PRIORITAS, 25/7/25 (Bangkok): Hari kedua perang Thailand-Kamboja, Jumat 25 Juli 2025 ini, masih berfokus di sekitar empat kawasan strategis tanah perbatasan kedua negara di Provinsi Surin. Sementara jumlah korban tewas di kedua pihak terus meningkat.
Thailand melaporkan 13 warga sipil dan satu tentaranya tewas, sedangkan Kamboja menurut media lokal juga terdapat puluhan tewas, tetapi militer masih merahasiakan, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Nation, hari Jumat siang (25/7/25).
Selain Kuil Ta Muen Thom, militer Thailand dan Kamboja berusaha memperebutkan wilayah tempat berdirinya kuil Ta Krabey, Phu Makheur, dan wilayah Chong Bok.
Empat tanah sempit ‘tak bertuan’ itu sudah dua puluh tahun menjadi ladang sengketa Thailand dan Kamboja.
Thailand berpegang pada peta perbatasan alam sesuai aliran sungai, sedangkan Kamboja berpatokan pada peta keputusan Mahkamah Internasional.
Perang kedua negara dipicu tiga tentara Thailand menjadi korban ranjau darat buatan Rusia, yang sengaja dipasang tentara Kamboja di area perbatasan.
Pasukan Thailand kemudian memasang kawat berduri di sepanjang rute akses menuju Kuil Ta Muen Thom, sehingga memicu respons militer Kamboja mengerahkan persenjataan berat, termasuk RPG, dan menggunakan pesawat tak berawak.
Perang pecah hari Kamis pagi (24/7/2025).
Pertempuran melibatkan kekuatan militer yang signifikan, termasuk artileri, tank, dan jet tempur F-16, dengan pasukan Thailand dan Kamboja saling balas-membalas serangan.
Posisi startegis
Kuil Ta Muen Thom berdiri sebagai salahsatu kawasan strategis, di mana pasukan Kamboja secara historis tidak dapat membangun posisi bersama pasukan Thailand.
Lokasi penting lainnya, seperti Kuil Ta Krabey, Phu Makheur, Pha Mor E-Daeng, dan Chong Bok.
Di situ terlihat pasukan Kamboja dikerahkan berhadapan dengan militer Thailand sejak bentrokan besar pertama tahun 2011 lalu
Hingga hari Jumat siang, pertempuran sengit masih berlangsung.
Pasukan Kamboja dilaporkan melakukan serangan roket, tetapi pasukan Thailand telah berhasil mempertahankan seluruh Kuil Ta Muen Thom, meskipun beberapa personel mengalami luka-luka.
Di Kuil Ta Krabey, pasukan Thailand melancarkan gelombang serangan kedua terhadap pasukan Kamboja.
Kedua belah pihak dengan gigih mempertahankan posisi mereka dan mencari peluang untuk maju dan memukul mundur pihak lain.
Titik strategis kritis lainnya, Phu Makheur (dikenal sebagai ‘Plae Insee’ oleh Thailand dan Kamboja menyebutnya ‘Lan In’), sekitar 4 kilometer dari Kuil Preah Vihear, juga menjadi tempat pertempuran sengit pada tahun 2011. lalu.
Mengeliminasi dua batalion
Bentrokan melibatkan tembakan artileri Thailand yang menyerang pasukan Kamboja, yang coba maju melalui jalan darat dan tangga.
Tujuannya adalah untuk mengeliminasi dua batalion Kamboja dari Phu Makheur dan menghancurkan sebagian tangga kereta gantung.
Thailand menilai pembangunan itu melanggar MoU tahun 2000 dan meskipun protes dari Bangkok diabaikan Kamboja.
Daerah strategis lain ada di Chong Bok di Provinsi Ubon Ratchathani, yang terkenal dengan pertempuran sengitnya pada tahun 2011, karena medannya yang menguntungkan.
Saat ini menjadi lokasi kebuntuan, dengan pasukan Thailand dan Kamboja saling berhadapan.
Pasukan Thailand secara aktif membersihkan ranjau darat di Chong Bok dan membangun jalan, dengan rencana untuk mendirikan pangkalan militer hingga ke Ruang Pueng, sumber air penting bagi Ubon Ratchathani.
Daerah ini, yang ingin dihubungkan Kamboja dengan tiga kuil Ta Muen (Ta Muen Thom, Ta Krabey, Ta Muen Tot), untuk pertimbangan Pengadilan Dunia.
Di situ juga merupakan tempat tiga tentara Thailand baru-baru ini terluka ranjau darat Kamboja yang baru dipasang.
Militer Kamboja juga dilaporkan bermaksud merebut wilayah dalam Taman Nasional Phu Chong-Na Yoi dan Suaka Margasatwa Yod Dome.
Strategi ‘Chakraphong Phuwanart’
Panglima Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Jenderal Pana Klaewblaudtuk, telah menerapkan strategi ‘Chakraphong Phuwanart’.
Meskipun rencana ini pernah digunakan dalam konflik tahun 2011 lalu, strategi ini telah diadaptasi dengan taktik dan prosedur yang sudah direvisi.
Di antaranya menyesuaikan dengan situasi terkini, intensitas konflik, dan penggunaan kekuatan militer yang tepat.
Bersamaan dengan itu, Thailand djuga melucurkan operasi “Yuttha Bodin”, yang melibatkan angkatan darat dan udara.
Enam jet tempur F-16 melakukan serangan terhadap posisi pasukan Kamboja di Chong Arnma dan pos pengamatan Phu Phi, di seberang Kuil Don Tual dan Chong Ta Thao.
Di dekat Wat Kaeo Sikha Khiri Svara, bersebelahan dengan Kuil Preah Vihear, tank-tank Thailand telah digunakan untuk penembakan.
Unit-unit infanteri berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang sempat diambil alih pasukan Kamboja pada tahun 2011.
Tank-tank juga berperan penting dalam keberhasilan merebut wilayah Sam Tae di Distrik Kantaralak.
Ingin akhiri perang
Baik Thailand maupun Kamboja dilaporkan berupaya untuk segera mengakhiri perang, guna meminimalkan kerugian.
Di pihak Thailand, 14 orang tewas termasuk satu tentara dan 46 lainnya terluka, dengan 112.643 warga sipil terpaksa mengungsi.
Korban dari pihak Kamboja juga dilaporkan. Meski angkanya tidak disebutkan secara resmi militer Kamboja, tapi beberapa prajurit mereka tewas dan terluka setelah terkena serangan jet tempur F-16 Angkatan Udara Thailand.
Pesawat tempur itu menyerang markas besar unit pendukung Batalyon 8 dan Batalyon 9 Kamboja, bersama dengan posisi pasukan Kamboja di selatan Kuil Ta Muen Thom.
Sebelumnya, Panglima Daerah Angkatan Darat Kedua Thailand, Letjen Boonsin Padklang, menyatakan situasi genting di perbatasan Thailand-Kamboja akan berakhir, setelah ia pensiun pada tanggal 30 September.
Ia menyatakan setiap bentrokan akan diselesaikan dalam waktu tiga hari.
Sentimen ini juga disuarakan juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, yang menyatakan situasi perbatasan pada 24 Juli sejalan dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan.
Ia menilai penyelesaiannya mungkin membutuhkan “beberapa waktu”, tetapi menyatakan keinginan kuat agar konflik berakhir secepat dan sesingkat mungkin.(P-Jeffry W)