya tewas (13 warga sipil dan 5 tentara). Selain itu 60 orang mengalami luka-luka selama perang itu.
Sedangan di pihak Kamboja dilaporkan sekitar 100 tentaranya tewas akibat terkena serangan di kawasan Phu Phi, wilayah perbatasan.
Laporan ini belum dapat terverifikasi ke pihak militer Kamboja, karena mereka sangat tertutup.
Semakin meluas
Militer Thailand mengungkapkan pertempuran kini semakin meluas menjadi 12 lokasi, naik dari enam lokasi pada hari sebelumnya ketika pertempuran pertama kali meletus.
Thailand menuduh Kamboja secara sengaja menargetkan warga sipil. Sebaliknya Kamboja menuding Thailand menggunakan bom curah, sebuah persenjataan yang dilarang perjanjian internasional.
Kedua negara ASEAN itu memperebutkan beberapa bagian wilayah di perbatasan darat mereka, yang panjangnya 817 km.
Sebagian peta perbatasan dibuat penguasa kolonial Perancis di Kamboja lebih dari seabad yang lalu. Batas wilayah itu melewati dekat beberapa situs keagamaan penting secara arkeologis, yang diklaim kedua negara.
AS, sekutu lama Thailand, mendesak agar permusuhan yang sedang berlangsung segera diakhiri.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tommy Pigott, mengatakan Washington sangat prihatin dengan meningkatnya pertempuran di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja, apalagi adanya korban jiwa warga sipil.
China juga menyatakan mereka “sangat prihatin” atas bentrokan tersebut dan akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mempromosikan perdamaian dan dialog.
Tolak mediasi
Thailand menolak kemungkinan mediasi pihak ketiga untuk mengakhiri konflik.
Thailand bersikeras agar Kamboja harus menghentikan serangannya dan menyelesaikan situasi melalui pembicaraan bilateral.
“Saya rasa kita belum membutuhkan mediasi dari negara ketiga,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, kepada Reuters.
Pernyataan tersebut muncul setelah ketua ASEAN, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengatakan menyambut baik sinyal positif dan kemauan untuk berdamai yang ditunjukkan Thailand dan Kamboja.(P-Jeffry W)